10. Minta Persetujuan

8.1K 695 22
                                    

Tok..Tok..Tok

Dahi (Namakamu) mengerut saat ada yang mengetuk pintu rumahnya, namun meski begitu dia tetap beranjak menuju pintu utama. Setelah pintu terbuka, (Namakamu) sedikit terkejut melihat seorang laki-laki yang saat ini berada di hadapannya.

Matanya membulat saat secara tiba-tiba laki-laki itu memeluknya, membuat (Namakamu) tidak mampu berucap. 

"Iqbaal, kamu.." (Namakamu) tidak bisa melanjutkan ucapannya karna Iqbaal semakin mengeratkan pelukannya. Baiklah, (Namakamu) memutuskan untuk menanyakannya nanti.

"Aku kangen." lirih Iqbaal masih dalam pelukannya. (Namakamu) tersenyum, masih sedikit kaget dengan keberadaan Iqbaal yang sangat tiba-tiba.

"Aku juga."

Iqbaal melepaskan pelukannya dan menatap wajah gadisnya lamat-lamat, dia sangat merindukan gadisnya yang sejak hampir 1 bulan tidak dia temui.

"Mending masuk, yuk! Nggak enak kalo keliatan yang lain." ajak (Namakamu).

Iqbaal hanya menurut dan berjalan beriringan memasuki rumah (Namakamu).

(Namakamu) meletakkan 2 buah gelas berisi minuman untuknya dan juga untuk Iqbaal di atas meja. Iqbaal sudah menceritakan alasan mengapa laki-laki itu datang secara tiba-tiba.

Pertama, karena neneknya yang tinggal di Bandung tengah sakit, sehingga keluarga Iqbaal memutuskan untuk berangkat ke Bandung dan menginap selama beberapa hari. Alasan kedua, karena Iqbaal ingin membicarakan sesuatu pada dirinya.

"Nenek kamu sakit, sakit apa?" tanya (Namakamu), dia memilih untuk mendudukkan dirinya di samping Iqbaal dan memposisikan badannya menghadap laki-laki itu.

Iqbaal mengangguk, "Biasa, penyakit lansia." jawab Iqbaal.

(Namakamu) mengangguk paham sambil ber-oh ria.

"Kamu tadi mau ngomong apa, Baal?" Tanya (Namakamu). Dia baru ingat bahwa alasan lain laki-laki itu menghampiri dirinya karena ada hal yang ingin dibicarakan.

Wajah Iqbaal yang semula santai kini berubah murung, hal itu membuat (Namakamu) sedikit kebingungan dengan perubahan Iqbaal. Dia yakin jika hal yang ingin Iqbaal bicarakan bukanlah hal sepele.

"Kenapa, Baal? Cerita aja."

Iqbaal menghela napasnya sejenak sebelum akhirnya dia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, "Aku nggak tau harus mulai dari mana."

"Kamu tau, kan. Banyak banget yang bilang kalo aku lagi deket sama Zidny di Instagram? Iya, kita emang deket. Tapi cuma sekedar temen aja." ucap Iqbaal. (Namakamu) masih setia mendengarkan, karena dia tahu bahwa Iqbaal belum menyelesaikan ceritanya.

"Semua temen-temen aku, baik yang di sekolah ataupun CJR pada salah paham sama itu. Mereka ngira kalo aku lagi ngedeketin Zidny, padahal kenyataannya enggak sama sekali."

Iqbaal menghembuskan napas kemudian memandang gadisnya dengan nanar, "Aku nggak tahan, yang. Risih di jodoh-jodohin kayak gitu sama mereka."

"Terus, intinya apa?" Tanya (Namakamu) to the point. Karena jujur, dia tidak mengetahui apa maksud dari cerita Iqbaal.

Iqbaal menegakkan posisi duduknya, menggengam sebelah jemari (Namakamu) membuat gadis itu mengengalihkan pandangan kearah jemarinya yang ada digenggam Iqbaal.

"Intinya, aku mau ngepublikasiin hubungan kita."

(Namakamu) hanya memandang Iqbaal tanpa mengeluarkan kata apapun. Jujur saja, dia masih belum siap jika harus berhadapan dengan penggemar Iqbaal. Mengingat bagaimana ganasnya para penggemar Iqbaal pada setiap gadis yang dekat dengan laki-laki itu.

[1] LDR ➡ IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang