Apa yang harus kulakukan?
Hampir setengah jam matanya tak beranjak dari kekosongan pikirannya. Menatapi langit biru Jakarta yang bersih dari awan, sambil berharap kalau semua yang tadi ia dengar, itu hanya khayalan.
Tapi, aku ingin kau benar-benar melupakannya, pergi dari kehidupannya... selamanya, kau dengar itu?
Seakan pemilik suara itu bukan seperti yang ia tahu sewaktu terakhir bertemu, seakan pemilik suara itu bukan berasal dari ayah Ryu, bukan dari siapa-siapa. Atau ini hanya keinginannya untuk takut kalau semua yang ia kira benar terjadi?
Kalau saja ia ia tak pindah... Kalau saja waktu itu keadaan ekonominya baik-baik saja... Apakah rasa sakit akan terasa begitu menyiksa seperti ini?
Chelsea ingin melihat Ryu, Chelsea ingin memeluknya, merenggutnya hingga tak ada lagi penghalang. Chelsea ingin selamanya bersamanya dan Chelsea ingin selamanya mencintainya...
Bisakah ia melakukannya?
Sekarang, sudah beribu-ribu mil jauhnya dari Jepang, sedangkan ia sama sekali tak akan bisa pergi dari Jakarta diam-diam karna ia semakin tak ingin menambah masalah jadi lebih konyol.
Lalu, sekarang?
Seketika dada Chelsea terasa sesak, matanya berkabut dan ia berusaha melepaskan napas yang hendak keluar dari tenggorokannya yang tercekat.
Kalau saja aku tahu bahwa hari itu adalah hari terakhirku melihatmu, mungkin saat itu aku siap untuk terakhir kali mencintaimu.
***
Lupakan.
Lupakan.
Selamanya.
Chelsea menarik napas dalam-dalam. Paru-parunya yang nyaris kosong, ia penuhi lagi dengan udara segar. Chelsea memejamkan mata, merasakan sakit pening, dan goresan luka yang tak terlihat itu.
Lupakan...
Ia menarik napas lagi. Hidungnya tersumbat, lehernya terasa tercekik.
Jangan menangis...
Sudah berapa hari ini?
Chelsea melirik kalender di ponselnya, menerka dengan kekuatan ingatan yang penuh lalu mendengus.
Sudah hampir seminggu.
Sudah hampir seminggu juga semuanya ia perjuangkan untuk melupakan Ryu. Sangat sulit, bahkan ia tak tahu apa ia bisa melakukannya. Walaupun seminggu juga, di sekolah barunya di Jakarta, sudah bertemu dengan kawan baru, bahkan bertemu Janice dan Fitri, Chelsea selalu mengesalkan hatinya yang selalu tiba-tiba teringat lagi.
Jika sudah seperti itu, Chelsea terkadang suka kalap dan memukul dadanya sendiri sampai ia bisa merasakan dirinya sakit. Gemetar dan meringis menangis karna ada alasan yang pasti. Bukan alasan kalau sebetulnya ia sangat...
Chelsea mengerang sekali lagi. Ia mengangkat wajah dengan kesal kearah cermin di toilet sekolah.
Wajahnya merah, napasnya tersengal dan berat. Matanya terpancar perasaan gelisah, marah, dan kecewa. Kecewa yang besar sampai ia sendiri ingin menangis melihat pancaran perasaan yang terpancat dari matanya.
Begitu menyedihkan dan menyeramkan.
Bahkan perasaan rindu bisa menyakitinya, lalu perlahan-lahan membunuhnya. Bukankah cinta memang pembunuh yang paling hebat?
Chelsea meremas tangannya sampai kuku-kukunya menusuk ke kulit telapaknya. Tanpa sadar, segumpal emosi yang tertahan, perlahan-lahan meluap, mengaburkan pandangan, hingga sampai saatnya Chelsea merasa lemas dan terduduk dengan pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss
Teen FictionCompleted. #543 inTeenFiction 30Sept2017 #99 in Romance 3Mar2022 Ryu Otosaka pemilik manik cokelat yang penuh pesona. Bertemu dengan Chelsea, Asuka Matsumoto, gadis dari Indonesia yang sama sekali tidak menyukainya. ©Copyright 2016 Nice McQueen Seri...