BAB 2

113 11 3
                                    

Jam menunjukkan pukul tiga pagi ketika Naya sampai di rumah Vanya. Badannya seperti mau rontok. Tulang-tulangnya terasa seperti mau patah. Ternyata tidak gampang bekerja ditempat seperti itu. Suara dentuman musik yang begitu kencang dan aroma rokok yang bercampur alkohol membuat kepalanya pusing. Naya memang bukan gadis lugu, bahkan Naya termasuk gadis nakal ketika di SMUnya dulu. Tapi itu dulu. Sejak Caca lahir dia sudah tidak pernah lagi melakukan hal-hal seperti itu. Bukan hanya karena waktunya yang tidak ada  karena  harus mengurus Caca sendiri tapi keuangannyalah yang benar-benar membuat dia harus melupakan kesenangannya dulu.

Naya mengempaskan badannya di atas kasur. Naya memang memegang kunci duplikat rumah Vanya, jadi dia bisa datang dan pergi sesukanya tanpa harus merepotkan Vanya. Dan tadi dia sempat mengintip Caca di kamar Vanya. Naya tersenyum haru ketika melihat Vanya memeluk Caca dan begitu sebaliknya. Naya bersyukur bahwa dia memiliki sahabat sebaik Vanya.

Naya berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri. Ketika keluar dari kamar mandi waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat itu artinya dia masih punya waktu tidur beberapa jam sebelum mengantar Naya ke sekolah. Fiuh.....Naya menarik nafas panjang. Beri aku kekuatan Tuhan. Doanya dalam hati.

*****

Kevin masih belum bisa tidur padahal sudah lebih dari sejam dia merebahkan badannya diatas kasur empuknya. Entah kenapa bayangan gadis di klub tadi selalu mengusiknya sepanjang malam. Padahal dia sama sekali tidak mengenal gadis itu. Bahkan, Kevin juga tidak melihat wajahnya dengan jelas ketika dia mengantarkan minuman ke dalam ruang VIPnya.

Hatinya semakin penasaran, siapa sebetulnya gadis ini? Kenapa Kevin merasa mengenalnya, sangat mengenalnya. Tapi dimana dan kapan??

Kevin mengacak rambutnya sendiri. Kepalanya pusing karena penasaran. Kevin menarik bantal yang ada disampingnya dan menutupi wajahnya dengan itu. Berusaha menghilangkan bayangan gadis itu. Tapi percuma, yang ia dapat malah bayangan gadis itu dengan wajah tidak terlalu jelas semakin menari-nari di kepalanya. Aku harus mencari tau siapa, pikir Kevin di dalam hati. Kalau perlu ia akan meminta pada si tua bangka Steven agar gadis itu  semalaman berada di ruang VIP untuk  melayaninya dan  Kevin bisa lebih mengenalnya. Dengan tekad itu akhirnya perasaan Kevin mulai tenang. Dan ia tertidur sambil bermimpi gadis itu mengunakan seragam putih abu-abu menangis di depannya dengan pakaiannya yang compang camping disemua bagian. Dan yang paling mengerikan, ada darah menetes di sepanjang kaki indahnya.

SHIIIIIT

Kevin terbangun dengan keringat di seluruh tubuhnya dan nafas terengah-engah. Apa itu? Kenapa mimpinya begitu terasa nyata? Kenapa gadis itu menangis? Dan seragam putih abu-abu? Apa hubungannya gadis itu dengan masa SMUnya.

*****
Flashback On

"Vin, loe datang gak ke pesta dansa ntar malam?" tanya Bobby yang baru saja masuk kelasnya dan langsung duduk diatas meja Kevin. Kevin yang tidak terlalu tertarik dengan acara seperti itu hanya menanggapi dengan setengah hati sambil menaikan kakinya ke atas meja.

"Ada apa disana? kalau gak ada cewek cakep, gw males."Sahut Kevin.

"Banyaklah, Bro. Pesta dansa gitu, lho." Sahut Daniel mengompori.

Kevin mendengus pelan,"paling juga cewek sekolah ini. Males gw, cewek-cewek disini gak ada yang selevel gw. Norak-norak." Sahut Kevin angkuh.

"Belagu, loe!!" sahut Bobby. Tapi Kevin tidak perduli. Baginya memang cewek-cewek disekolahnya tidak ada yang menarik. Selain.....gadis itu.

"Ada Kanaya." Teriak Panji. Sontak Kevin yang sedang meluruskan kakinya diatas meja langsung terbangun dan terduduk dengan cepat.

"Serius, loe?" tanya Kevin

Stay With Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang