Chapter 2 Part 3

1.7K 233 46
                                    

Ryu?! ke---kenapa bisa?

Senyumnya masih di sana. Memikat dan memesona. Namun sekejap, Chelsea tersadar, memundurkan langkahnya hendak menutup pintu geser itu lagi. Tapi gerakannya dicegah oleh tangan Ryu yang dingin.

Tangannya dingin menyentuh jemari mungil Chelsea.

"Asuka," panggil Ryu.

Chelsea melirik Ryu yang berdiri lebih tinggi di depannya dengan ragu. Kilasan bayangan waktu dikelas kemarin benar-benar membuatnya takut untuk mengira Ryu akan melakukannya lagi. Tapi wajah pria itu berubah serius, membuat Chelsea bisa bernapas lega sedikit.

"Aku ingin bicara," katanya sambil membenarkan tali tasnya.

Chelsea merasakan tangannya agak gemetar. Matanya terpaku pada wajah Ryu.

"Apa kau tak mengijinkanku masuk?" tanya Ryu.

"Tidak!" ucap Chelsea cepat, sangat cepat hingga membuat Ryu terpana.

"Apa yang kau lakukan disini?" Mata Chelsea terpicing, badannya menutupi satu ambang pintu penuh, membuat Ryu setidaknya tidak bisa melihat ke dalam rumahnya.

"Aku ingin menemuimu, aku ingin menemui kekasihku."

Wajah Chelsea memanas seketika, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Rasanya ia benar-benar ingin meninju wajah Ryu.

Kalau saja dia tidak tampan. . .Kalau saja dia tidak memesona seperti itu. . . Kalau saja. . . kalau saja. . .

"Kau kenapa?" tanya Ryu sambil mengulurkan tangannya, menyentuh keningnya yang ia bisa rasakan sendiri terasa panas. Bukan keningnya saja sekarang, tapi seluruh tubuhnya panas. Ia malu, kesal, marah dan sakit. Kenapa Ryu bisa ada di sini? Kenapa Ryu datang di saat rumahnya kosong? Bagaimana kalau Ryu melakukan sesuatu, memaksakan sesuatu yang, yang. . .

"Kau panas sekali, Asuka." Ryu melepas tangannya dan mengamati Chelsea dengan raut khawatir yang jelas.

"Aku tidak apa, pergilah, aku tak mau melihatmu di sini." Suara Chelsea agak serak.

"Dan, aku bukan kekasihmu." Chelsea bisa merasakan suaranya yang berubah tajam. Tapi wajah Ryu masih datar dan tak menanggapi itu serius.

"Kau lupa, kejadian kita di kelas dua hari yang lalu? Kita sudah resmi pacaran, Asuka," tutur Ryu membuat darah Chelsea naik dua kali lipat. Tubuhnya jadi semakin lemas karna tuntutan kepalanya yang pusing.

"Berhenti mengatakan itu, aku muak denganmu."

"Kenapa? Kau menolakku?"

Chelsea terdiam. Entah karna tak yakin atau karna kepalanya yang pusing semakin membuatnya terhuyung.

"Aku benci padamu, kau telah mengambil ciuman pertama---"

Tiba-tiba, belum selesai ia bicara kepala Chelsea terasa berat dan sedetik kemudian gelap.

***
Smoga update secepat ini, org2 yg baca juga suka dan bnyk yg baca. Soalnya klo kupikir2 lg, kalo crita ini smakin dikit yg baca aku mau berentiin aja, males juga sih ya
Tapi kalo masih ada yg minta aku pasti tulisin kok buat kalian yg msh minat😘
Dan trimakasih buat yg udh vote, skali lagi bintangnya di pencet ya buat part ini.. hehe
Arigatou😊

Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang