Ramalan Lagi

40 5 0
                                    

Aku sibuk tak bergeming di depan pintu. Suara dehaman Fawwaz membuat ku langsung menatapnya.
"Ekhem. Gak mau masuk? Udah malem"
Dia melongos meninggalkan ku. Aku terpaku menatap kepergian nya dengan nanar. Suara klakson mobilnya terdengar. Dia marah padaku. Aku membuka pintu pelan pelan. Kudapati rumah yang masih sepi. Sepertinya, yang lain sudah tertidur. Aku menutup pintu dan segera berlari ke kamarku.

"Kemana aja kak? Kok baru pulang? "
Good. Anak ini melihat diriku. Aku seperti seperti tertangkap basah sedang mencuri di sini. Aku membalikkan badan. Menatap wajah Rose dengan senyuman kikuk.
"E-eh, anu kamu belom tidur dek? "
Sengaja aku menambahkan embel embel dek. Aku ingin Rose tak memergokiku. Lagi.
"Jawab aku. Kakak kok baru pulang? Kenapa muka kakak sembab? Kakak abis nangis? "
Sial. Aku merutuki diriku. Ya, aku sempat menangis tadi saat di mobil Fawwaz. Berpura pura menatap lalu lalang jalanan.
"E-eh, enggak kok. Udah ya kakak mau tidur, capek"

Blam.
Pintu tertutup sempurna. Pasti besok aku diminta jawaban dari pertanyaan Rose. Aku lelah. Hah, kenapa aku mengatakan hal gila padanya tadi? Apa dia marah padaku? Jangan bilang, Fawwaz sudah tidak menyukaiku, lagi?
Ini kesialanku yang kesekian kalinya. Seumur hidupku.

🔮🔮🔮

"Gue bingung. Gimana menurut kalian? "
Aku menatap Kintan dan Aldi bergantian. Kini, aku menyeruput jus mangga yang Mama siapkan untuk kami. Kintan dan Aldi datang ke rumah ku. Alasan yang tepat, karena ingin menjengukku. Aku tidak masuk ke sekolah hari ini. Mata sembab, hati terluka, lingkaran panda, itu semua akan menjadi hal yang membuat ku risih nantinya. Jadi, Mama mengijinkan ku untuk tidak masuk hari ini dengan alasan sakit.
"Gue pikir, kalau dia emang sayang sama lo, pasti dia bakal nembak lo lagi"
Ucapan Kintan benar. Tapi, tetap saja aku ragu akan hal itu.
"Gue rasa, lo berdua perlu bicara. Bentar..."
Aldi melongos begitu saja menuju teras rumah. Aku memberi isyarat pada Kintan 'mau ngapain tuh anak? ' dan Kintan hanya mengangkat bahunya 'gak tau'.

Oke. Sepersekian menit kami—aku dan Kintan menunggu Aldi di ruang tamu. Aldi cengegesan. Dia pikir wajahku seburuk itu sampai jadi bahan candaan baginya? Ralat, wajahku memang kusut sekarang.
"Haha... Gue udah buat rencana"
Kintan tersenyum mengembang. Kintan dan Aldi saling tatap lalu... Menatapku dengan seringai mereka. Oh, tidak. Gangguan apalagi ini?

🔮🔮🔮

Malam minggu. Bukanlah malam yang spesial buatku. Terlebih aku ini jomblo. Ralat, aku single. Oke sip. Aku membuka jendela kamar dan menatap bintang bintang di langit. Ah, andai aku bisa melihat benda langit itu dari dekat. Lamunanku buyar saat Bianca masuk dan melirik ku. Aku tak suka tatapan nya yang menginterogasi ku.
"Lo udah ditungguin sama Kintan di bawah"
Bagus. Aku lupa janji ku dengan Kintan. Aku segera berganti pakaian dengan sweater putih dengan garis garis pelangi di lengan nya dan celana panjang abu abu yang sedikit ku lipat bagian bawahnya. Tak lupa sepatu converse putih yang selalu setia menemaniku. Bahasa nya dia seperti teman sehidup ku. Aku menggerai rambutku asal dan memakai jepitan merah pemberian Papa disaat aku berulang tahun. Siap. Aku hanya membawa uang dan ponsel yang ku simpan di saku celana ku. Aku menuruni tangga. Disana terlihat Kintan yang bercakap ramah dengan Mama dan Papa. Aku pamit pada keduanya. Dan bersiap pergi bersama Kintan. Walau, aku tau Kintan ingin mengajak ku kemana.

Di sepanjang jalan, aku menatap layar ponselku yang sepi. Mungkin karena aku dan Fawwaz sudah tidak berkomunikasi lagi. Iya aku tau ini semua salahku. Tapi, pantaskah aku mendapatkannya lagi? Dan pertanyaan lain nya menyusul di benak ku seperti kilat yang menyambar dan belum mereda. Deretan pertanyaan itu membuat ku semakin frustasi. Aku mengacak rambut ku pelan dan menaruh ponsel di saku lagi.

🔮🔮🔮

"Sampai... "
Kintan menatap ku seolah aku tak tau tempat apa ini. Ya, memang benar aku tak tau tempat apa ini. Tapi, dari luarnya aku bisa mengira ini adalah taman. Kenapa Kintan mengajak ku kemari? Banyak sepasang kekasih disini. Jika ia ingin mengisi malam minggunya, kenapa tak mengajak Aldi sekalian? Oke. Aku sadar sedari tadi menjadi pusat perhatian. Kenapa dengan mereka? Lagi.

"Yuk ah"
Aku menurut dan mulai mengekor dibelakang Kintan. Kini kami menuju ke salah satu ruangan gelap. Kalian harus tau bahwa 'aku takut kegelapan'. Ini hal terburuk setelah menolak tawaran Fawwaz. Aku mengerjap tak percaya. Kintan menyuruhku masuk ke ruangan gelap ini. Bulu kuduk ku berdiri seketika.
"Masuk. Lo duluan"
Aku menelan saliva ku.
"G-gue. Lo-lo kan tau gue takut gelap. Mending kita ke tempat lain aja yuk. Disana view nya bagus loh"
Aku mengalihkan topik pembicaraan. Sedetik kemudian Kintan menarik paksa ku masuk. Aku terdiam. Debaman pintu yang cukup keras membuatku hampir mati. Kaget karena disini... Sangat gelap. Oh, tuhan apa lagi cobaan ini? Aku menangis. Bahkan aku merutuki Kintan. Ia tak bersama ku. Kupikir, Kintan masih diluar dan aku... Terkunci di dalam. Sial, sial, sial. Aku mulai sesegukan.
Aku mengambil ponselku. Tidak ada. Aku lupa membawanya tadi di mobil. Kintan menyuruhku menaruh ponsel ku di kurdi belakanh tadi. Ini kesialanku lagi. Aku menangis lagi.

Ctlek.

Lampu menyala. Lilin lilin mawar berjejeran di samping ku. Atap ruangan ini terbuka. Aku bahkan baru menyadarinya. Suara berisik orang di depan ku membuat ku segera menghapus air mataku yang membuat mataku sembab. Fawwaz Aragio bersama Aldi dan Kintan di sebelahnya.

🔮🔮🔮

"Selamat ulang tahun, my sweetie Lisa"
Aku mengerjap. Benar, 12 November. Hari ini aku berulang tahun. Aku menangis lagi. Kata kata Fawwaz menyentuh hatiku. Luka dalam ini perlahan tertutup. Aku menatap Kintan dan Aldi.
"Selamat ulang tahun sahabat gue, Alisa"
Aku berhambur ke pelukan Kintan. Aku menangis bukan karena sedih, tapi sangat bahagis. Kejutan istimewa.
"Happy birthday Lisa. Moga makin tinggi ya"
Abaikan ucapan Aldi. Aku mulai tertawa dan berhenti menangis.
"Jadi, kalian yang buat ini semua? For me? "
"Ya iyalah, Lis. Mana mungkin setan. Gue pengen buat lo baikan lagi sama Fawwaz"
"Btw, ini semua ide seorang Fawwaz Aragio loh! Dia yang rencanain ini semuanya"
Aku menatap wajah laki laki yang membuat hatiku meledak ledak. Dia sangat tampan. Dia tesenyum padaku sambil berjalan ke arah ku dengan tetap membawa kue tart di tangannya.
"Gue stay sama lo. Gak akan berubah. So, gue pengen lo jadi cewek gue"
Aku tersenyum. Dia mengatakan hal ini lagi. Jantungku berdegup tak karuan. Mengingat kata yang membuat hatiku sakit waktu itu. Aku tak membuang waktu.
"Gue mau. Bahkan gue berharap, lo gak cuman stay buat jadi pacar gue"

🔮🔮🔮

"Ini semua kalian yang buat, hah?"
Kintan dan Aldi saling tatap kemudian tertawa.
"Keluarga lo juga"
Tiha tiba, Mama, Papa, kelima saudara perempuanku datang. Aku cukup terkejut begitu Bianca memelukku.
"Maaf. Gue gak becus jadi kakak yang baik buat lo"
Aku tersenyum.
"Gak papa. Aku juga minta maaf"
Mungkin ini awal baik persaudaraan diantara kami yang sebelumnya runyam. Aku sangat senang dengan ucapan selamat dari Mama dan Papa. Tidak sampai lama, peramal itu datang. Tepat di depanku.
"Hai"
Aku terkejut kaget. Aku segera mendekat ke arah Fawwaz.
"Gak apa apa. Dia cuman mau ramal kamu aja kok gak lebih. Kan ada aku"
Peramal itu semakin dekat hingga akhirnya bola itu ia keluarkan. Mengucapkan kalimat mantra dan menatapku horor.
"Ramalan Crystalize's mengatakan, nasib mu berubah nak. Kau pantas untuk itu. Garis jodoh mu ada di sampingmu. Aku turut senang. Kau bisa merubah takdir mu"
Aku benar benar melongo. Aku tak percaya. Kelima saudara ku berteriak histeris. Apalagi Roseline dan Kintan tentunya. Mereka sangat membantuku untuk tampil percaya diri. Fawwaz menatap manik hitam mataku lembut.
"Gue udah duga kita ini jodoh"
Aku merasa senang, bahagia, sedih, dan amat bersyukur.
Aku memeluk Fawwaz erat.
"I hope that's will be real"

🔮🔮🔮

Yey, akhirnya tamat juga ini cerita (Jingkrak-jingkrak di kamar). Vommentnya ya! 😅Jangan jadi siders please. Hargai karya saya.
Project selanjutnya : "Usai Disini"
Tetap stay ya readers 😚😊

Ramalan Crystalize'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang