BAB 14

67 6 0
                                    

Naya berjalan menuju pintu apartemen Kevin. Dia harus keluar dari sini, dadanya sesak karena rasa sakit. Semuanya bagai mimpi buruk bagi Naya. Tapi sebelum tangannya menyentuh handle pintu, tiba-tiba Kevin memeluknya dari belakang. Menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Naya dan membuat gadis itu terkejut.

"Vin, lo-loe ngapain? Lepas..lepasin gw, Vin." Naya meronta dan berusaha melepaskan pelukan Kevin tapi laki-laki itu justru semakin memeluknya erat dan tetap menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Naya.

"Vin, loe ngapain??? Lepas, Vin. Lepas!" Ronta Naya sekali lagi. Bukannya melepaskan pelukannya Kevin justru semakin mengunci Naya lebih erat, tanpa suara, hanya sebuah pelukan.

"Vin...." bisik Naya lirih.

"Stay with me, Nay. Please." Hawa hangat menjalar diseluruh tubuhnya saat mendengar ucapan Kevin. Suara laki-laki itu bergetar dan Naya bisa merasakan keseriusan di dalamnya.

"Loe apa-apaan ,Vin. Lepas. Loe gak perlu begini, gw sadar diri kok..."

"Maafin gw, Nay." Sela Kevin. Dia tidak akan membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut. Naya masih terpaku di tempatnya dengan tangan Kevin yang terus memeluknya erat dan nafas hangat Kevin di lehernya.

"Lepas, Vin. Gw mohon...." bisik Naya. Ia berusaha menahan tangisnya. Kevin menggeleng lalu membalikkan tubuh Naya dan membuat mata mereka saling bertemu.

"Gw gak bakal lepasin loe, Nay. Cukup sekali gw kehilangan loe dan gw gak akan biarin itu terjadi lagi." Jawab Kevin serius.

"Cukup, Vin. Jangan kasih gw janji-janji yang loe gak bisa tepatin. Sikap loe udah ngejelasin semuanya."

"Berhenti berpikiran negatif tentang gw, Nay!!" Tiba-tiba Kevin membentak Naya dan membuat gadis itu terdiam.

"Gw ngelakuin itu semua karena gw menghargai loe, Nay. Dimata gw loe masih sama dengan Naya yang dulu. Loe gak pantes jadi sasaran nafsu setan gw, Nay. Itu alasannya kenapa gw berhenti, Nay." Jelas Kevin sungguh-sungguh. Wajah Naya merona karena malu. Dia tidak yakin dengan apa yang dia dengar.

"Tapi gw laki-laki normal, Nay. Gw gak bisa nahan diri gw setiap kali di deket loe. Maafin gw, Nay. Apapun alasannya, gw salah. Seharusnya gw berpikir dulu sebelum ngelakuin ini semua." Suara Kevin melembut. Darah Naya berdesir. Dia tau, kali ini Kevin tidak main-main. Dia tidak sedang mengoda Naya.

Kevin menatap jauh ke dalam mata Naya. Nayanya memang sudah berubah. Matanya yang dulu selalu ceria kini tidak lagi Kevin temukan. Yang ada hanya kesedihan dan rasa tidak percaya diri.

Nay..siapapun yang melakukan ini semua ke loe, mereka gak punya hati. Dan gw gak akan tinggal diam.

"Ijinin gw nebus semua kesalahan gw dulu, Nay. Gw janji bakal selalu ada buat loe. Gw janji gak bakal nyakitin loe." Kevin terus menatap Naya sementara gadis itu lebih memilih menundukan kepalanya. Perasaannya campur aduk. Dia percaya pada semua yang Kevin katakan, tapi bayangan masa lalu membuatnya takut dan malu. Apapun yang Kevin katakan, dia tetaplah bukan Naya yang dulu.

"Gw..gw gak pantas buat...."

"Ssstttt...."Kevin meletakkan telunjuknya dibibir Naya.

"Gw gak mau denger itu, Nay. Jangan ngerendahin diri loe terus menerus,"

"Tapi itu emang gw, Vin. Itu gw yang sekarang. Loe gak bisa....." belum sempat Naya menyelesaikan ucapannya, Kevin sudah menarik Naya ke dalam pelukannya. Menahan kepala gadis itu di dadanya dan melilit tubuh gadis itu dengan tangannya. Dia ingin Naya diam dan hanya merasakan bahwa apa yang Kevin katakan adalah sungguh-sungguh. Naya terdiam tapi bahunya bergetar. Hati Kevin sakit melihatnya dan Kevin berjanji, dia akan mengantikan kebahagiaan Naya yang hilang. Mengembalikan keceriaan yang dulu selalu terpancar di wajah Naya. Pikiran itu membuat Kevin semakin mempererat pelukannya, lalu mencium puncak kepala Naya. Sikap Kevin membuat Naya semakin terisak. Rasanya dia tidak percaya, setelah sekian lama dia akhirnya bisa merasakan perasaan ini. Perasaan dicintai dan itu justru dari orang yang selama ini ia benci. Inilah yang Naya butuhkan dulu. Saat keluarganya mengusirnya dari rumah karena musibah yang ia alami, saat tidak ada satupun orang yang peduli padanya. Dia butuh pelukan ini, dia butuh dada ini untuk tempatnya bersandar. Dia butuh Kevin. Hanya Kevin. Tangis Naya semakin pecah, ia memeluk tubuh Kevin dengan erat. Meremas kemeja putih yang dipakai laki-laki itu dengan kencang. Dia ingin menumpahkan semua kesedihannya di dada Kevin. Kesedihan yang selama ini berusaha ia tahan karena dia punya tanggung jawab yang harus ia pikul. Caca. Gadis kecil yang tidak bersalah.

Stay With Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang