"Aku bertemu Harukaze hari ini," kata Chelsea pelan kepada Ryu yang ada di telepon.
"Dia bilang apa?" tanya Ryu. Suaranya tenang dan tanpa sadar dada Chelsea yang tadi terasa sesak menjadi hangat.
"Dia... banyak hal yang ia katakan, aku bingung bagaimana menceritakannya padamu," Chelsea menggigit bibir, berusaha menahan tangisnya ketika kepalanya melintas kata-kata ayahnya untuk pulang ke Indonesia.
Ryu mendesah pelan, "apa sebetulnya yang di inginkannya.." Ryu bergumam sendiri. Seketika sambungan telepon menyepi. Ryu sibuk dengan pikirannya, begitu juga Chelsea.
Ia tak bisa menghindari rasa gemetar hebat ketika kembali ingat tentang kejadian akhir-akhir ini. Ia takut, tapi ia tak bisa mengatakannya. Bagi Chelsea sekarang, menyadari perasaan yang tiba-tiba muncul dari hatinya, itu saja sudah cukup. Kalau ia memang terkutuk untuk menyukai seseorang seperti Ryu, ia bisa apalagi? Kalau suatu saat nanti Ryu memang akan pergi dan mereka berpisah, melupakan memang jalan yang terbaik. Tapi, apakah Chelsea yakin bisa melakukan itu? Ia takut tak bisa dan ia takut akan mati sendiri.
"Ryu," gumam Chelsea sambil berpindah posisi tidur menyamping.
"Apa Asuka?"
Oh Tuhan, ini menyebalkan. Kenapa selalu seperti ini jika mendengar suaranya?
"Apakah, hubungan ini akan selalu seperti ini?" Pelan dan merintih. Chelsea bisa merasakan nada suaranya yang menyedihkan. Sungguh, tak disangka. Awal tahun bertemu Ryu, ia sangat berharap makhluk haram itu mati dan hilang dari dunia ini, tapi sekarang? Chelsea benar-benar tak bisa hidup jika ia tak mendengar suaranya.
"Ma---maksudmu?"
Chelsea mendekam wajahnya di bantal, berusaha tak terdengar semakin lirih.
"Apa kau akan selalu menyimpan masa lalumu?"
Chelsea tak mendengar suara apa-apa. Walaupun ia bisa membayangkan wajah Ryu dari sebrang sana, tapi sosoknya rasanya sangat jauh dan lama-kelamaan akan pergi dan. . . hilang.
"Asuka, maaf. Aku sangat berharap kau tak mengetahuinya dari awal. Kau tahu, mencintaimu adalah langkah awal yang membuatku menyesal."
Dada Chelsea semakin sesak. Matanya buram dan ia tak bisa mengatur emosinya.
"Ke---kenapa begitu?" Suara Chelsea semakin serak.
"Karna itu akan membuatmu sakit hati dan membenciku."
Chelsea melebarkan matanya dan ia benar-benar membiarkan air matanya bergulir lambat jatuh melewati pipinya.
"Aku---aku tidak membencimu, Ryu. I---itu---sangat tidak mungkin." Tenggorokan Chelsea semakin tersumbat dan rasanya ia sulit bernapas.
"Seandainya kau bisa tahu, Asuka," suara Ryu pelan dan lemah.
"Kau bisa beritahu aku Ryu!" pekik Chelsea tiba-tiba. Dari telepon, Ryu terdiam lagi, membuat Chelsea menerka-nerka.
"Aku tak mau mebahayakanmu, Asuka. Maaf. Aku tak bisa membahayakan orang yang mencintaiku."
Jantung Chelsea berdegup cepat dan air mata tak berhenti bergulir.
***
Sedih ga sih, part ini?
Maaf ya kalo garing, klo bs readers kasih pendapatnya ya mengenai part ini hehe. Arigatou^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss
Teen FictionCompleted. #543 inTeenFiction 30Sept2017 #99 in Romance 3Mar2022 Ryu Otosaka pemilik manik cokelat yang penuh pesona. Bertemu dengan Chelsea, Asuka Matsumoto, gadis dari Indonesia yang sama sekali tidak menyukainya. ©Copyright 2016 Nice McQueen Seri...