[Chef] Papa!

363 28 62
                                    

Title : Papa!

Author : Rices_friedtofu

Genre : Family (*of course); slight yaoi

Rating : T

Disclaimer : Bangtanseonyeondan's Park Jimin and Kim Taehyung are belongs to GOD, themself, their family, BigHit Ent., and last but not least their fans as well. This story is mine, just that.

Warning :VMin!Papa

499 word story here>< 1 word for title>< and it's perfect 500 word>< Happy reading and enjoy my story:*

Rice's Friedtofu, 2016 © Flow de Mémoire

Gadis itu kembali dari sekolah dengan tubuh anyir dan basah--matanya memerah menahan tangis. Objek utama bullying. Park Taehee tak menjawab sapaan dari kedua orangtuanya, setengah berlari menuju kamarnya--meraung keras di sana.

Pintu kamarnya diketuk pelan, namun Taehee tak berniat untuk membuka pintunya.

"Taehee sayang, mau ceritakan yang terjadi?"

Lalu terdengar suara pintunya yang ditendang keras, disusul suara lain yang menggelegar dengan tegas. "Buka pintu sialan ini! Kamu perlu bicara!"

"KALIAN BAHAGIA DENGAN INI! AKU TIDAK!"

Pagi harinya, Taehee mengabaikan roti hangus buatan papanya. Melangkahkan kakinya cepat--menaiki bus untuk menghindari kejaran papanya.Gadis itu berpikir panjang untuk meninggalkan kedua papanya--mencari orangtuanya.

Park Jimin mengapit kerah kemeja Taehyung kuat-kuat--mendorongnya pada dinding dingin dan kembali melayangkan pukulan telak. Taehyung diam, Jimin memarahinya habis-habisan karena gagal mengejar langkah Taehee yang belum menyentuh sarapannya--belum kembali bahkan setelah hari berganti.

Posisi Taehyung merosot, dirinya tak lagi memiliki kekuatan setelah Jimin menonjokinya dengan air mata berurai--kacau. Namun, Taehyung tahu Jimin akan selalu mengangkat kerahnya--kembali menghantamnya.

"Cukup--maafkan aku." Taehyung jatuh--menumpu pada lututnya ketika Jimin melepas kerahnya. Karat darah menguasai pengecapnya, sakit menjadi satu-satunya yang dapat dirasanya untuk setiap sudut luka baru yang Jimin buat. "Kita cari Taehee bersama, oke?"

"Berengsek, dia itu anakmu!" Jimin menyetarakan tubuhnya dengan Taehyung. "Kau papanya!"

Taehyung hanya dapat tersenyum, meraih pipi Jimin kemudian berbagi rasa lewat ciuman yang panjang. "Tidak, Taehee anak kita." Ibu jarinya menghapus air mata di wajah Jimin. "Kita papanya."

Mereka menghubungi sekolah Taehee untuk menegur wali kelas sambil menunjukkan dokumen sah pernikahan mereka di negara liberalis dan segala urusan tentang keluarga kecil mereka--termasuk status Taehee.

Keduanya berakhir terpisah untuk mencari Taehee, namun hasil yang didapat nihil di setiap penghujung hari yang berulang. Mereka sudah kehilangan titik harapan terakhir ketika di malam hujan badai, dering dari bel apartemen terdengar memekakkan.

Taehee pulang--napasnya terengah dan senyum yang mengembang di tengah tangis. "Aku pulang."

Gadis itu menghambur ke pelukan Taehyung dan Jimin, menggasak wajahnya yang basah oleh air mata--terus menggumamkan kalimat, maaf, aku salah.

Pelukan mereka terlepas--bahkan Taehyung tak dapat menahan air matanya ketika anaknya berkata, "Aku sudah cukup dewasa untuk tahu artinya terima kasih, kalian yang mengajariku cara berterima kasih." Taehee mundur selangkah, duduk di lantai kemudian membungkuk penuh hormat. "Papa, terima kasih ... maaf menyalahkan kalian."

Lalu untuk hadiah Natal di bulan berikutnya, Taehee mendapat botol kaca berisikan surat dari kedua papanya.

'Sayang, aku menyayangimu sebagaimana aku menyayangi Taehyung. Ketika masih berpacaran dengan Taehyung, aku hampir memutuskannya ketika Taehyung merawatmu--dia bilang, ibumu meninggal ketika melahirkanmu. Perlahan hatiku melunak dan kupikir prioritasku sekarang adalah kamu. Maaf--aku tidak bisa membuatkan makanan yang enak, maaf--kebahagiaanku justru mengusikmu.'

'Taehee Park, aku di sisimu sejak tarikan napasmu yang pertama. Kamu dulu masih bayi berwarna merah, tapi sekarang kamu sudah dewasa dan belajar banyak. Tahun depan kamu masuk SMP. Waktu terasa cepat, ya? Aku bahagia dengan Jimin, sungguh, tapi aku lebih bahagia lagi ketika kita bisa tertawa bersama. Kamu adalah satu-satunya bagiku, maaf untuk memberimu jalan yang sulit.'

­-END!

A/N:

MY FIRST WORK AS CHEF YEAAAAAAY! Cuma mau bilang makasih banyak buat yang mau baca sampai akhir kisah absurd ini:* guru PKN sinting aku sudah merasuki pikiran aku pas di minggu kedua pertemuan bilang, "Kalau gay, gimana punya anak?" dan aku jawab, "Adopsi." Dan banyak perbincangan vulgar lain soal gay di pelajaran itu.-. aku juga tidak tahu apa faedahnya.-.

Yosh>< ini masih pemanasan:")) aku harus mendalami lebih banyak genre di chef>< hwaiting><

[NOVEMBER] Regular MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang