ukhuwah fillah

77 4 0
                                    

*Author Pov
4 tahun kemudian ...

Setelah bersakit-sakit, bersusah payah, setengah hidup, dan segala penderitaan sudah ia lalui dan saat ini Riqqah sudah mencapai cita-citanya yaitu Bidan. Saatnya berperang dengan pasien bukan lagi makalah yang akan menjadi teman barunya lagi.

"Selamat anakku sayang". Ujar mama Lia memberi selamat pada anaknya yang kini sudah menjadi Bidan.
"Thanks mama, ini juga berkat dukungan mama kok". Ujar Riqqah sambil meneteskan air mata.
"Papaa". Isak tangis Riqqah makin deras.
"Iyaa nak, papa bangga sama kamu". Ujar pak Syarif sambil memeluk putrinya itu.

Setelah acara wisudah usai, para wisudawan/wisudawati diberitahukan bahwa 1 bulan lagi mereka akan langsung bekerja di salah satu Rumah Sakit yang di tunjukkan.

"Riqqaaaaah!". Teriak seorang wanita cantik yang kini perutnya sudah mulai membuncit.
"Kak Ramii! Kakak datang juga?". Jawab Riqqah sambil berlari memeluk kakak tercintanya.
"Iya dong, kan ini hari bahagia kamu sayang. Ohiya kalo aku melahirkan, kamu saja ya yang jadi bidannya biar hemat kan gratis". Ujar kak Rami sambil tertawa kecil.
"Yaelah, aku susah-susah belajar kak Rami maunya gratis". Kata Riqqah sambil membalas candaan kakaknya.
"Riq, selamat yaa dek". Ucap kak Rasya kepada adik iparnya itu.
"Hehe iyaa kak makasiih". Jawab Riqqah sambil tersenyum.
"Lah, Humairah mana?". Tanya Riqqah.
"Masih di sekolah nak". Jawab papa Syarif.

Setelah menangis ria dengan keluarganya Riqqah pun mencari beberapa teman seangkatannya yaitu Arifah, Febi, Rani, Naufal, Rizal dan masih banyak lagi.

"Assalamu'alaikum". Sapa Rauf.
"Ah!astaga, wa'alaikumussalam. Ngagetin orang ajak". Jawab Riqqah dengan jutek.
"Songong amat sih loh. Selamat dah cita-cita loh udah tercapai". Ucap Rauf memberi Riqqah ucapan.
"Hehe thanks yaa. Nah loh sekarang nggak kerja atau gimana?". Tanya Riqqah.
"Mungkin sih besok lusa, gue harus berangkat ke Belanda. Urusan kerjaan (hukum)". Jelas Rauf dengan wajah seriusnya.
"Jauh amat luh, yaudah baik-baik yaa disana". Ujar Riqqah sambil tersenyum. Baru kali ini Riqqah tersenyum ikhlas untuk Rauf.
"Riq, ini gue pengen kasih loh hadiah. Ya sebagai tanda pertemanan kita". Kata Rauf sambil menyodorkan kotak yang sudah di bungkus rapi.
"Ini apa?". Tanya Riqqah sambil mengamati kotak rapi tersebut.
"Loh ambil aja, itu juga nggak seberapa kok". Kata Rauf.
"Songong luh, makasih ya". Ujar Riqqah.
"Sama-sama. Gue balik ya, ingat loh harus jadi Bidan yang baik jangan kasar-kasar". Nasihat Rauf.
"InsyaaAllaah, loh juga harus jadi orang jujur". Riqqah balik menasehati Rauf.
"Yaudah gue pergi ya bye". Pamit Rauf dan pergi berlalu.

Ya Rauf besok lusa akan terbang Belanda karena ada beberapa tugas disana. Sementara Riqqah, ia ditunjuk untuk bekerja di salah satu Rumah Sakit ternama di Makassar yaitu Rumah Sakit Medika Bakti.

"YaaAllaah kemana Reza? Semoga baik-baik saja". Batin Riqqah. Tiba-tiba saja nama Reza muncul di ingatannya. Yang sudah bertahun-tahun tak ada kabarnya. Kabar terakhir yang Riqqah dengar dari Adi bahwa sekarang Reza sibuk mengejar impiannya yaitu menjadi TNI-AD.

---
Di perjalanan
Riqqah masih dengan kejombloannya mengemudi mobilnya sendiri. Ia memang sengaja menyuruh keluarganya untuk pulang terlebih dahulu karena masih banyak berkas yang ia urus.

Ponsel Riqqah berdering.

"Halo. Assalamu'alaikum Riq".

"Wa'alaikumussalam April".

"Kamu dimana? Datang ya ke acara syukuran restoran baru ku di jln. Pattimura no. 15 blok A3. Sekalian reuni nih".

"Wah masyaaAllaah. Jam berapa nih?"

"Ba'da ashar, dont forget to come! Assalamu'alaikum"

"Yes, insyaaAllaah. Wa'alaikumussalam".

love is like that Where stories live. Discover now