Chapter 6

385 26 5
                                    

Susan POV

Aku baru saja ke rumahku untuk mengambil beberapa pakaian dan juga tidak lupa aku memanggil jasa perbaikan rumah.

Jam kerjaku tepat pukul 9. Saat ini waktu menunjukan pukul delapan lewat lima menit, sedangkan kestasiun juga butuh waktu 10 menit untuk sampai kesana, Aku tak boleh terlambat

" lho? Kau mau kemana? "Tanya Jazz.

" aku mau kerja "jawabku singkat.

" untuk saat ini sebaiknya kau tidak kemana-mana dulu Susan "tegas Jazz, aku pun menoleh ke arahnya dan kami bertatapan.

" hah? Apa kau bilang? Enak saja, aku bisa diusir dari kantor kalau aku telat ! "

" saat ini keadaannya genting, mungkin robot-robot itu bakal menangkapmu "

" oh, ayolah Jazz, mungkin mereka hanya kerja dimalam hari "ucapku ngelantur, yang kupikirkan saat ini adalah, aku tak mau telat!

" dengar! aku tak mau kau kemana-mana, Dokter Vektor dan Lockdown tak akan membiarkan sasarannya begitu saja, dan mereka bakal melakukan berbagai cara untuk mencarimu dengan mudah. pikirkan itu Susan. "

Mulutku terkatup ketika aku mendengar perkataannya. Aku pun terdiam, tak jadi berkomentar.

Aku tak habis pikir kenapa aku bisa terlibat seperti ini? Hidupku rasanya tidak tentram sekali, tapi itulah hidup, mau tak mau kita dituntut untuk melewati setiap masalah dan menerima resiko.

Dengan berat hati aku menurutinya, tapi seketika itu juga sebuah ide terbesit dipikiranku. Aku kembali masuk ke dalam rumah, lalu menuju kamar, aku membuka lemariku dan mengambil jaket coklat tua dengan kupluk, aku langsung memakainya.

tak lupa aku mengambil jaket kulit milik almarhum ayahku yang sengaja ku simpan, dan sebuah kacamata hitam.

" apa itu? "Tanya Jazz ketika aku sudah kembali dari kamarku.

" nih, pakai. Buka jaketmu itu dan ganti dengan yang ku bawa ini. "Titahku. Tapi dia masih terdiam sambil menatap jaket kulit yang berada digenggamannya.

" tapi, untuk apa? "

" ya ampun, nanya mulu!! Udah pakai aja, sekarang kau akan mengantarkanku ke kantor, kita akan menyamar. Aku yakin robot-robot jahat itu tak akan mengenali kita karena mereka idiot. Ayo, aku sudah tak ada waktu lagi!! "Curcolku dengan tidak sabaran.

Justru Jazz malah masih terdiam sambil menatap jaket kulit itu.

" aku... tak yakin. "Ucapnya ragu.

Mataku menatap tajam ke arah Jazz. Tanpa sadar aku membuka paksa jaket yang dikenakannya sekarang. Jazz pun sedikit memberontak.

" eh, kau ini apa-apaan sih? Aku bisa sendiri kok "protesnya.

" Jazz, mau sampai kapan aku menunggumu mengganti jaketmu, sedangkan yang dari tadi kau lakukan hanyalah bengong saja. "Ucapku sinis. Jazz pun menurut dan dia mengenakan jaket kulit pemberianku itu.

Tanpa basa-basi lagi, aku dan Jazz langsung pergi menuju stasiun. Sebisa mungkin aku tak mau melakukan kontak kepada siapa pun yang mencurigakan di jalan.

Beruntung kereta yang akan ku naiki datang ketika aku baru saja sampai.
Aku menghela nafas lega ketika aku sampai ke kantor sebelum pukul sembilan pas.

" baiklah, aku akan menjemputmu kalau kau sudah pulang. Jangan lupa untuk menghubungiku kalau terjadi apa-apa. "Pinta Jazz.

" iya, Jazz. Bawel deh, aku masuk kedalam dulu. "Ucapku seraya berjalan dengan cepat menuju kantorku.

Sesampainya di meja kerjaku, aku merapikan beberapa barang yang sempat berserakan di mejaku karena kemarin aku lupa membereskannya.

Aku mengeluarkan Beberapa barangku ke meja. Aku pun mulai bekerja.

Nampak Mr.Jack tengah berjalan melihat-lihat para managernya. Dia pun berhenti tepat di depat meja kerjaku. Aku tau dia melihatku, aku pun berpura-pura sibuk didepan monitorku.

" bagaimana keadaanmu hari ini Susan? Sepertinya kau terlihat lelah "ucapnya. Aku mendongakan kepalaku agar aku dapat melihatnya.

" ah, tidak pak, aku baik-baik saja "jawabku bohong, padahal tadi malam aku tidak bisa tidur karena suara bising dari Rachet yang sedang membuat sesuatu, hampir semalam penuh.

" kau seharusnya istirahat yang cukup, apa kau sudah sarapan? " tanyanya simpatik. Seketika aku merasa ada yang aneh pada diriku, jantungku berdebar untuk yang kesekian kalinya.

" su, sudah kok "jawabku terbata.

" baiklah, selalu jaga kesehatanmu ya, jika sedang tidak enak badan jangan terus memaksakan diri untuk bekerja. "

"Iya, terima kasih atas sarannya "ucapku.

Dia baik sekali, kupikir bos itu kerjanya cuma ngomelin manajernya saja, ternyata sangat jauh dari dugaanku.

Mr. Jack mulai berjalan menggalkanku, namun dia berhenti beberapa langkah dan berbalik menuju tempatku, matanya terpaku dengan benda yang biasa kugunakan untuk berkomunikasi dengan Jazz.

Dia mengambil benda itu dan dia mengamatinya dengan cermat.

" benda ini... rasanya agak familiar "gumamnya. Dia membolak-balikan benda itu, mengamati setiap bagian.

" kau dapat darimana benda ini? "Selidiknya

Seketika aku kembali teringat dengan perkataan Jazz, jangan pernah membongkar rahasia yang telah kuketahui tentang Jazz dan teman-teman yang lainnya, sekalipun dengan orang terdekat atau yang baru saja kukenal.

" uhm, itu... video game, ya itu video game. Itu milik keponakanku, tapi benda itu terbawa olehku dan setelah pulang kerja aku akan mengembalikannya. "Jelasku, tentu saja aku kembali berbohong.

Dia hanya menatapku sekilas, kemudian dia meletakan benda itu kembali.

" maaf kalau aku mengganggumu, kembalilah berkerja. "

Pada akhirnya dia pun berlalu dari ku. Aku langsung mengambil benda itu dan menyembunyikannya di laci meja. Hufft... aku kaget ketika dia bilang sangat familiar dengan benda pemberian Jazz ini. Aku lansung menepis pikiran-pikiran yang aneh, lebih baik aku melanjutkan pekerjaanku.

****

Jack memasuki ruang kerjanya, dia berdiri didepan jendela kaca gedung yang besar, dia menatap jalan dibalik jendela itu.

Rasanya aku seperti pernah melihat benda itu, tapi kapan, dan dimana? Tanyanya dalam hati.

Mata nya menerawang setiap kejadian masa remajanya dahulu, ketika dia pernah bertemu dengan para robot-robot raksasa, yaitu Autobot, namun dia tak ingat semuanya.

Kemudian, dia duduk di kursinya, punggung tangannya menopang dagu, dia masih terus mengingat-ingat.

Namun akhirnya dia menepis pikiran itu jauh-jauh. Tak mungkin mereka kembali lagi, mengingat mereka telah pulang ke Cybertron, dan menyelesaikan semua masalah mereka disana.

Dan benda yang dia lihat barusan, mungkin memang bukan benda yang dia maksud, hampir mirip tapi tak sama.

****

TRANSFORMERS PRIME : In Human FormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang