Dan hari itu tiba.
Bahkan Ryu sendiri tidak mempercayai dirinya yang kini sudah berdiri di depan pintu rumah gadis yang pernah pingsan dipelukannya beberapa waktu lalu.
Samar-samar suara orang yang sedang mengobrol, suara musik, berdengung dari balik pintu itu. Tangan Ryu tak bergeming, pikirannya kosong dan entah kenapa angin malam hari ini sangat menusuk dadanya.
Dia akan pergi.
Dan aku tak bisa mencegahnya.Ryu semakin hanyut. Kekelaman perasaan yang mengelilinginya sudah tak bisa membuatnya bertahan lama-lama. Ia harus tersadar dan melihat, kalau inilah akhirnya. Kalau inilah yang seharusnya terjadi. Cinta masa ini memang tak berlangsung sampai seperti yang ia bayangkan. Bahkan ia tak percaya bisa mencintai seseorang lagi dengan rasa yang sesungguhnya. Dengan perasaan yang teramat bisa mengacaukan seluruh pikiran logikanya.
Bahkan cinta, bisa saja membuatnya gila. Bahkan Asuka, bisa saja membuatnya tak ingin mengulangi hal itu lagi. Bahkan hanya waktu yang tahu kalau ia benar-benar mencintai gadis itu. Tapi, hari ini sudah saatnya. Ia harus meninggalkan itu semua dengan kerelaan hati. Demi kebaikan semua orang. Demi kebaikan semuanya.
Dengan gerak perlahan yang ringkih, ia memutar kenop pintu, mendorong daun pintu berbelah dua itu sampai pandangannya bertemu dengan suasana ramai dan seru dari pesta di dalam rumah Chelsea.
Ryu melangkah masuk dan mulai memandang berkeliling.
Sudut rumah yang ramai oleh orang-orang sebaya dengannya, berdiri sambil mengobrol, memakan kue-kue kecil dan minuman yang tersedia di salah satu meja besar di tengah ruangan, lampu besar yang penuh kaca tergantung di tengah plafond tinggi, musik yang mengalun lembut dan semua orang yang memakai pakaian semi-formal melakukan hal bebas disini.
Di sini. Di rumah Asuka.
Tempat yang sangat berbeda dari beberapa waktu lalu Ryu ke sini. Setelah di dekorasi sedemikian rupa, ruang keluarga yang berdekatan dengan ruang makan dan dapur itu nampak sangat besar jika dijadikan satu seperti ini. Dan beberapa barang nampak sedikit mewah dan berkelas. Dan nyaris saja Ryu melupakan kalau kemewahan inilah yang harus disadarinya lagi.
Keluarga ini sedang dalam ancaman Yakuza. Dan aku tak boleh membuat keluarga ini terlibat lebih jauh, terutama Asuka...
Tiba-tiba pundak kiri Ryu di sentuh seseorang dari belakang, membuatnya terpaksa menebarkan lamunannya dan kembali tersadar setelah menoleh dan mendapati seseorang disana.
"Ai?" tanyanya dengan kening berkerut. Gadis itu memakai gaun pendek selutut berwarna putih dan sepatu hak pendek yang membuatnya sedikit lebih tinggi.
"Kau datang?" tanyanya heran, sebelah tangannya sedang memegang segelas wine.
"Ya, begitulah. Asuka yang memintaku," balasnya cepat sambil tersenyum setengah. Lalu kepala Ryu setengah menoleh, kembali mengelilingi pandangannya mencari sosok gadis itu ditengah keramaian ini.
"Asuka sedang ke toilet. Kau tahu?"
Ryu kembali menoleh, "apa?"
Ai menghela napas setelah menyesap minumannya, "seharusnya kau tak perlu datang."
Setelah berkata begitu, seorang gadis keluar dari belakang tubuhnya, muncul dengan tatapan polos baru keluar dari kamar kecil yang ada di samping tangga. Gadis itu merapikan roknya sejenak lalu mulai berputar mencari seseorang. Sewaktu kepalanya berputar ke samping, disitulah Ryu merasa bola matanya tak bisa bergerak selain menatap mata yang kini sedang menatapnya itu.
Asuka.
Gadis itu tertegun sesaat. Seakan bisa merasakan getaran jantung Ryu yang berdentuman menjalar naik lewatan tatapan itu.
Malam ini ia sangat cantik. Balutan gaun linen pendek berwarna hitam dengan kerah model kelasi bergaris putih, rambut lurus yang diikalkan dan sedikit riasan di wajahnya membuatnya nampak sedikit berbeda. Ryu tak tahu berapa lama ia berputar dalam opini dirinya sendiri mengenai gadis itu tapi yang pasti, sekarang, Asuka sedang berjalan kearahnya.
"Sudah berapa lama?" tanyanya. Ai yang berdiri di sampingnya buru-buru beranjak dan meninggalkan keduanya.
Ryu mengerjap perlahan, "baru saja tiba."
Asuka mengangguk, lalu keduanya diam. Hanya suara gertak samar-samar yang mengelilingi mereka. Ryu mengangkat pandangan, melihat gadis yang sedang menggenggam gelasnya dengan tekanan gelisah itu.
"Kau cantik hari ini."
Asuka mengangkat kepala dan wajahnya terpana beberapa saat. Ia tergelak pelan sejenak lalu tersenyum kecil sambil menarik-narik roknya kikuk.
"Terima kasih," katanya singkat, lalu ia mengangkat wajah sepenuhnya, menatap Ryu lurus-lurus, "terima kasih sudah datang, aku..."
"Tunggu," potong Ryu cepat, menghentikan kata-kata Asuka dan membuat keningnya mengernyit bingung.
Ryu merasakan matanya yang tak berpindah lalu dengan gerak perlahan ia mengangkat tangan, menyentuh pipi mungil gadis yang kini sedikit menegang itu.
"Jangan banyak bicara. Tolong biarkan aku menatapmu seperti ini sebelum kau pergi."
***
Dada Chelsea beringsut. Sekarang, tatapan Ryu benar-benar menguncinya, membuat semua keramaian yang menggembirakan itu samar-samar hilang dan hanya ada mata cokelat Ryu di sana. Ya. Mata yang mempesona itu. Mata yang sekali lagi mengingatkan kalau Chelsea pernah jatuh di sana untuk pertama kalinya. Mata yang membuatnya tak bisa berkutik selain hanya melihat dan menegang. Mata yang selalu membuat Chelsea ingat, kalau ia pernah menyukai pemiliknya. Bahkan mencintainya.
Astaga. Chelsea menahan perasaan itu lagi. Gejolak yang berputar-putar dalam hatinya ingin sekali membuatnya berkata kalau ia tak ingin pergi dari sini. Ia tak ingin meninggalkan tempat yang penuh bahaya ini. Ia mencintai isinya, ia mencintai penyebabnya. Ia tak tahu seberapa lama ia akan bertahan dalam kubangan kerisauan ini.
"Seandainya aku tak terlambat mengakuinya, maukah kau tetap di sini?"
Mata Chelsea mengerjap bersamaan dengan golakan perasaan itu lagi. Ia tak bisa bicara. Tak ada suara yang keluar saat semua perasaannya tercekat dan terjebak dalam kekelaman itu. Ia tak bisa mengelak dan ia tak bisa membantah. Ini cinta dan seharusnyalah berjalan seperti. Menyulitkan tapi memaksa kita untuk menentukan pilihan.
"Aku tak tahu. Aku... hanya tahu satu hal..."
Tangan Ryu yang menangkup pipinya semakin hangat, "aku hanya tahu, kalau aku benar-benar jatuh cinta terhadapmu."
***
Thor is back! Haha ada yang kangen saya? *Krikkrikkrik* gaada ternyata waks!
Gapapa ga kangen gue yang penting akhirnya finally gw bisa nulis part iniii part detik-detik penghabisann yeaa wkwkw
Gw tau kok, banyak readers yang datang dan pergi, ad yg vote dan siders, ad yg masukin readlist dan libarary, ada yg baca cmn ngarep gw baca balik, tapi gapapa...toh gw nulis ini demi kepentingan gue kok. Gue nulis demi kehidupan gue, karna jujur kalo gw ga nulis itu kyk jati diri gw ga sepenuhnya hidup #apalah
Tpi yg pasti sih gue mau bilang TERIMAKASIH BANYAK buat yg masih nungguin crita ini, makasih bgt buat yg senantiasa menunggunya, dan apalagi yg ngikutin crita ini pokoknya big hug bgt deh😘
So, keep scrolling ya, part selanjutnya masih ada dan keep waiting😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss
Teen FictionCompleted. #543 inTeenFiction 30Sept2017 #99 in Romance 3Mar2022 Ryu Otosaka pemilik manik cokelat yang penuh pesona. Bertemu dengan Chelsea, Asuka Matsumoto, gadis dari Indonesia yang sama sekali tidak menyukainya. ©Copyright 2016 Nice McQueen Seri...