[Chef] Seonmul

75 16 17
                                    

Tittle : Seonmul

Cast :

· Kim Saeron (actress)

Author : RoxyRough

Genre : Thriller

Lenght : Ficlet

Disclaimer :

-This story belong to me, but characters belong to their agency and parents. OOC and typo(s) detected.-

.

.

.

"Selamat hari kelulusan!"

"Astaga aku pasti akan merindukan kalian."

"Hei, ayo berfoto bersama!"

Saeron langsung menyampirkan kedua tangan pada bahu sahabatnya, Yeri dan Suhyun. Setelah mendengar aba-aba dari pengambil foto, senyum mereka pun merekah sempurna ke arah kamera. Satu foto yang terpatri pada kamera itu membuat senyum bahagia seolah tak pernah surut dari wajah ketiganya.

"Aigoo, uri-Saeronnie, selamat atas kelulusanmu."

Saeron menoleh ke arah sumber suara, seorang pria.

"Nugu...?"

"Ayahku," jawab Saeron sebelum Suhyun menyelesaikan pertanyaannya.

"Ah! Annyeonghaseyo," sapa Suhyun dan Yeri akhirnya.

"Ne, jadi kalian adalah teman Saeron?" Seorang ahjumma disamping lelaki itu menyahut ramah.

"Bukankah sudah jelas," balas Saeron malas.

Ahjumma itu berdeham canggung karena perkataan Saeron. Dia mengedarkan pandangannya untuk mengalihkan perhatian, "uhm, Yeobo, haruskah kita mengambil foto juga seperti keluarga yang lain?"

Saeron membelalakkan matanya tak suka.

"Aku akan mengambil gambar untuk kalian," kata Yeri menawarkan diri.

"Benarkah? Terima kasih. Mari berfoto."

Saeron mendengus kecil melihat dirinya yang kini tengah berada dirangkulan kedua manusia itu. Mencoba tersenyum manis ke arah kamera agar tidak ada yang menyadari perasaan dia sesungguhnya saat ini.

Suhyun dan Yeri berpamitan untuk berkumpul dengan keluarga mereka masing-masing. Dan mau tidak mau Saeron hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia memang harus merayakan kelulusan ini dengan 'keluarga'-nya.

"Saeron-ah, apa ada sesuatu yang kau inginkan? Katakan saja. Ayah akan mengabulkan apapun itu," sahut lelaki yang diketahui adalah ayahnya.

Saeron membuang muka kearah jendela. Menatap kosong jalanan aspal disampingnya selagi berada di dalam mobil saat ini.

"Tidak semua, Yeobo! Kau ingat 'kan kalau besok adalah jadwal salonku," tegur ahjumma itu. Saeron melirik malas dari bangku belakang. Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Satu pesan yang membuat bibir tipis Saeron terangkat.

"Appa, aku tidak ingin barang apapun. Bisakah kita pergi makan saja?" saran Saeron. Ayah dan wanita disampingnya itu tampak setuju dengan ajakan Saeron.

"Oh, choa! Begitu saja Yeobo, aku jadi bisa memesan tas pada Nyonya Han bukan? Assa! Sepertinya aku harus menghubunginya sekarang." Ahjumma itu kini tampak sibuk dengan ponselnya.

Ayahnya melirik Saeron dari kaca depan, "Kau ingin makan apa?"

"Hm, steak? Aku tahu restoran yang bagus disini. Ikuti saja arahanku." Lelaki itu mengangguk setuju sementara ahjumma disampingnya tampak tidak peduli. Saeron tersenyum miring sekilas.

"Oh! Disini tempatnya." kata Saeron setelah beberapa menit perjalanan mereka.

"Kau yakin? Bukankah itu terlihat seperti gudang?" respon ahjumma itu tak yakin.

"Ini memang tempatnya. Turunlah."

Meskipun sedikit merasa aneh, toh kedua orang dewasa itu tetap menuruti permintaan Saeron.

BUGH!

Ayah Saeron memegang keningnya yang sudah mengeluarkan darah akibat hantaman benda tumpul di kepala belakangnya. Pandangannya seolah berputar hebat. Dalam samar dia masih sempat melihat Saeron yang tengah menusuk-nusuk punggung istrinya dengan gunting. Tenggorokannya kini tercekat akibat benda runcing yang mengiris kulit di lehernya.

"YA! Apa kau yakin melakukannya disini?" tanya namja yang sedang memegang pisau dileher ayah Saeron.

"Lakukan saja. Aku sudah muak," balas Saeron.

"As you wish, My sister."

Namja itu menyelesaikan sayatan di leher ayah Saeron dengan sekali gerakan. Begitupun Saeron yang sepertinya sudah selesai dengan ribuan tusukan di punggung ahjumma itu. Mereka berpandangan sambil tersenyum.

"Seharusnya ayah memilih kita daripada wanita ini. Dia menghancurkan kesempatan hidupnya sendiri," gumam Saeron. Namja itu mengangguk setuju.

"Eomma pasti senang. Hidangan persembahannya sedikit lebih mewah saat ini. Kita membuatnya sepenuh hati," imbuh namja itu bangga.

-END-

[NOVEMBER] Regular MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang