Chapter 10

412 22 0
                                    

Susan POV

Jazz mengajakku jalan-jalan sore itu, mau tak mau aku mengikuti ajakannya.

Kami berhenti tepat di atas jembatan, menatap matahari tenggelam di ufuk barat. Jazz nampak terkesima dengan pemandangan itu

Sinar matahari terbenam berkilauan ketika cahayanya terpantul di sungai. Udara yang sejuk dan jauh dari ke bisingan.

Aku memperhatikan Jazz dengan seksama. Serius amat sih dia.

Merasa di perhatikan, Jazz menoleh ke arah ku yang berdiri di sampingnya.

"Ada apa? Kau mau pulang?" Tanyanya.

Aku menggeleng cepat. Sebenarnya aku juga menikmati saat-saat seperti ini. Jazz kembali mengarah ke depan.

"Indah sekali planet ini." gumamnya dengan suara yang cukup pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.

"Benarkah? Memangnya tak ada Sunset di planet mu?"

Jazz mengangguk pelan, dia kembali menatapku, dan tersenyum dengan senyum yang... Hangat.

"Di planet ku, Cybertron, ketika pagi terasa seperti siang tanpa matahari. dan ketika malam begitu gelap." Jelasnya.

Senyuman itu masih berada di tempatnya, seakan-akan senyum itu menempel permanen di wajahnya.

"Kau tau? Aku begitu bersyukur bisa berada disini. Dan aku..."

Dia terhenti sejenak, kemudian dia mendekatkan wajahnya di depan wajahku.

Perasaanku mulai tak enak, jantungku kembali memompa dengan kencang, dan rasanya sulit sekali bernafas.

"Aku bersyukur dapat bertemu dengan mu." Tambahnya.

Langit menjadi agak gelap dengan sedikit sinar orens yang menghiasi awan. Matahari sudah tenggelam walau menyisakan sedikit cahayanya.

Aku masih terdiam menatap Jazz yang berada di depanku.

Tak lama, dia pun melepas kacamata hitam yang sedari tadi dia kenakan. Kini terlihat mata biru cerah dari balik kacamata hitamnya. Warna biru laut yang amat menenangkan hati.

"Susan, mungkin aneh jika aku mengatakannya, tapi aku amat menyukaimu. Sangat menyukaimu." Ungkapnya. Aku masih saja terdiam. Jazz memejamkan matanya. Semakin lama dia mendekat.

Karena reflek, aku mendorong Jazz agar dia tak terlalu dekat. Jazz terbelalak, dia nampak terkejut.

Wajahku terasa memanas. Sangat panas, walaupun angin dingin menembus wajahku, tetap saja hawa panas ini masih terasa.

Kami terdiam agak lama. Angin terus berhembus dalam kebisuan malam. Sehingga Jazz mengakhiri semua ke bisuan itu.

"Ayo pulang." ajaknya. Dia menarik tanganku lembut tanpa menatapku. Dia kembali mengenakan kacamatanya.

Mulutku kelu untuk berbicara, tapi memang sebaiknya begini.

Kami berjalan menuju stasiun. Sehingga langkah kami terhenti oleh seseorang yang memanggil namaku dari arah belakang, suara yang sudah tak asing lagi di pendengaranku.

"Mr. Jack?"

****

Bulkhead bersama dengan Sunstrom menyelinap ke dalam sebuah ruangan yang di penuhi dengan monitor.

"Sepertinya ini ruang kendali." ucap Sunstrom menerka.

Ruangannya tak terlalu terang, itu pun karena cahaya dari monitor. Sunstrom sedang mengutak atik komputer mencari cara untuk menemukan Autobot dan Decepticon yang lain yang selama ini pergi tanpa ada kabar.

Sedangkan Bulkhead memeriksa sekeliling ruangan ini mencari sesuatu yang mungkin berguna.

Dari balik pintu terdengar suara langkah kaki seseorang Sunstrom dan Bulkhead nampak kelimpungan.

Mereka berdiri di depan pintu, dengan senjata di tangan mereka, siap menyambut seseorang yang akan memasuki ruangan. Namun setelah menunggu beberapa menit tak ada yang datang.

"Sunstrom, lanjutkan pekerjaan mu!" titah Bulkhead dengan suara stengah berbisik. Sunstrom kembali fokus di depan monitor.

Tapi, tiba-tiba pintu itu terbuka dengan sendirinya, dan dari balik pintu itu Lockdown berdiri tegap dengan sebilah pedang di genggaman tangan kirinya.

"Ah, ada dua tikus disini." seringai Lockdown.

"Sunstrom lari!" Teriak Bulkhead, dia menghadang Lockdown. Namun sayangnya Bulkhead kurang cepat sehingga dia terkena pukulan Lockdown yang membuatnya terjatuh.

Sunstrom menembaki Lockdown dengan kedua rudalnya. Namun, lagi-lagi Lockdown menepis kedua rudal itu dengan mudah.

Semakin lama dia mulai mendekati Sunstrom. semakin dekat, sehingga Sunstrom mulai terpojok.

Langkah Lockdown pun terhenti ketika Bulkhead menahan kakinya.

"Lepas!" gertak Lockdown, Bulkhead tetap mencengkram kakinya.

"Sunstrom lari! Kau harus temui yang lain! Cepat!!" Seru Bulkhead.

Sunstrom bertransformasi kedalam wujud jet. Dia terbang melesat keluar ruangan menuju tempat sebelumnya dia masuk kemari, yaitu di pangkalan pesawat.

"Tangkap dia!!" Titah Lockdown dengan suara yang lantang dan menggema seantero ruangan. Bulkhead masih saja mencengkram kaki Lockdown, tak peduli dia di tendang dan di injak habis-habisan.

Dengan kecepatan penuh, Sunstrom terus terbang tanpa mempedulikan siapa saja yang di tabrak olehnya. Tepat ketika dia sampai di pangkalan, pintunya masih terbuka.

Sunstrom melesat dengan cepat keluar dari tempat itu. Dia langsung terbang tinggi dan melesat lebih cepat.

Merasa sudah terbang cukup jauh dan tak ada tanda-tanda di kejar, Sunstrom bertransformasi ke wujud robotnya dan bersembunyi di balik batu besar. Dia nampak kelelahan sekali.

"haa ahh, ya ampun Bulkhead... Dia di tangkap. Hahh.. Apa yang harus kulakukan?" Tanya Sunstrom dengan nada putus asa.

Sementara itu, Bulkhead terkapar, habis di hajar oleh Lockdown.

"Penjarakan dia!" Titahnya pada salah satu bawahannya.

"Tuan, bagaimana dengan yang satu nya lagi?" Tanyanya kemudian.

Lockdown nampak menyeringai.

"Biarkan dia. Toh, kita sudah dapat tangkapan besar sekarang."

****

TRANSFORMERS PRIME : In Human FormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang