"bukan Ryu namanya kalau tidak bisa mengubah seorang gadis."
**
Samar-samar dengung suara murid dari gedung terdengar. Ryu sedang duduk mengamati lapangan yang panas karna mentari siang. Keringat bercucuran, Ryu menyeka berkali-kali, tapi tak kunjung habis. Hari ini, antara klub Manga dan klub bahasa inggris, 12-0. Chiba Zenka lagi-lagi harus banyak belajar.
"Hey, kau kenal gadis tadi?" tanya Chiba senpai sembari menenggak air mineral dingin penggunggah dahaga.
Mata Ryu menyipit, silaunya mentari terpancar dari beningnya air botol.
"Ya, aku mengincarnya." Giliran Ryu yang merebut botol tersebut dan menenggaknya sampai habis.
"Kau gila. Sepertinya dia anak baru, kau sudah mengincarnya saja."
"Kenapa? Kau mau?" mata Ryu mendelik menggoda kemudian tertawa kecil. Ia melempar botol mineral kosong ke kotak sampah yang berjarak satu meter. Melemparnya seperti melempar bola ke ring basket.
"Bukan begitu. Kau ini 'kan sudah besar, sampai berapa lama lagi mau mempermainkan wanita begitu terus?" Chiba senpai memulai nasihatnya. Ryu mendengus, memangku tangannya di kedua pahanya, setengah membungkuk, menatap lapangan.
"Ah, kau ini, sama saja seperti ayahku."
"Memangnya kau tidak takut kena karma, apa? Ya, kau tahu, kau sudah sering kali gonta-ganti pacar, itu---sangat sensitif untuk perasaan seorang wanita."
"Karma apa, sih? Masih saja percaya hal begitu." Ryu mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Beberapa gadis yang sedang lewat koridor sempat menyapanya, Ryu dengan ramah tersenyum memesona hingga membuat mereka terpekik kecil.
Terdengar Chiba menghela napas. Waktu istirahat kedua tinggal beberapa menit, tapi berjemur di bawah sinar mentari begini, membuat keduanya malas gerak.
"Kudengar dia dari Indonesia, ya?" tanya Chiba lagi.
Masih sambil mengusap rambut, Ryu menjawab, "ya. Kenapa? Kau terdengar seperti tertarik padanya?" Ryu beralih menatapnya.Chiba tergagap, mengibaskan tangannya, "tidak. Memangnya aku ini kau, apa. Melihat gadis manis sedikit langsung ingin mengincarnya."
Ryu tertawa sekilas. "Tapi kulihat, dia sepertinya agak pemarah. Apa karna dia orang Indonesia?" tanya Chiba. Kali ini membuat Ryu beralih dengan kerut heran.
"Maksudmu?"
Chiba menoleh dengan alis melonggar bodoh, "eh ... Indonesia 'kan panas, siapa tahu karna panas jadi dia pemarah ..."
Hening sejenak. Ryu ingin mencerna maksudnya, tapi ia malah mengangkat tangan dan menyentil kening kakak kelasnya.
"Dasar bodoh! Pantas tidak ada gadis satupun yang mau denganmu! Kau garing sekali, senpai!" ujar Ryu gemas.
Chiba mengelus keningnya, berusaha membela diri, "habis, dia nampak tidak suka padamu tadi!"
Ryu tersenyum miring, "itu mudah."
Chiba memajukan tubuhnya, menatap Ryu dengan tatapan tak percaya. "Jangan bilang kau akan ..."
Ryu menoleh, menatap penuh arti sambil mengangguk, "bukan Ryu namanya kalau tidak bisa merubah seorang gadis."
***
Haloha terima kasih buat yg masih baca sampai sini. Bab ini sudah kurevisi, better than before. Nggak ada yang berubah. Cuma penyampaian dan kata-kata. But, buat sider dan teman-teman yang baik, boleh ya tinggalkan jejak.
Pencet bintangnya buat saya hehe.
Ada krisar saya membuka tangan lebar-lebar, menerima dengan baik^^
Arigatou^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss
Teen FictionCompleted. #543 inTeenFiction 30Sept2017 #99 in Romance 3Mar2022 Ryu Otosaka pemilik manik cokelat yang penuh pesona. Bertemu dengan Chelsea, Asuka Matsumoto, gadis dari Indonesia yang sama sekali tidak menyukainya. ©Copyright 2016 Nice McQueen Seri...