BAB 13

62 5 0
                                    

"Minggir!!!"
"Jangan, Non Sarah. Nanti saya dimarahin Pak Kevin." Cegah Margaretha siang itu.
"Kamu pikir saya peduli?! Minggir!!" Sarah bersikeras masuk ke ruangan Kevin walaupun Margaretha sudah berusaha menghadangnya.
"Jangan, Nona Sarah. Nanti....." belum selesai Margaret menyelesaikan ucapannya, Sarah sudah menarik tangan Margaret dan mendorong pintu ruangan Kevin dengan kasar. Kevin yang saat itu sedang fokus mengerjakan proposal untuk sebuah perusahaan baru yang akan ia ajak bekerjasama harus terpaksa mengalihkan perhatiannya ke suara berisik di depan pintu. Keningnya  berkerut dan raut wajahnya langsung berubah keras saat melihat Sarah yang kemudian disusul dengan margaret dengan wajah ketakutannya. Kevin menutup laptopnya dengan kasar lalu mencondongkan badannya ke depan dan memandang kedua wanita itu dengan tatapan membunuh.

"Margaret, kamu lupa pesan saya?" Tanya Kevin. Suaranya terdengar biasa saja tapi mampu membuat seluruh tubuh Margaret bergetar takut.

"Ti-tidak Pa-k. Ma-aafkan sa-ya Pak. Nona Sarah yang memaksa..."

"Diam kamu!!" Bentak Sarah dengan tatapan matanya yang tajam ke Margaret dan membuat wanita itu menghentikan ucapannya dan tertunduk. Kevin kemudian melayangkan tangannya pada margaret, memberi isyarat pada wanita itu agar keluar dari ruangannya.

"Kamu mau apa, Sar? Gw lagi banyak kerjaan." Tanya Kevin acuh.

"Apa maksud loe ngelewatin jadwal fitting baju pengantin kita kemarin?" Sentak wanita itu, dadanya naik turun menahan amarah.

"Fitting? Baju pengantin? Siapa yang mau nikah?" Sahut Kevin tanpa mengalihkan pandangannya dari atas meja.

"KEVIN!!! KAMU JANGAN MAIN-MAIN!!"

"Berhenti berteriak di kantor gw, Sar. Gw gak mau nama baik gw jelek gara-gara kelakuan loe." Tegur Kevin.

"Lagipula yang mau nikah itu loe, bukan gw. Jadi ngapain loe maksa gw buat fitting baju segala." Kevin memang sengaja melewatkan jadwa fitting baju kemarin. Dia sama sekali tidak berniat melanjutkan proses perjodohan ini. Dari awal Kevin sudah menolaknya, tapi justin, Papanya tidak pernah mendengar ucapannya seolah-olah apa yang Kevin katakan hanya gertakan doang. Dan sekarang, Kevin akan membuktikan bahwa dia tidak main-main untuk menolak perjodohan ini. Apalagi dengan kembalinya Naya ke dalam hidupnya, Kevin semakin yakin  dengan keputusannya.

"Kevin, kami gak bisa seenaknya. Kamu harus ingat, orangtuamu berhasil karena bantuan dari orang tuaku...

"Lalu apa peduli gw? Bokap gw yang berhutang budi sama bokap loe. Bukan gw. Loe nikah aja sama bokap gw. Selesaikan." Sahut Kevin santai. Wajah Sarah semakin memerah. Dia tidak terima diperlakukan seperti ini oleh Kevin. Dia adalah Sarah Martadinata, princess, tidak ada satupun laki-laki yang bisa menolaknya termasuk Kevin.

"Loe bakal bayar semua ini, Vin. Loe liat nanti. Gw gak akan tinggal diam. Gw bersumpah." Desis Sarah yang kemudian berdiri dan pergi meninggalkan Kevin begitu saja. Kevin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Sarah. Makan apa dulu ibunya sampe anaknya bisa seganas ini? Pikir Kevin dalam hati. Dan tidak butuh waktu lama bagi Kevin untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Sarah bukanlah hal penting yang bisa merusak moodnya. Itu semboyan Kevin.

*****

Naya berdiri mematung di depan sebuah gedung megah yang tinggi. Setengah hatinya ingin masuk ke dalam gedung itu dan menemui Kevin tapi setengah hatinya lagi ragu. Kenangan saat Kevin menyentuhnya malam itu masih belum bisa Naya lupakan, apalagi Kevin yang tiba-tiba berhenti mencumbunya saat dia mulai merespon ciuman Kevin membuat harga diri Naya seperti diinjak-injak. Dia malu. Malu pada Kevin dan malu pada dirinya sendiri.

Naya melangkah perlahan memasuki gedung mewah itu. Suasana di sana tidak terlalu ramai, mungkin saat ini masih jam kantor jadi semua orang masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dibelakang meja. Naya berjalan mendekati lift. Dia tau alamat Kevin dari Vanya, Vanya yang membantunya bertanya pada Radit dimana kantor laki-laki itu.

Stay With Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang