14

4K 210 6
                                    

Ify kaget melihat sosok itu yang mulai maju dan terkena cahaya matahari yang membuatnya terlihat oleh Ify secara perlahan meski mukanya masih tertutup bayangan. Orang itu jelas lelaki dan dia memegang balok kayu tanpa ragu dengan sisi yang terkena darah. Dia maju dan membuat Ify tak bisa membuat matanya berkedip. Ify tahu siapa dia.

“Lo! L-lo yang ... Me-membuat Debo--” Ify tak sanggup mengatakan kelanjutan ucapannya, ini sangat sulit di terimanya.

Lelaki itu maju beberapa langkah dan wajahnya mulai terlihat dengan cahaya yang membantu. Ternyata tebakkannya benar, dia adalah Alvin. Ify mendongak tak percaya.

“Gue tau lo bukan Alvin, lo cuma numpang fisiknya, lo yang menyebabkan ini semua, lo adalah .... “ Ify menarik napasnya dalam-dalam dengan ragu, “Melly.”

Angin memecahkan lampu yang bersinar terang dan kini gelap menerjang. Ify mengamati sekitar yang gelap, masih dapat terlihat tiap sisi ruangan olehnya, tapi tidak ada raga Alvin dimanapun. Ify menyipitkan matanya, sesuatu yang

“Diam!!” Kaca pecah bersamaan dengan suaranya yang meninggi. Serpihan kaca mengenai pipi Ify, gores wajahnya mengeliarkan darah.

Pintu gudang kembali terbuka, Ify terdorong mundur di saat bersamaan, Ify terhempas kasar ke luar gudang hingga menghantap tiang di sekitar. Ify mengernyit ke sakitan dan tergeletak di lantai kini menatap pasrah melihat Alvin dari balik pintu yang masih terbuku, dia sedang tertunduk dan lekas mengangkat wajahnya yang tiba-tiba mengeluarkan raut muka sedih, senang, miris di saat bersamaan, dan di iringi Pintu gudang kembali tertutup dengan kencangnya, meninggalkan Alvin yang kerasukan dan Debo yang tak bernyawa di dalam.

Ify berdiri dan berusaha membuka pintu gudang yang terkunci itu, suara hantaman benda yang di seling dengan teriakan menembus telinga. Ify terus berusa, berkali-kali mengkaitkan telapak tangannya dan menbobrak pintu, hasilnya pintu itu tak terbuka sedikitpun.

Ify merasa sedang mengalami de javu, bagaimana bisa dia mengalami hal ini lagi? Sebelumnya Debo yang membukakan pintu ini untuknya. Tapi sekarang siapa? Ify memekik dengan tangisan tersedu. Dia kembali ke posisi sebelum Debo datang. Menangis sampai air matanya membasahi baju. Sekarang Ify tak tau harus berbuat apa, dia hanya bisa menangis.

“Ify, a-awas.” tatih seorang lelaki yang suaranya tak asing baginya. Rio dengan gemetar, sudah bersiap-siap untuk mendobrak pintu tersebut.

“R-rio? A-a--” Ify di buat salah tingkah dengan situasi mencengkram ini. Dia mau menyelamatkan Alvin, dan dia juga mau Rio selamat. Apakah dia harus memilih? Rio atau Alvin? Berarti Ify harus memilih, begitu?

“Gak! Gue akan ngalangin lo!” bantahnya.

“Hah? Ta-tapi Al-alvin--”

“Biarin! Kemungkinan kecil Alvin gak bakal selamat!”

“I-ify... Lo bercandakan? Gu-gue udah dateng ke sini karena lo yang mau selamatin mereka. Ta-tapi sekarang?”

“Itu tadi, bukan sekarang! Lo tau apa yang terjadi?” Ify tersenyum miring di depan pintu gudang, dengan menundukkan kepalanya. Rio menelan ludah, “tadi Debo dateng, dia dobrak pintu ini demi gue. Dan seketika... Dia sudah tak bernyawa.”

“Itukan Debo! Gue gak sebodoh dia! Kita harus selamatin yang lain, sebelum situsi ini makin kacau! Mungkin hanya sedikit kemungkinan berhasil, tapi gak ada salahnya mencoba.”

“Gak! Ini gak bakal berhasil! Lebih baik mengambil sedikit resiko dari pada yang mengakibatkan lebih banyak memakan nyawa!”

“Ify? Masih banyak orang yang ingin hidup, bukan cuman gue. Dan apa salahnya mencoba?! Lo hanya harus berani melawan mereka disana!”

“Gak! Sekali gak, ya gak! Lagian lo juga bukan teman mereka!!” Ify meneteskan air mata. Dia hanya ingin Rio selamat, mengapa Rio tak mengerti. Hanya sedikit harapan kalau mereka masih hidup, kenapa Rio gak ngerti? Dia hanya ingin mengambil yang paling aman untuk saat ini.

“Ah, gue .... “ Rio menundukkan kepala menatap sepatunya yang agak berdebu, dia tak tahu harus berkata apa lagi sekarang.

“Kenapa lo mau tolongin mereka? Mereka bukan teman lo. Jadi--- Santai! Gak usah sok perduli, oke?” ujar Ify. Padahal dalam hatinya meresa sangat benci mengatakannya itu, bisa-bisanya dia berkata begitu padanya, padahal dia hanya berniat baik.

Rio meremas jari-jari tangannya, lalu mengambil kuda-kuda mantap, “Gak tau kenapa, padahal gue bukan temannya, tapi ada rasa ingin menyelamatkan di dada.” Rio berlari ke arahnya, dia tak menghiraukan Ify menghalangi ataupun tidak.

Ify membulatkan mata dengan kelopak yang sembab. Ify mengira Rio akan mengerti, tapi ternyata tidak. Ingin dia mengunpat, Dasar cowok gak peka! Tapi umpatan itu masih tersimpan di dalam hatinya.

Rio mengira Ify akan mengerti, tapi justru sebaliknya. Ify tetap ditempatnya, Ify membuat dirinya sebagai tameng untuk pintu gudang tersebut.

Apapun yang terjadi Ify harus dengan posisi tersebut. Rio menelan ludahnya dalam-dalam dan melancarkan lariannya pada pintu yang di halangi Ify. Ify hanya membuang muka dan matanya terpejam. TETAP SEPERTI INI IFY! Batinnya.

Lengan kiri Ify terasa tergenggam oleh sesuatu lalu ada tarikan dari genggaman itu, Ify terhuyung ke samping kiri dan--

BRAK!

Pintu terbuka. Ify yang terhuyung membuka matanya, kaget melihat Rio sudah berhasil membuka pintunya. Siapa yang menariknya tadi? Ify bergegas menggeleng dan menghampiri Rio yang sudah memegang gagang pintu. Rio membuka pintunya dan masuk ke dalamnya. Ify buru-buru menyusulnya masuk, ini sudah terlambat, dia sudah masuk.

“Rio ... !” Ify berteriak di ambang pintu.

Dia terdiam. Kosong, bersih dan rapih, hanya ada bekas jejak kaki Rio yang kini berada di tengah-tengah ruangan. Rio menyapu setiap sisi ruangan dengan pandangannya, tak ada apapun yang mencurigakan disana.

“Mereka pergi,” ujar Rio yang masih berusaha meneliti sekeliling.

“Jadi ... Apa yang akan kita lakukan sekarang?” Ucap Ify. Dia sudah tak tahu lagi apa yang harus di perbuat, sudah cukup menjadi masketir yang mencoba melindungi ke dua anggotanya.

“Kita cari cara buat nutup pintu antar dimensi.” Rio berbalik menatap Ify mendalam.

“Ta-tapi ... Kita bisa saja mati.”

Sebenarnya, Ify juga takut nyawanya terengut, bahkan dia masih bisa hidup sampai detik ini sudah sangat hebat. Tapi temannya dalam bahaya dan Ify rasa hanya itu satu-satunya jalan untuk mencabut akar dari permasalahan ini. Darah sudah banyak bertumpahan. Tapi ... Kenapa Ify masih saja ragu?

Rio menghela napas melihat Ify yang ragu-ragu, lalu berkata, “Lo mau masih nunggu super hiro dateng? Mungkin Spiderman lagi buat sarang, mungkin Superman lagi beli baju baru, atau mungkin Ironeman lagi ngerakit sesuatu. Intinya mereka sibuk, dan super hiro yang lain sekarang gak muncul. Masih mau nunggu mereka dateng? Atau bergerak sekarang mengamankan banyak nyawa?” bijaknya.

School In AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang