|| Menginginkanmu ||
.
.
.
"Bukan karena tiba-tiba lu naksir Eunike?"
Weza menoleh, menatap Tama yang sedang tersenyum sinis.
"Gosip udah nyebar, Bang Haris liat lu di pinggir jalan sama Eunike. Pantesan lu pulang telat, ngikutin dia dulu?"
Weza menahan napasnya, ia lebih memilih kembali menghisap nikotin sebanyak mungkin daripada menjawab ucapan Tama.
"Lu kan tau kalau Anjar mau deketin dia."
Tama memutar tubuhnya, menghadap Weza yang sedang melempar jauh tatapannya pada deretan kos-kosan lain. Kamarnya yang berada di lantai dua membuat Weza bisa lebih leluasa memandang semuanya.
"Cari cewek lain deh, Za."
"Kenapa lu selalu ngelarang gue? Mau gue deketin Ayla atau Eunike, itu hak gue. Kalaupun lu dan Anjar juga tertarik sama mereka ya udah usaha." Weza mematikan rokok di tangannya yang sudah terbakar habis dengan cara menekan bara apinya ke pagar besi ---tempatnya bersandar.
"Lu emang bajingan!" Tama mendengus kesal.
"Dan lu pengecut," balas Weza ketus.
"Tai lu!" Tama menarik kerah baju Weza.
"Saingan sehat aja. Para perempuan itu juga bisa mikir, siapa yang lebih layak buat mendampingi mereka." Weza menyingkirkan tangan Tama dari dirinya.
"Gue harap lu kena karma secepatnya." Tama berlalu, meninggalkan Weza yang sudah mengepalkan tangannya menahan kesal.
Begitu Tama menghilang di balik pintu kamarnya, Weza memukul pagar besi. Ia melampiaskan semuanya. Bukan dia berniat mempermainkan Ayla maupun Eunike. Ia hanya sedang mencari jawaban tentang apa yang dibutuhkan hatinya. Ia juga lelah, perjalanan cintanya selama ini selalu kandas begitu saja. Ia butuh seseorang yang bisa membuatnya bertahan dalam keadaan seburuk apapun nantinya. Apa ia salah, jika ia ingin menemukan wanita yang tepat untuknya? Apa ia salah, kalau wanita lebih tertarik padanya daripada teman-temannya?
Ia juga benci ketika semua orang menganggap dia berengsek, bajingan, playboy atau apapun itu. Weza hanya ingin mencari yang terbaik, yang bisa membuatnya yakin bahwa wanita itulah yang ia inginkan. Satu orang wanita terbaik, untuk menemaninya menghabiskan sisa hidup.
Weza hanya ingin satu. Masalahnya untuk menemukan yang satu itu, tidak mudah. Ia harus berusaha dan mencari dengan hati-hati. Ia tidak mau asal pilih lagi, ia mau serius kali ini.
***
Eunike merebahkan dirinya diatas ranjang, menatap tembok polos yang tampak dingin. Weza sudah membuatnya tidak karuan, ia tau bahwa apa yang dikhayalkannya tidak mungkin terjadi. Berkali-kali ia meyakinkan diri bahwa, ia tidak perlu baper atas apapun yang Weza lakukan padanya.
Tidak mungkin seorang Weza mendekatinya tanpa maksud tertentu. Meskipun dua tahun ini, mereka tidak cukup mengenal baik. Namun Eunike cukup sadar bahwa tipe pria seperti Weza tidak akan meliriknya ---yang bukan apa-apa ini. Weza terlalu bersinar sementara Eunike terlalu sering bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Wings
ChickLit[Pemenang Storysmiths Wattys 2017] Dua tahun berada di tempat yang sama, kadang kala saling bertatap muka atau sekedar betegur sapa sebagai sopan santun belaka. Tapi siapa yang sangka, bahwa sebuah kedekatan hanya perlu ada satu pihak yang memutuska...