09

4.2K 228 19
                                    

Alvin menelan ludahnya dalam-dalam. Apa yang sedang dia lakukan disini? Sejak Debo membawanya masuk Alvin hanya merenung dalam diam. Di sini tak ada siapa pun selain Debo yang bersikap aneh.

“Deb, sebenarnya ada apa?”

“Saya lagi memperhatikan mereka.”

“Mereka?” Gumam Alvin. Sejak awal Debo mengatakan 'mereka', siapa yang di sebut mereka oleh Debo? Dia sungguh penasaran, Alvin berdeham kecil, “Gue mau lihat... mereka.” Imbuhnya.

Debo dengan cepat menatap tajam Alvin, seolah yang dia katakan tadi adalah masalah besar.

Debo memalingkan pandangannya, “Saya bisa saja membukanya,” Ujarnya. Debo merogoh saku bajunya dan memberi kantung plastik hitam, “itu abu bambu kuning, oleskan abu itu di sekitar mata anda dan rasa penasaran anda akan hilang.”

Debo serius. Alvin meraih kantung plastik itu dan membukanya, ternyata benar, itu abu. Alvin mengambil abu itu dengan jarinya dan lekas menutup mata,

Dengan ini gue bisa lihat yang Debo sebut... Mereka.

Alvin lekas mengoles abu itu di sekitar sepasang matanya.

Oles. Oles. Oles. Dan. Oles.

Di sekitar matanya kini hitam, abu telah berada di sekitar matanya. Alvin membuka matanya perlahan.

Matanya membelakakak ketika ‘mereka ‘ yang dimaksud Debo ada di dekatnya, Alvin menjerit ke takutan. Mereka tak mau pergi darinya, Alvin menendang meja sampai terjatuh tapi mereka tak terkena meja itu, mereka menembus meja itu.

Dia menutup matanya rapat-rapat, “Debo! I-ini gimana hilanginnya?” Alvin menutup matanya, tak ingin melihat mereka, dia ingin mereka pergi atau hilang dari hadapannya.

“Hem, hapus abu itu sampai bersih.”

Alvin lekas menggesek abu di sekitar matanya dengan tangan, lebih kencang hingga matanya berlinang air mata.

“Dari awal ini memang tak bagus,” Ujar Debo sebelum dia menggenggam tangan Alvin dan membawanya keluar.

“Kita mau ke mana?”

“Kamar mandi,”

Debo membawa keluar Alvin meninggalkan mereka di sana. Tangan Alvin bergetar hebat dan kelopak yang berkedut-kedut itu juga menunjukkan hal yang sama, ketakutan.

“Padahal tadi itu gak menyeramkan, tapi anda saja yang tak memahami situasi,” ujar Debo.

Alvin berdecak, “Masa.” Cibir Alvin yang seakan masih memiliki tenaga untuk bicara dengan nada parau yang terdengar jelas.

Alvin berasa jengkel mendengar ucapan Debo yang seolah mengejeknya. Debo sudah terbiasa sementara dia? Tidak, wajar 'kan? Debo menghentikan langkahnya begitu pula Alvin. Suara pintu terbuka terdengar dari telinga Alvin, dia menebak bahwa ini telah sampai.

Debo meletakkan tangan Alvin di keran. Alvin lekas membukanya meski agak meleset, air mengalir keluar dari keran, Alvin membasuh dan menghapus arang di dekat matanya susah payah.

“Deb, punya jam 'kan?” Tanya Alvin sambil membersihkan matanya yang masih menyisikan abu.

“Ya,”

School In AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang