Chapter 2 Part 9

1.8K 233 51
                                    

"Asuka! Akhirnya kau muncul juga!" pekik Yuki di ambang pintu kelas sambil menerkam Chelsea yang baru saja datang. Ai tersenyum lebar sambil mengangkat tungkai kacamata. Kelas sudah ramai, koridor dan taman sekolah juga ricuh suara obrolan murid-murid.

"Baru saja dua hari kau tidak masuk, aku sudah merindukanmu," sahut Yuki sambil melepas pelukannya. Chelsea terkikik kecil melihat perlakuan temannya.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik? Kata Ryu kau pingsan, benarkah?"

Wajah Chelsea mendadak panas.
"Apa? Aku ti---tidak---"

"Aish, Asuka-san, kau tak perlu menyela, semua orang sekarang sudah tahu kalau kau dan Ryu sudah resmi pacaran," ujar Yuki santai. Gadis itu menguncir dua rambutnya, nampak sangat kawai. Bahkan ia sempat berpikir, kenapa Ryu tidak menyukai Yuki saja? Dia kan cantik, imut, seksi, dan...

"Selamat pagi," suara berat seseorang membuyarkan lamuman Chelsea. Ia menoleh dan mendapati seorang pria bertubuh jangkung, matanya agak kubil tapi senyumnya sangat manis. Manis sekali. Astaga, siapa dia?

"Kau pasti Asuka Matsutomo, ya?"
Yuki mendesah bersamaan dengan Ai yang melihat pria itu.

"Ya, ada apa?" tanya Chelsea membalikan badan dan menatap pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Begini, perkenalkan, namaku Osamu Furukawa, kau bisa memanggilku Osamu, aku dan temanku ini," ia menunjuk pria berkaca mata disebelahnya yang mengangkat tangan dan tersenyum, "adalah dari kelas 3-A, hmm sebelumnya aku ingin minta waktumu sebentar," tutur pria itu ramah. Lemahnya, Chelsa merasa terpesona lagi dengan matanya.

"Wah, Osamu senpai, kau. . .kau yang kemarin menang lomba story telling se-Asia, bukan?" gumam Yuki, Osamu menoleh dan mengangguk sambil tersenyum.

"Ya, dan kali ini aku ingin meminta bantuan Asuka Matsutomo untuk membantuku membuat story telling mengenai negara Asia."

"Oh, maksudmu kau ingin bertanya tentang Indonesia?" tanya Chelsea.

Pria itu tersenyum, "ya begitu, apa kau. . .mau membantu?"

Haish, apalagi ini?

Chelsea menoleh pelan kearah Yuki dan Ai, kedua gadis itu serentak menganggukan kepala dengan keras.

"Ya. . .tentu," jawab Chelsea ragu. Osamu tersenyum lebar lalu menoleh sekilas kearah temannya.

"Baiklah, apa nanti setelah pulang sekolah kau ada acara? Aku ingin kita bertemu di perpustakaan nanti, bagaimana?" tawar Osamu masih dengan suara ramah.

"Ya, tentu, pulang sekolah," jawab Chelsea sambil cengir. Osamu tersenyum beberapa detik ke arahnya, hanya menatapnya dan tak berkata apa-apa. Chelsea tertegun sejenak.

"Berhenti menatapnya."

Tiba-tiba suara seseorang datang dan muncul dari belakang Chelsea. Ia menoleh cepat ke belakang, dan mendapati Ryu yang kini sudah merangkul pundaknya. Sebelah tangannya masuk ke saku celana. Yuki dan Ai mendadak tersontak.

"Ryu?" gumam Chelsea berusaha melepas rangkulan, tapi entah bagaimana pria itu mengunci pergerakannya sampai tak bisa melakukan apa-apa selain diam di tempat.

Dari depan, Osamu tersenyum pendek.

"Kuharap kau bisa menyingkirkan tatapan itu sekarang, Osamu senpai," ketus Ryu seketika. Chelsea terperanjat dan menoleh ke arah Ryu dengan cepat.

"Ryu! Apa-apaan kau ini?! Kau tak berhak untuk..."

Sedetik, Chelsea tak bisa bernapas. Wajah Ryu tiba-tiba maju dan menghentikan gerakannya tepat saat hidung mereka hampir bersentuhan.

"Maaf, tapi rasanya aku cemburu dan kau tahu, kekasih mana yang menginginkan pasangannya ditatap seperti itu oleh pria lain?" sahut Ryu sambil menoleh kearah Osamu yang kali ini menyimpan senyumnya.

Chelsea benar-benar kikuk. Ia tak bisa membela Osamu, atau menghentikan ucapan Ryu. Semua terjadi begitu cepat dan Chelsea terlalu terlambat untuk menarik napas.

"Adik Ryu, kau tenang saja, aku tak akan membuat pacarmu itu terkekang sepertimu, lagipula, kami baru saja ingin pergi."

Ryu masih mengamati Osamu dengan tatapan datar dan dingin, seakan-akan ingin menyingkirkan pria itu dari sana.

"Aku tak tahu, ternyata kau memang bisa memikat pria-pria jepang ya," ujar Ryu saat Osamu dan temannya pergi.

Chelsea menahan napas, lalu berkerut, "apa maksudmu?"

"Kau benar-benar memikat."

Wajah Chelsea memanas dan entah bagaimana ia jadi merasa kesal. Tatapan mata Ryu seketika berubah menjijikan lagi. Dia bukan seperti Ryu yang kemarin mengkhawatirkannya. Dia. . . dia kembali seperti pria murahan yang bajingan.

"Ayo, masuk kelas," ujar Ryu sambil menarik pundak mungil Chelsea diikuti Ai dan Yuki yang masih tercengang.

***

Ada osamu nih, ehmm gimana ya kira2 kelanjutannya? Masih dipikir2 hehe ayoayoo gimana Ryu protektifnha sweet kann? Hehe makasih yg udh dtg and baca crita ini, aku berharap setiap harinya reader sejati terus berdatangan ya, makasihhh see you next chap😘

Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang