Chapter 2 Part 1

1.9K 281 35
                                    

Lalu, bagaimana kalau sesuatu yang pudar berubah jelas? Jangan tersentak, itu hanya cinta. Biar hati yang menentukan jalannya.

**

Ryu, kau melakukan apa?

Di koridor sekolah sambil menunggu Kento mengganti uwabaki (sepatu sekolah) pikiran Ryu tak berhenti berputar dari bayang-bayang tubuh Chelsea yang menghilang waktu di kelas tadi.

Dia kenapa? Marah karna Ryu mengambil ciuman pertamanya? Apakah Chelsea tidak menyukainya? Apakah Chelsea belum siap? Atau apakah. . .

"Oi Ryu," panggil Kento yang sudah mengamatinya dengan heran.

Ryu terkesiap dan kembali tersadar.
"Sudah? Ayo kita pulang."

Ia hendak berjalan lebih dulu melewati Kento, tapi tangan Kento mencegahnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Kento sambil berbalik, memulai obrolan sambil beranjak keluar sekolah dan berjalan di samping kota Tokyo.

"Tidak ada." Suara Ryu melamun.

"Benarkah? Kau sudah kupanggil sampai dua kali dan kau tetap menghiraukanku karna sibuk dengan pikiranmu itu."

Ryu mencibir, "tidak usah berlebihan, Kento."

Jalanan kota Tokyo agak lengang sore ini. Gedung-gedung bertigkat di berbagai simpangan menaungi kota. Simpangan shibuya terlebih, sangat ramai. Tapi kepala Ryu sangat kosong. Ia merasa sesuatu yang telah ia lakukan adalah kesalahan.

"Apa karna gadis Indonesia itu?" terka Kento sambil tersenyum lebar. Ryu memasang wajah masam.

"Sepertinya begitu," ucapnya hambar.
"Ah! Tidak usah kau pikirkan, paling besok juga dia akan merasa sangat senang kau menciumnya seperti tadi dan bisa saja dia akan memintamu untuk---"

Ryu menghentikan ucapan Kento sebelum ke arah yang membuatnya semakin merasa bersalah, "hentikan Kento."

Kento membeku seketika, ia menatap Ryu heran.

"Kenapa? Bukankah memang itu tujuanmu?"

Ryu membeku. Langkahnya terhenti.

"Kenapa? Bukankah memang itu tujuanmu?"

Tujuan? Tidak. Ini salah. Perasaan ini berbeda. Bukan hal itu yang ia harapkan setelah mendapati ciuman Chelsea. Seharusnya setelah mereka berciuman, Chelsea menjadi pacarnya beberapa minggu setelah itu mereka putus dan. .  melupakan satu sama lain dengan mudahnya. Tapi sekarang?

Kenapa untuk memikirkan hal itu Ryu menjadi sulit sendiri? Apa yang sebetulnya ia ingin katakan, apa yang sebetulnya Ryu rasakan?

"Atau jangan bilang. . .kau benar-benar menyukainya?"

Ryu semakin hanyut dengan pikirannya.

Tidak mungkin.

***

Halo👋
Aku kembali lagi. Buat yg udh nunggu, nih silahkan dibaca ya, aku lagi ada feel hhee semoga critanya memuaskan dan seru.
Btw buat para silent readers, ayolah jgn lupa, kasih bintang yang cerah buat aku😘 hehe
See you at next chap ya💞

Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang