BAB 1

194 15 2
                                    

"KEVIIIIIIIN!!!" Kevin yang sedang berkutat dengan berkas-berkas di atas mejanya hanya melirik ke arah suara itu berasal dengan raut wajah malas. 

"Kevin! Kemana aja sih kamu? aku telepon dari tadi gak diangkat-angkat?!" gadis itu berteriak sambil  menghempaskan pantatnya di kursi yang berada di depan Kevin. Gerakannya jauh dari yang namanya anggun. Dia menyilangkan kakinya dan membuat rok mininya terangkat sehingga memperlihatkan kulit pahanya yang putih mulus terawat. Tapi Kevin sama sekali tidak tertarik dan lebih memilih fokus dengan kertas-kertas yang ada dihadapannya. Sudah dari tadi pagi dia bekerja keras untuk mengerti setiap angka yang ada di kertas itu sampai-sampai kepalanya seperti mau pecah.

Biasanya Papanya yang melakukan ini, tapi berhubung beliau sedang sakit,  terpaksa Kevin harus turun tangan.Dan....disinilah dia sekarang. Berteman dengan setumpuk berkas yang harus dia periksa, plus menghadapi gadis centil, ganjen, yang ada dihadapannya. Mimpi apa dia semalam. 

"Kevin! Aku ngomong sama kamu!" gadis itu masih terus melancarkan aksi marah-marahnya. Dan lagi-lagi Kevin tidak tertarik untuk meladeninya.

"Ngomong apa?" tanyanya santai sambil terus memeriksa kertas-kertas dihadapannya. Sekali-sekali keningnya berkerut bahkan tak jarang dia memijit-mijit pelipisnya perlahan ketika membaca beberapa hal yang dia tidak mengerti di dalam berkas itu. Aku harus meminta bantuan Pak Ahmad sepertinya jika tidak ingin otakku semakin ngehang. Pikirnya.

Gadis itu menggertakkan  giginya melihat sikap Kevin yang tak acuh padanya. Padahal selama ini tidak ada satupun laki-laki yang pernah memperlakukan dia seperti itu, dia adalah princess yang setiap permintaanya akan selalu dikabulkan oleh semua orang. Semua orang. Kecuali....Kevin.

"Aku telepon kamu kenapa gak diangkat???" jeritnya geram. 

"Gak denger." jawab Kevin santai dengan raut wajah datar. Kevin sama sekali tidak tertarik untuk meladenin gadis ini. Melihatnya saja membuat perut Kevin mual. Jadi daripada muntah lebih baik tidak usah dilihat. Kertas-kertas ini lebih menarik daripada gadis itu. Tega bener, Kev.

"Seratus kali aku menelponmu......"

"Jangan berlebihan," potong Kevin yang jengah dengan taktik lebay yang selalu gadis ini lakukan. 

"Cepat katakan ada apa kau kesini, setelah itu kau boleh pergi. Aku sibuk." suara Kevin terdengar datar dan dingin. Kevin memang dikenal laki-laki yang dingin, tapi kepada gadis yang ada dihadapannya ini dia bukan hanya akan bersikap dingin tapi juga terkadang sadis. 

"Kevin!! Kau mengusirku?" 

"Iya." 

"Aku tunanganmu. Kau tidak bisa mengusirku!" jawab gadis itu sambil menatap Kevin dengan tatapan marah. Dia tidak terima diperlakukan seperti ini. Dia adalah Sarah Martadinata. Putri dari seorang pengusaha besar dan satu-satunya ahli waris dari keluarga Martadinata. Jadi tidak ada yang boleh memperlakukannya seperti itu. 

Kevin yang sejak tadi sudah merasa terganggu dengan sikap gadis itu akhirnya melempar pulpennya  kemudian memberikan tatapan matanya yang dingin dan menyeramkan kepada Sarah. 

"Siapa yang mengatakan kau tunanganku?" tanya Kevin dengan suaranya yang menakutkan. Dia melipat tangannya di dada sambil terus menatap Sarah tanpa berkedip. Sarah yang memiliki gengsi setinggi langit dan harga diri yang entah diletakkan di langit ke berapa, semakin panas menerima perlakuan Kevin yang seolah-olah tidak mengakuinya sebagai tunangannya. Kevin memang tidak pernah mengakuinya. 

"Orang tua kita  yang menjodohkan kita, dan kau......"

"Kalau begitu suruh mereka yang menikahimu nantinya. Bukan aku!" potong Kevin.

Stay With Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang