||Membutuhkan dan Dibutuhkan ||
.
.
.
Weza tersenyum senang di balik wajah datarnya ketika Anjar mencebik kesal. Anjar baru saja mendapatkan nomor Eunike dari Ayla. Namun ketika Anjar mencoba menghubungi Eunike, bukan sapaan hangat yang diterimanya tapi sebuah tolakan. Eunike tidak menjawab panggilan Anjar dan membuat Anjar harus menelan kecewa pada usaha pertamanya.
Selama di rumah makan bebek keluarga Bang Haris, pokok pembicaraan menjadi bagaimana cara mendekatkan Anjar dan Eunike. Para wanita senang-senang saja, mereka pikir jika Anjar berhasil berpacaran dengan Eunike mungkin Eunike akan berubah menjadi sosok yang asik. Weza sendiri tidak mengerti definisi dari kata asik bagi para wanita itu apa. Apa salah Eunike sampai dicap tidak asik?
Meskipun Weza pernah menyindir Eunike dengan berkata bahwa dia ternyata seperti yang orang lain katakan, namun itu hanya sebatas karena ia kesal atas sikap apatis Eunike pada dirinya. Sejauh ini, Weza tidak pernah bertemu dengan wanita seperti Eunike. Bermodalkan wajah yang enak dipandang dan sikap perhatian, biasanya dengan mudah Weza bisa mendekati wanita mana saja yang ia inginkan. Tidak dengan Eunike. Wanita itu sudah terlanjur mencap dirinya dengan jelek dan seolah membuat Weza seperti penyakit yang harus dihindari.
Kenapa manusia selalu mudah melabeli orang lain dengan cap ini itu padahal mereka tidak saling mengenal secara mendalam? Miris memang, tapi itulah kenyataannya. Sejujurnya Weza tidak suka walaupun kadang ia juga sering melakukannya. Mungkin ia harus mencoba untuk mengubah segalanya dari sekarang, dimulai dari Eunike dan dirinya.
Weza membuka memorinya, mencoba mengingat lagi kapan pertama kali ia bertemu dengan Eunike. Namun ia sama sekali tidak mampu mengingatnya, ia hanya tau bahwa kejadian itu dua tahun lalu. Itu pun karena Eunike mengatakannya sendiri ---saat mereka terlibat percakapan tidak mengenakan sabtu lalu. Eunike memang bukan jenis wanita yang mudah diingat, ia tidak menonjol dan tidak banyak tingkah. Bahkan mungkin keberadaannya kadang tidak terdeteksi karena tertutup wanita-wanita lain yang lebih bersinar.
Betapa Weza merasa dirinya sangat buruk. Kini ia sadar bahwa bukan salah Eunike jika wanita itu berpikiran jelek padanya. Semua karena sikapnya sendiri, semua karena kebodohannya. Kemana saja ia selama dua tahun ini? Ia bahkan tidak mampu mengingat kapan pertama kali bertemu dengan Eunike dan bagaimana kejadiannya. Weza tidak tau apa-apa tentangan Eunike selain nama lengkapnya dan divisi tempatnya bekerja. Lalu dengan tololnya dia bersikap sok baik, mendekati Eunike dan mulai mencari perhatian.
Kebodohan Weza juga naik level setelah ia justru menganggu Eunike. Semua hanya demi egonya yang terluka akibat diabaikan.
"Za, gue harus mulai darimana ya kalau mau deketin tipe cewek kaya Eunike gini." Anjar menatap Weza dengan wajah serius. Jarang sekali teman-temannya tampak serius selain saat bekerja.
Weza mengangkat bahunya. "Gak ada ide."
"Kenapa tanyanya sama Weza sih?" Ayla merengut tidak suka.
"Ya karena dia yang paling bajingan diantara kita. Itung aja berapa banyak mantannya." Tama nyeletuk seenaknya.
"Banyak mantan bukan berarti bajingan. Weza belum ketemu aja sama yang beneran belahan hatinya." Ayla membela Weza sambil melirik pria itu dengan senyuman hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Wings
ChickLit[Pemenang Storysmiths Wattys 2017] Dua tahun berada di tempat yang sama, kadang kala saling bertatap muka atau sekedar betegur sapa sebagai sopan santun belaka. Tapi siapa yang sangka, bahwa sebuah kedekatan hanya perlu ada satu pihak yang memutuska...