014

16.6K 2.4K 161
                                    

|| Diam-Diam||

.

.

.

"Za!" Tama mengagetkan Weza yang sedang mengamati papan besar berisi informasi produksi. Meskipun Weza tidak terlalu kaget karena ia sudah bisa merasakan ada seseorang yang berjalan mendekatinya.

"Gue perhatiin beberapa hari ini lu udah enggak pernah ngikutin si Nike ya? Gue juga udah ga pernah liat lu deketin dia. Udah patah hati, Za?" Tama tertawa mengejek.

Weza menghentakan bahunya, menyingkarkan tangan Tama yang menempel di sana. Tama semakin menjadi-jadi, ia tertawa dengan lebih jelas.

"Jadi beneran lu udah nyerah dan terima patah hati lu?" tanya Tama dengan tidak percaya, tapi juga ada unsur meledek.

"Heh, setan! Gue lagi kerja. Pergi sana lu!" Weza mendorong Tama tanpa ampun.

"Iiih... Aa Weza jahara! Sama pacar lama suka gitu," rajuk Tama manja. Dia bahkan sudah kembali merangkul Weza.

"Jijik kampret!" Weza mendorong kepala Tama menjauh. Menoleh ke belakang khawatir ada yang melihat mereka dan berpikir macam-macam. Untungnya saja semua tampak sibuk bekerja dan tidak peduli dengan mereka. "Pantesan aja Ayla enggak mau sama lu. Kurangin dulu coba kelakuan sedeng lu itu."

Tama mendengus. "Kita ini sama-sama jomblo, jangan suka saling menyakiti. Kita ini saudara," ucapnya sok bijaksana.

"Ogah saudaraan sama lu." Weza meninggalkan Tama. Ia sudah selesai mencatat perubahan rencana produksi, ia tinggal menyusun taktik agar semua yang telah direncanakan oleh pihak PPIC dapat diselesaikan oleh timnya.

Tidak terasa sudah kembali akhir bulan, semua target perusahaan kembali dipaksakan untuk selesai demi kelangsungan hidup semuanya. Weza memang telah terbiasa bekerja dengan serius, sebisa mungkin ia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum tenggat waktu. Setidaknya Arya dari pihak quality tidak akan terbebani jika pekerjaan tersendat di Weza. Namun sejak kepalanya terus memikirkan Eunike, Weza semakin semangat bekerja. Harapannya ia bisa menyelesaikan segalanya lebih cepat, sehingga Eunike yang merupakan ujung dari rantai pekerjaan ini tidak perlu lembur dan pulang malam. Weza bahkan jadi lebih proaktif mengingatkan Arya untuk bekerja sama, melakukan perbaikan agar pekerjaan mereka bisa dilakukan secara pararel sehingga tidak membutuhkan waktu lama. Jika memang Weza tidak diperbolehkan mengantar Eunike sampai rumahnya, ia akan memastikan keamanan Eunike dengan cara seperti ini.

Weza masih sangat menyesal karena Eunike benar-benar tidak memberikan kesempatan sekalipun untuknya bertandang ke rumah wanita itu lagi. Meskipun Weza hanya memintanya sekali saja, Eunike tetap tidak mengizinkan. Weza pikir perjanjian itu akan sangat mudah dilanggar, tapi Eunike ternyata lebih konsisten dari yang Weza duga. Bahkan ketika Weza tidak sengaja melanggar poin nomor dua, Eunike langsung menatapnya tajam dan memperingatkan Weza dengan kejam. Wanita itu tidak segan-segan memutuskan pertemanan mereka dengan mudahnya. Weza jadi tidak bisa berbuat apa-apa selain bersabar dan menuruti keinginan Eunike.

Weza bisa saja mencari wanita lain, ia juga tidak perlu bersusah payah bermain permainan konyol seperti ini hanya untuk mendapatkan perhatian dari wanita yang dicintainya. Weza pasti bisa dapat wanita lain yang akan membalas cintanya dengan mudah tanpa perlu usaha yang berat dan melelahkan. Namun Weza sudah tidak mengingikan kehidupan seperti itu, ia sudah bosan dengan pola wanita yang sering dijadikannya pacar. Ujung-ujungnya wanita-wanita itu akan membuat Weza lelah dengan hubungan mereka. Weza mungkin tampak cuek menjalani hidupnya, ia sering terlihat main-main. Semua itu hanya tampak luarnya saja, hakikatnya Weza cukup serius menjalani hidupnya. Ia memikirkan jenjang karirnya, memikirkan target di dalam kehidupannya dan memikirkan untuk memiliki keluarga yang kuat. Selama ini, ia memprioritaskan wajah cantik dan pikiran maju para wanita. Tipikal wanita modern kebanyakan. Wanita penuh ambisi yang mengingikan karir yang tinggi, pendidikan bergengsi dan penampilan menarik. Tidak ada yang salah, semua tampak benar dan mempesona. Siapa yang tidak suka wanita cantik, pintar dan sukses? Tidak ada. Termasuk Weza. Namun setelah Weza sadari ternyata bukan wanita seperti itu yang Weza butuhkan untuk membangun keluarga yang kuat seperti keinginannya. Ia butuh wanita yang tangguh menjalani semuanya, yang akan bisa bertahan dalam keadaan apapun. Bukan wanita yang hanya bisa memikirkan impiannya tapi mengabaikan segalanya.

Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang