Identitas Si Cowok Misterius

29 4 0
                                    

'Gue gak bisa belajar bareng lo hari ini. Mama gak ngijinin, ujan soalnya. Sori, gue gak bisa'

Send.

Aku melirik sekali lagi pesan yang barusan kukirim. Aku menarik nafas dan membuangnya pelan. Kenapa disaat aku sedang terpuruk saat ini, langit selalu gelap dan turun butiran air yang dingin itu. Kelabu sore ini membuat hatiku tersayat. Entah kenapa, aku enggan mengetahui seluruh kebenaran yang tersirat. Walau aku belum tau pasti apa maksudnya. Aku tau, aku bukan tipe cewek seperti yang lain. Tapi, cukup. Aku juga punya perasaan.
Aku mencoba menghilangkan rasa sakit di hatiku. Aku meraih ponselku yang masih nihil, tak ada balasan darinya. Aku mencoba menelepon Kintan. Hanya untuk saat ini, sahabatlah yang mengerti keadaanku.
"Tan. Gue pengen cerita"

"..."

"Iya, maaf gue tau gue salah. Tapi, gue gak mau kalau dia... "

"..."

"Ya, gue ngerti maksud lo. Gue bakal jaga jarak. Makanya gue gak bakal ketemu dia untuk saat ini"

"..."

"Gak bisa. Nyokap ada di rumah. Gue gak mau saudara gue tau tentang hal ini"

"..."

"Thank's ya. Gue agak lega sekarang. Makasih saran nya"

Tuuuuttt.

Aku menaruh ponselku dibawah naunganku. Aku menekuk kedua lututku, menyenderkan kepalaku diatasnya. Sesekali aku melirik jendela yang setengah ditutupi gorden panjang. Di sisi lain, aku sangat merindukannya. Disisi lain juga, aku merasa dipermainkan. Hati dan pikiranku untuk saat ini tak berjalan semestinya. Bahkan lidahku kelu mengatakan sebenarnya. Menatapnya, bicara dengannya, atau bahkan sekedar mengetik pesan singkat padanya. Bagiku itu semua tak perlu kulakukan lagi.

'Gue gak marah kalau nyokap lo gak ngijinin. Ok, next time aja. Tapi, besok gue mau ajak lo jalan. Ke tempat biasa ya. Ada yang mau gue omongin'

"Gue... Bingung... "

🔮🔮🔮

"Gue udah tau siapa cowok itu"

Kintan semakin melebarkan matanya. Arah pandangan kami bertemu. Menyisakan raut kaget dan penasaran disana. Aku menghembuskan nafas. Memulai obrolan yang simpel namun menjadi ciri khas diriku. Aku melakukannya.

"Fawwaz... Dia... Yang sering kirim bunga itu"

Aku menggigit bibir bawahku. Takut reaksi Kintan justru sama kagetnya dengan reaksiku. Spontan ia menggebrak meja. Seluruh mata pengunjung kedai es krim menatap ke arah kami. Aku memberi isyarat diam padanya.

"Gue gak percaya. Jadi, dia secret... "
"Shhhttt! Jangan berisik dong. Ntar ada orangnya gimana? Pokoknya ceritanya panjang, tan"
"Oke. Lo masih punya utang itu ke gue. Trus, misi rahasia lo apaan? "

Aku menatap sekitar. Memastikan bahwa keadaan benar benar aman.

"Gue... Maksudnya... Fawwaz ajak gue jalan besok malam. Ke rumah nya buat ketemu keluarganya"

Brugh.

Kintan tersedak es krim matcha yang saat ini ia makan. Sekaigus ia menggebrak meja lagi. Aku kembali melotot ke arahnya.

"Shhht! Jangan berisik bego! Awas lo gebrak meja lagi"

Kintan tertawa pelan.

"Serius lo? Gue aja yang udah pacaran sama Aldi gak pernah diajak ke rumahnya. Nah lo? Belum nyandang pacaran udah mau diajak ke rumahnya"

Aku tersipu malu. Saat ini aku menunduk mencoba menghilangkan rasa gugupku. Ucapan Kintan membuat ku blushing. Aku menyuapkan satu sendok es krim vanilla ke dalam mulutku.

"Gue bantu lo"

Aku mendongak. Mengerjapkan kedua mataku berulang kali.

"Apa? "

🔮🔮🔮

"Tante, Lisa nya saya ajak jalan untuk malam ini boleh? "

Aku mengerjap tak percaya. Semua saudara ku sedang berkumpul di ruang tamu saat ini. Apalagi, melihat kedatangan Fawwaz yang wajahnya amat tampan sekaligus imut. Membuat mereka tambah penasaran dengan hubungan kami. Hanya Roseline yang bersikap seolah tak ada apa apa. Aku mulai curiga padanya. Kintan sengaja datang sore untuk merias wajah dan busana yang kukenakan malam ini. Spesial untuk malam ini, maybe. Mama menatap ku dari atas sampai bawah. Drees yang kukenakan sangat anggun, menurutku. Dengan paduan warna putih dan pich dan pita disisi pinggang dan hiasan rambut yang dibiarkan menjuntai lembut di pundakku. Juga bandana senada dan high heels senada dengan gaunku. Tampilan yang menurut mama sendiri kagum pada ku.

"Emm...Boleh, asal jangan pulang larut malam ya" pesan mama.

Juliet dan Bianca berbisik mengenai diriku, maybe. Aku bisa mendengarnya. Aku mengacuhkan obrolan tak bermutu mereka. Dan segera memasuki mobil putih milik Fawwaz. Fawwaz sendiri tampan dengan jas hitam dan pita merahnya. Aku ingin mengatakan itu langsung. Tapi, keberanian ku belum cukup terkumpul. Aku masih gugup dengan fakta bahwa ia adalah cowok misterius itu. Aku mencoba menetralkan rasa gugup ku. Oke, malam ini saja. Hanya malam ini. Namun, rasanya sangatlah panjang.

🔮🔮🔮

Aku benar benar tak percaya. Ternyata, Fawwaz menyiapkan segalanya malam ini. Keluarganya mengajak ku makan malam. Sekarang, aku dan dia sedang duduk di taman. Menikmati pemandangan malam dari sini. Melihat keramaian kota dengan hiruk pikuk nya. Serba indah. Aku mencoba mencuri pandang. Namun, Fawwaz selalu memperhatikanku.

"Gak usah liat gue kayak gitu"

Fawwaz terkekeh geli. Ia lalu, memegang kedua tanganku. Posisi saat ini, aku menghadap ke arahnya. Dengan sedikit keberanian, aku menatap mata indah miliknya.

"Gue tau ini dadakan. Tapi, gue mau jujur sama lo"

Deg. Apa ini saatnya?

"Ma-maksud? "
"Ck, biasa aja kali"
"Yeee, lo rese lama lama"
"Masa sih? Kok lo betah lama lama sama gue? "

Aku terdiam. Pipiku memanas sekarang.

"Ck, blushing"
"Enggak"
"Ketauan loh! "
"Paan sih? Gak lucu. Serius dong"
"Oke. Gue mau jujur... Gue suka sama lo, Lis"

Rasa ini.
Hati ku.
Aku sepertinya mulai meragukan omongan peramal itu.
Ocehan Juliet dan Bianca.
Mawar itu.
Semuanya nyata...

"Lis? Gue suka sama lo. Dari awal kita ketemu. Gue sebelumnya tau lo dari temen gue. Fachri. Fachri pacar adik lo Rose, kan? Dia kasih tau ke gue tentang lo. Dari situ, gue udah ngerasa gue cinta sama lo. Gue sayang lo, Lis"

Aku terdiam. Menatap matanya saja aku tak sanggup. Aku melepas genggaman tangannya.

"Bunga... Surat... Semuanya... Apa itu juga ulah lo? "
"Iya. Gue pengen lo tau perasaan gue. Jadi, gue kirim itu semua tiap hari buat lo"

Aku mengerjap tak percaya. Tolong, bangunkan aku.

"G-gue... "
"Gue tau kok. Lo gak suka sama gue kan? "
"Maaf"

Sial. Kenapa bibirku susah diajak kompromi?

"Yuk, gue anter pulang"

Aku menurut. Aku menyesal dengan ucapanku. Ah, bagaimana ini?

🔮🔮🔮

Vommentnya ya! 😅
Ps : Click ☆
Dua part lagi tamat, yeay.

Ramalan Crystalize'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang