Chapter 6 Part 6

945 86 16
                                    

Kalau merelakan adalah kata yang tepat untuk membela perasaan hatinya, itu memang benar. Tapi ia, tidak ingin melakukannya. Ryu tak bisa, dan ia tak mungkin bisa.

Ia melangkah masuk ke kamar setelah mendapat sapaan kecil dari ibunya di dapur tadi. Dengan wajah pura-pura baik, Ryu menyelesaikan aksinya dan buru-buru naik ke kamar, mengunci pintu dan membiarkan dirinya hanyut dalam kenangan senyap.

Hanya ada dia. Dan masa lalu itu.

Dan Chelsea.

Ryu mengerjap sekali, tersadar dengan terpaan angin yang memasuki jendela kamarnya. Ia menoleh, melihat betapa cerahnya langit sore Tokyo. Cerahnya langit yang meredam keindahan semata itu merubah menjadi kenyataan pahit yang benar-benar harus ia sadari segera.

Chelsea akan kembali ke Indonesia.

Dan ia tak bisa melakukan apa-apa.
Ia tak bisa mencegahnya, dan ia tak bisa menahan Chelsea selamanya pula. Bagaimana kalau Chelsea sebetulnya ingin pulang? Bagaimana kalau sebetulnya Chelsea tak ingin berada disini dan lebih baik pergi melarikan diri dari perasaannya? Bagaimana kalau seandainya Chelsea... membencinya?

Poni tipis yang bergerak-gerak pelan di keningnya menyadarkannya sesaat. Ia menarik napas, merasakan beberapa urat leher dan kepalanya yang begitu tegang dan lelah. Ia beranjak ke tepi kasur, merebahkan dirinya di bantalan empuk itu, dan membiarkan matanya terasa di jatuhi perasaan hening dari langit-langit kamarnya yang putih.

Kalau cinta yang menyuruhku seperti ini, aku bisa apa? Selain waktu, aku hanya punya hati yang akan tetap mencintainya.

***

"Kau setuju?" suara Chelsea meninggi saat ia mendengar pernyataan ibunya sendiri.

"Aku bisa apa Chels? Ini semua demi kepentingan keluarga dan saudara kita," balas wanita yang sedang berdiri lurus menghadapnya.

Chelsea mendengus sambil melempar tatapan kesal yang tertahan. Ini adalah ketiga kalinya ia membuang napas dengan perasaan yang sama. Kecewa.

Hening merambat seketika. Chelsea bisa merasakan dirinya yang dipandang dengan tatapan memohon oleh wanita disampingnya.

"Lalu aku bagaimana? Aku tak ingin pergi secepat ini..." suara Chelsea serak. Sekarang, ia merasa malu sendiri. Ia merasa sangat bodoh untuk merasakan kalau dirinya begitu menyedihkan.

Wanita itu bangkit lalu menghampiri dirinya.

"Aku tahu ini hanya masalah waktu. Tapi, setelah aku mengetahui ini semua, aku sebagai ibu, juga tak bisa mempercayai anak itu lagi," kata-kata wanita itu seakan menusuk-nusuk dadanya sampai semburat kabut muncul dimatanya. Ia berusaha menahan napas, mengendalikan diri, tapi tak bisa.

"Kau tahu dia baik dan..."

Tenggorokannya tercekat. Chelsea tahu, sekarang, ia sudah tak bisa membela dirinya sendiri lagi. Tak ada kepercayaan, apa gunanya?

Chelsea menelan ludah susah payah, tangan Ibunya terulur, menyentuh pundaknya.

"Maafkan aku, tapi ini demi kebaikanmu."

Chelsea meringsut. Ia menjerit dalam hati.

***

Haii okairi utk saya😄 hehe maafkan daku yg sudah luama sekali ga update😫 yah walaupun saya sebetulnya gak tau masih ada yg nunggu apa engga wkaka tapi mumpung critanya udah mau END ya jadi tanggunglah ya kalo mau ditinggal hehe.

Okay deh, aku ga banyak bacot langsung aja gulir lagi kalau masih ada yg penasaran😋

Arigatoune😘



Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang