BAB 22

35 4 0
                                    

Kevin menatap cemas ke arah sebuah rumah mungil yang gelap gulita. Tidak ada tanda-tanda bahwa pemiliknya ada di dalam. Dengan keyakinan yang minus, Kevin berjalan memasuki pekarangan rumah yang memang di design tanpa mengunakan pintu. Kevin menekan bel yang ada di sana berulang kali, tapi tidak ada jawaban. Masih belum menyerah, Kevin mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Naya. Ponsel Naya tidak aktif. Kevin kembali menghela nafas.

"Nay, kamu kemana?!!" Gumam Kevin putus asa.

Tanpa membuang-buang waktu, Kevin berinisiatif untuk kembali ke studio. Mungkin Naya ada di sana. Tapi semua harapan itu hanya harapan karena nyatanya Naya tidak ada di sana.

Kevin menghubungi Radit, mungkin Radit bisa mengecek keberadaan Naya.

"Lor gak seneng ya kalau gak ganggu gw!" Umpat Radit saat menerima telpon Kevin.

"Gw butuh bantuan loe." Ucap Kevin tanpa menghiraukan omelan Radit.

"Malam-malam begini?!"

"Naya hilang." Potong Kevin.

Okay. Tentu saja Naya. Cuma gadis itu yang bisa membuat Kevin seperti ini.

"Kenapa lagi cewek loe itu?" Tanya Radit tanpa berusaha menyembunyikan rasa jengkelnya.

"Dia belum pulang. Handphone-nya gak bisa dihubungin. Gw mau loe cek lokasi handphone-nya dimana." Perintah Kevin tanpa basa basi. Kevin bisa mendengar dengusan kasar Radit, tapi dia tidak perduli. Yang dia mau hanya kabar tentang Naya. Hanya itu.

"Ini udah lewat tengah malam. Gw khawatir dia kenapa-kenapa." Jelas Kevin tanpa diminta. Radit bisa merasakan kecemasan yang luar biasa dibalik suara Kevin.

"Oke. Gw cariin. Begitu dapet kabarnya, gw langsung kabarin loe."

"Thank's, Dit." Ucap Kevin.

"Sayang, kok lama, Sih?!! Tanggung, Nih." Mata Kevin membesar ketika mendengar suara sayup-sayup perempuan diseberang sana.

"Loe?!!!!"

"Bu..bukan siapa-siapa. Oke. Nanti gw kabarin. Bye!"

Klik.

Radit memutus sambungan telepon begitu saja. Meninggalkan Kevin yang terdiam sambil geleng-geleng kepala.

*****
Sementara itu, di sebuah pabrik lama yang tidak terpakai dipinggiran kota, Naya duduk bersandar di tiang kayu usang dengan tangan terikat. Matanya memicing saat pantulan cahaya matahari menyapanya. Dan sesaat kemudian, mata itu membesar ketika menyadari apa yang terjadi.

Naya meronta-ronta, berusaha melepaskan tangannya yang terikat dibelakang punggungnya.

"Udah bangun ternyata..." suara seorang wanita menghentikan usahanya.

"Loe mau apa?" Sentak Naya. Wanita itu terkekeh sambip berjalan kearah Naya lalu jongkok didepannya.

Dia menyentuh dagu Naya, menjepitnya hingga membuat Naya meringis kesakitan.

"Gw udah peringatin loe buat jauhin Kevin. Tapi loe gak nurut." Desis Sarah.

"Kalau cara halus loe gak bisa nurut, terpaksa gw harus pake cara kasar."

"Loe mau apa?" Tanya Naya dengan suara bergetar.

Sarah tersenyum licik, senyum yang membuat jantung Naya berdesir takut. Wanita itu terlihat sangat menakutkan. Wajah cantiknya berubah menjadi menyeramkan. Dia seperti seseorang dengan kepribadian yang berbeda. Kejam dan tanpa melas kasihan.

Stay With Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang