BAB 17

59 5 0
                                    


"NGAPAIN LOE DISINI?" Naya menyentak Kevin dan menatap Kevin tajam. Kening Kevin berkerut.

Kesalahan apa yang gw bikin sampai Naya semarah ini?

"Ada apa, Nay?" Tangan Kevin bergerak ingin menyentuh tangan Naya, tapi gadis itu menepisnya dengan kasar. Kevin mendengus.

"Gw gak mau ngomong sama loe!" Jawab Naya ketus. Saat dia hendak berdiri, Kevin menahan tangannya.

"Ada apa,Nay? Terakhir kita ngomong ditelpon semua baik-baik aja." Ujar Kevin. Tangannya masih menahan tangan Naya.

"Duduk, Nay. Kita bisa omongin baik-baikan?" Bujuk Kevin sabar. Naya bergeming.

"Nay...." panggil Kevin. Tapi Naya masih membuang muka dan menolak untuk menuruti apa yang Kevin katakan. Kevin mendengus kesal. Akhirnya dia mengalah. Kevin berdiri  dan menatap Naya. Dia meraih wajah Naya dan memaksa gadis itu untuk melihatnya.

"Kenapa?" Tanya Kevin lembut. Naya masih diam.

"Mau gw cium dulu baru loe buka mulut?" Ancam Kevin. Sontak wajah Naya memerah. Walaupun Kevin sudah sering menciumnya tapi tetap ancaman Kevin selalu berhasil membuat Naya merona. Kevin tersenyum tipis.

"Kalau ada masalah itu diomongin, bukannya ngilang begini. Bikin orang panik." Protes Kevin. Walaupun Naya masih menghindari tatapan Kevin tapi wajahnya tidak lagi sekeras tadi.

Kevin menarik dagu Naya, memaksa Naya melihatnya. Mata gadis itu sembab. Sebetulnya apa yang terjadi? Berapa lama dia menangis?

"Nay....." desak Kevin sambil menatap Naya tajam.

"Sarah." Ucap Naya pelan. Tidak ada reaksi yang mencurigakan saat Naya menyebut nama itu. Kevin terlihat biasa-biasa saja.

"Ngapain dia?" Tanya Kevin santai. Walaupun sesungguhnya dalam hati Kevin ingin membunuh wanita itu. Dia sudah berbaik hati memaafkan apa yang Sarah lakukan pada Naya tempo hari karena wanita itu berjanji tidak akan lagi menganggu Naya tapi kenyataannya dia kembali mengusik Naya.

Alis Naya melengkung,"loe gak ngerasa bersalah gitu?"

"Sama siapa? Sama dia?"

Mata Naya membesar. Dia geram melihat sikap Kevin.

"Auwwww....sakit, Nay." Seru Kevin saat Naya mendaratkan cubitan kencang dilengannya.

"Syukurin!" Semprot Naya dan mendorong Kevin menjauh. Dengan cepat, Kevin menangkap tangan Naya dan menariknya, membuat tubuh Naya menempel padanya.

"Udah dibilang jangan kabur." Ucap Kevin. Dia lalu menarik Naya untuk duduk di sofa, dan melingkarkan tangannya ditubuh gadis itu.

"Biar gak kabur." Bisik Kevin.

"Kevin apaan, sih. Lepasin ah. Gw itu marah sama loe! Jadi gak usah sok manis-manis,dech!"

"Enggak. Sebelum loe bilang ke gw apa yang bikin loe semarah ini." Tolak Kevin.

"Kalau soal Sarah, loe gak perlu dengerin omongan dia. Semuanya bohong." Lanjut Kevin.

"Maksud loe?"

Kevin menarik nafas malas," sebenernya gw males ngebahas soal d, karena menurutku itu gak penting. Dia bukan apa-apa buat aku. Aku gak punya perasaan apa-apa sama dia. Pengen nyium dia juga enggak. Liat mukanya aja aku udah eneg." Spontas Naya tersenyum geli mendengar ucapan Kevin dan cara Kevin mengatakannya.

"Terus kalau gak suka kenapa bisa tunangan?" Naya kepancing.

"Nah, ketauankan. Dia datengin loe?" Selidik Kevin. Dengam cemberut, Naya mengangguk.

"Bilang apa aja dia?"

"Loe udah tunangan sama dia."

"Trus percaya?" Sebetulnya Naya juga tidak percaya tapi dia tidak cukup punya kepercayaan diri untuk menyakinkan dirinya bahwa dia layak untuk Kevin. Kevin mendengus kecewa.

"Masih aja gak percaya sama gw?" Tuduh Kevin. Naya tertunduk diam.

"Terus dia bilang apa lagi?"

Naya menarik nafas panjang, sebetulnya yang paling menyakitkan dari apa yang diucapkan Sarah adalah bagian ini. Dia kotor dan tidak layak untuk Kevin. Kata-kata itu berhasil membuatnya sadar bahwa dia adalah Kanaya, korban pemerkosaan yang diusir oleh keluarganya sendiri. Pemikiran itu membuat matanya berkaca-kaca.

"Hei, kok nangis..." seru Kevin sambil menarik Naya ke dalam pelukannya. Tangan Kevin mengelus bahu Naya pelan.

"Apapun yang dibilang Sarah, itu gak bener. Dia cuma jeles karena gw gak mau nikahin dia. Loe harus percaya sama gw, Nay." Bisik Kevin.

"Gw percaya sama loe. Cuma apa yang dia bilang bener. Gw itu kotor. Gw gak pantas buat loe."

"BERHENTI NGERENDAHIN DIRI LOE, NAY!" Naya tersenyak kaget mendengar teriakan Kevin. Laki-laki itu melepas pelukannya dan berdiri. Darah Naya berdesir melihat kemarahan Kevin.

Kevin berjalan menjauh. Jari-jari tangannya menyapu rambutnya dengan kasar.

"Setiap kali loe ngerendahin diri loe, hati gw sakit, Nay." Gumam Kevin sambil menatap ke luar jendela.

"Apa yang terjadi sama loe dulu adalah kesalahan gw. Gw yang gak bisa jagain loe. Bahkan sampe hari ini gw masih gak bisa inget kejadian itu sepenuhnya. Gw yang bikin loe begini, Nay." Suara Kevin bergetar. Hati Naya seperti dicubit mendengarnya.

Naya berdiri menghampiri Kevin. Memeluk laki-laki itu dari belakang. Menyandarkan kepalanya dipunggung lebar Kevin.

"Maafin gw, Vin." Bisik Naya. Seharusnya Naya bisa melihat bagaimana usaha Kevin untuk membuktikan bahwa dirinya layak dicintai, bukannya bersikap kekanak-kanakan seperti ini.

Kevin meletakkan tangannya di atas tangan Naya, lalu berbalik. Menatap gadis itu sungguh-sungguh.

"Berhenti bilang loe gak pantes buat gw. Berhenti bilang diri loe kotor. Itu kalau loe mau gw maafin." Ucap Kevin. Naya tersenyum lirih dan mengangguk.

"Iya." Jawabnya. Kevin lalu memeluk Naya. Mendekap gadis itu erat, mengelus rambutnya. Dia begitu teramat sangat merindukan gadis yang ada di dalam pelukannya saat ini. Dan mengetahui semuanya sudah baik-baik saja, perasaan Kevin jadi lega.

"Papa yang jodohin gw sama Sarah karena bisnis. Sekarang gw udah selesaiin itu semua dan gw udah batalin perjodohan itu. Gw gak perduli papa setuju apa gak tapi keputusan gw udah bulat. Gw gak akan ngelanjutin perjodohan gila ini." Cerita Kevin tanpa  diminta.

"Jadi apapun yang Sarah lakuin kedepannya nanti untuk misahin kita, gq mohon loe jangan percaya. Karena gw yakin dia gak akan berhenti sampe disini." Lanjut Kevin.

" I love you, Nay. Gak peduli siapa loe dulu dan sekarang, perasaan itu gak pernah berubah.  Inget itu baik-baik, ya." Aku terharu mendengar kata-kata Kevin. Kupeluk Kevin.

"Maafin gw...." bisikku.

"Gak mau." Sahut Kevin. Sontak Naya melepas pelukannya.

"Hah?" Sahut Naya kaget. Lalu Kevin menunjuk kebibirnya. Kening Naya berkerut tidak mengerti.

"Cium." Tegas Kevin.  Naya memutar matanya melihat kelakuan Kevin.

Dasar, Mesum!

"Ayo, cium. Mau dimaafin gak? Gw belum tidur nih dari pagi gara-gara mikirin loe yang tiba-tiba ilang." Naya merengut tapi geli.

"Segitu cintanya sama gw sampe panik gw hilang..." goda Naya setelah mengecup bibir Kevin.

Mata Kevin membulat," berani ya godain gw..." tanpa membuang-buang waktu, Kevin memgangkat Naya ke atas bahunya dan memukul pantat Naya layaknya anak nakal. Naya menjerit protes.

"Berisik, Nay. Loe mau pak ujang dateng dan liat loe dalam posisi begini?"

"Turunin, Kevin. Kita mau kemana?"
"Kamar. Atas kasur. Bercinta"

"Kevinnnn!!"

*****



Stay With Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang