Chapter 6 Part 8

973 94 18
                                    

"[Chelsea akan kembali ke Indonesia, Haruka]" ujar suara di sebrang sana.

Haruka sedang berdiri di depan lorong kelas, menempelkan telepon genggamnya setelah jam istirahat baru saja di mulai.

"Kapan?" katanya sambil memperhatikan buku-buku jemarinya.

"[Menurut kartu undangan yang kudapatkan, minggu depan]"

Haruka mengangguk kecil. Ia mengangkat dagu, melihat taman hijau yang ada di tengah sekolah. Rambut halus di telinganya sesekali berpindah posisi, merisaukan pandangannya. Begitu juga suara di sebrang sana.

"Jadi dia tidak mengundangku?"

"[Untuk apa kalau mengundangmu hanya untuk membuat onar?]"

Haruka mendengus sambil melengos tajam ke arah lorong sekolah di sampingnya. Beberapa orang sedang lalu lalang, sibuk dengan kegiatannya masing-masing, meramaikan lorong hanya dengan samar-samar suara sepatu yang berdentuman dan berdecit di lantai.

"Kau tahu, kalau bukan kau, mungkin kau sudah aku masukkan daftar..."

"[Ya, tapi kau tak bisa. Kau dan ayahku, sudah memiliki perjanjian]"

Haruka mendengus lagi.

"Sebetulnya aku sudah tahu dia akan pulang, tapi aku tak tahu kalau itu minggu depan.."

Terdengar suara kresek di sebrang sana. Sepertinya Osamu sedang menikmati makan siangnya.

"Terlalu cepat..."

"[Terlalu cepat apa?]" sela Osamu di tengah suaranya yang sedikit mendem.

"[Kau ingin melakukan apa, Haruka?]" suaranya terdengar panik, tapi semburat senyum muncul dan menukik di bibirnya.

"Aku harus menyelesaikannya."

Osamu semakin bertanya-tanya, [menyelesaikan apa? Haruka, kau ingin melakukan apa?]"

Haruka menarik napas dengan keyakinan penuh sambil merubah posisi pundaknya, dan sebelah kakinya ia kesampingkan ke kaki lainnya.

"Kau tahu, ayahnya, Matsutomo itu... dia tidak ingin membagi hasilnya di wilayah ayahku. Perusahaannya berdiri di atas wilayah ayahku, tapi sampai sekarang, dia tidak ingin membaginya, maka itu..." jeda sejenak untuk Haruka mengambil napas.

"Maka itu, aku harus membuat mereka membayarnya."

***

Ryu berdiri mematung di depannya. Melihat ke arah yang tak ia tahu. Tapi Chelsea hanya tahu, kalau dadanya kini mulai terasa sesak.

"Kau tahu, di dunia ada hal yang tak boleh diketahui, salah satunya adalah rahasia ini," ucap Ryu penuh dengan desiran senyap.

Chelsea mengangkat wajah perlahan-lahan, "lalu, kenapa kau ingin memberitahuku?"

Mata Ryu yang ada di depannya diam sejenak, mengalirkan tatapan hening sekaligus hangat yang menjalar merasuki tubuhnya.

"Karna aku, ingin keluar dari masa lalu ini," katanya sambil mengalihkan pandangan.

Chelsea tak menjawab, hanya diam karna tak tahu ingin mengatakan apa.

"Tokyo adalah wilayah Yakuza, kau tahu?"

Chelsea berkerut samar, "wilayah?"

Ryu menarik napas, sambil sesekali tangannya gelisah menggelumatkan dengan kartu ucapan yang ia genggam.

"Yah... dan siapapun yang ada di wilayahnya, itu harus 'membayar'," lanjutnya lagi. Chelsea semakin memperdalam kerutannya. Karna bukan bahasa Jepang Ryu saja yang diucapkan tidak jelas, tapi suaranya juga semakin mengecil.

"Apa maksudmu dengan 'membayar'?"

Tangan Ryu semakin bergelumat gelisah, ia sesekali memicingkan matanya dengan raut tak yakin. Seperti ada sebuah ketakutan yang masih belum jelas tergambar diwajahnya.

"Ayah Haruka adalah pimpinan Yakuza, dan setiap perusahaan, sekolah, baik itu bangunan kecil atau besar, semuanya harus membayar kepadanya," jelas Ryu lagi.

Sepintas ada dua anak gadis baru saja melintasi lorong tanpa menghiraukan keduanya.

"Jadi, setiap orang yang ada di wilayah Yakuza harus membayar, dan Tokyo..."

Degup jantung Chelsea tiba-tiba berdentum cepat seraya pikirannya bergerak mundur ke perusahaan Ayahnya.

Astaga. Berarti, ayah juga dimintai bayaran itu?

Chelsea menarik napas, mata bulatnya sudah membundar terkejut, "berapa---berapa bayarannya? Ayahku... perusahaan ayahku ada di sini, bukankah itu artinya keluarga kami juga di mintai bayaran itu?" suara Chelsea mengecil.

Ryu terkejut kecil, "perusahaan? Ayahmu adalah pemilik perusahaan?"

Chelsea mengangguk cepat dengan sedikit gemetar, "ya... kenapa? Apakah dia akan memeras kami?"

Ryu menarik napas, wajah terkejutnya semakin menakutkan Chelsea, "kau tahu, yang di maksud mereka bayaran adalah bukan uang," kata Ryu. Chelsea menaikan alis, merasakan debaran jantungnya semakin membabi buta.

Bukan uang, lalu...?

"Tapi nyawa."

****

Ryu menarik napas tenang, ia melihat gadis yang ada di depannya terkejut hebat setelah mendengar pernyataannya.

Benar saja, bukan? Ini hanya menambah buruk keadaan. Ini hanya membuat Chelsea semakin takut. Takut akan dunia ini dan takut dengan apa yang terjadi selanjutnya. Apakah mencintai dirinya merupakan hal yang menakutkan bagi dirinya juga?

Ingin rasanya kali ini ia mengambil tangannya, memberi kehangatan walau ia tahu semua mungkin tidak akan baik-baik saja. Walau semuanya akan tetap saja menjadi buruk. Walau semuanya mustahil untuk berkata kalau Yakuza tidak ada di sini. Semuanya ada dan waktu sudah menepatkan inilah saatnya. Tapi, ia hanya ingin gadis itu di sini. Aman dan tinggal bersamanya. Ia hanya ingin gadis itu tetap tinggal, dan berjuang bersama melawan semua halangan hubungan mereka.

Tapi sekarang?

Gadis itu akan pergi.

Dan ia tak tahu apakah gadis itu akan tetap mengingatnya lagi.

"Dan perjanjian Ayahku, dengan ayah Haruka sudah dilanggar. Ayahku hanya memberi sedikit bagian dari yang semestinya, karna selain kondisi uang sedang turun, Ayahku tak ingin hidupnya tunduk terus pada perkumpulan itu. Maka ia mencari cara untuk keluar dari ini. Tapi saat dia mengetahui aku dan Haruka pacaran, Ayah Haruka, memanfaatkan hubungan kami untuk membuat aku yang menjadi 'bayaran'nya..."

Gadis itu tertegun.

"Kau tahu, aku tak mau kau ikut menjadi bayarannya juga. Aku ingin kau menjauhiku. Tapi setelah aku mencoba, aku tak bisa. Aku bukannya bisa lari, tapi aku malah terjatuh, karna tahu, kau adalah penyebabnya,"

"Aku mencintaimu, itulah penyebabnya."

****

Boleh jujur ga?
Kenapa aku merasa kata kata di part terakhir ini sungguh sweet ya? Haha lupakan, hanya pujian utk dirisendiri *waks*

Okay, part selanjutnya pesta perpisahan. Kuharap, jawabannya sudah kalian temukan yaa!

Ittekimasu!😘

Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang