Aku tak bisa meninggalkannya sendirian di sini. Dia sedang sakit.
Ryu hendak keluar ruangan lagi, tapi saat lirikan terakhir meragukan dirinya untuk pergi, ia jadi kembali dan duduk ditepian kasur Chelsea.
Matanya terpejam, tubuhnya masih panas dan napasnya kecil.
Tapi apa yang harus ia lakukan? Ia tidak bisa berlama-lama di sini. Bagaimana kalau Ibu Chelsea datang?
Tapi Ryu tidak bisa meninggalkan gadis itu juga. Jadi mungkin sebaiknya ia menuggu lebih lama lagi. Ini baru setengah jam semenjak Ryu tersadar dari pertanyaan yang terngiang-ngiang dalam kepalanya.
"Apa yang membuatmu begitu membenciku?"
Ryu menghela napas.
Sungguh, ini kali pertamanya ia bisa memikirkan perasaan seseorang sampai memusingkan dirinya sendiri. Ia tak pernah merasa sepusing ini hanya karna memikirkan ciuman itu. Mungkin seharusnya ia bangga untuk waktu-waktu yang lalu. Tapi sekarang? Sepertinya ia harus mengakui kalau ia benar-benar menyesal.
***
"Ya Tuhan! Siapa kau!?" Suara pekikan Ibu Chelsea menggema ke seluruh ruangan setelah ia sampai ke kamar Chelsea dan melihat seseorang tertidur di kursi samping ranjangnya.
Ini pukul 6 sore. Ibu Chelsea baru saja pulang dari kantor suaminya dan hendak membuat makan malam, sebelum ia curiga dengan keberadaan sepatu sekolah milik seseorang di depan rumah.
Dan benar saja, ada seseorang di samping Chelsea sekarang! Siapa dia?! Bagaimana dia masuk?! Apa yang terjadi?!
Perlahan-lahan pria muda itu terbangun dengan sedikit terkesiap melihat keberadaanya lalu buru-buru membungkuk.
"Kau pasti ibu Asuka?" Suara anak itu sedikit menenangkan, seakan mengusir semua pikiran negatifnya.
"Ya. Kau siapa? Dan apa yang kau lakukan di sini? Ada apa dengan Chelsea?" sambar Ibu Chelsea buru-buru, matanya bolak-balik melihat pria itu dan Chelsea.
"Perkenalkan, aku Ryu Otosaka, tem---ah, kekasih Asuka Matsumoto, aku---"
"Kekasih?" Ibu Chelsea mengernyit tajam. Ryu sedikit kikuk, tapi ia mengambil alih.
"Ya. Seperti itu."
"Tapi, Chelsea tidak pernah mengatakan apa-apa kalau dia punya pacar," ujar Ibu Chelsea sambil menatapi Ryu dari atas sampai bawah secara terang-terangan.
Tapi kelihatannya dia baik.
"Maaf, tadi pagi sewaktu aku ingin menemuinya, Asuka terlalu lelah kemudian pingsan, jadi aku terpaksa menggotongnya dan menemaninya. Maafkan aku jika aku sedikit lancang."
Ryu berkata dengan tegas, serius dan hati-hati. Ibu Chelsea terdiam sejenak, ingin memastikan apakah yang dikatakan anak itu benar.
"Kau serius? Kau tidak---kau tahu, kan?"
"Tidak. Tidak mungkin."
Ibu Chelsea menarik napas lega. Kemudian ia berlari ke nampan sarapan tadi pagi. Masih ada, dan utuh. Astaga, jadi Chelsea belum makan sampai sekarang? Sedangkan dia masih tak sadarkan diri selama itu?
"Apa yang terjadi dengannya?" gumam Ibu Chelsea sambil menghampiri gadis itu dan mengelus keningnya.
"Demamnya tinggi, aku tak bisa melakukan apa-apa selain mengkompresnya, tapi sekarang, sepertinya sudah turun," jelas Ryu dengan suara datarnya.
Ya, memang agak hangat sekarang.
"Baiklah, kau sudah datang jadi sebaiknya aku pergi. Selamat malam," sahut Ryu sambil membungkuk dan berjalan keluar kamar.
"Tunggu."
Langkah Ryu terhenti. Ibu Chelsea tersontak mendengar suara Chelsea yang tiba-tiba terbangun.
"Hey, kau sudah bangun Chels? Bagaimana, apa masih pusing?"
Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu tersenyum. Wajahnya terlihat agak segar sekarang.
"Kurasa sudah baikan, tidurku lumayan nyenyak dan..."
Suara Chelsea tersendat ketika melihat ke ambang pintu dan mendapati Ryu masih berdiri di sana dengan senyum pendek.
"Kau bangun juga akhirnya," katanya sambil berjalan ke arah Chelsea. Ibu Chelsea menoleh melihat wajah anaknya yang sekarang terlihat tegang.
"Kenapa kau masih di sini?"
***
"Kenapa kau masih di sini?"
Ryu mendengar nada suara Chelsea yang penuh selidik. Tapi ia berusaha nyaman dengan tatapan menyipitnya.
"Aku hanya ingin memastikan demammu itu turun."
Keduanya terdiam sejenak, nampak kerutan di wajah Chelsea mengendur dan Ryu lega sedikit.
"Hey, sudah, sudah, kau masih harus istirahat, Chels, kau belum makan sama sekali dan. . ."
Krunyuk...
Suara perut seseorang mengagetkan Ryu sesaat.
"Ah, ya, sepertinya aku lapar," ringis Chelsea sambil memegangi perutnya.
"Baiklah ayo turun, aku buatkan makan malam dan Ryu, sebaiknya kau ikut makan, kau tahu, kau sudah sangat baik mau menemani Chelsea," tutur Ibu Chelsea dengan senyum manisnya.
Ryu menatap wajah wanita itu kemudian berpaling ke wajah Chelsea.
Dia hanya terdiam, tapi tidak menunjukan wajah ketakutan itu lagi. Seaat Ryu tenggelam dengan tatapan itu.
"Terima kasih, aku akan makan malam bersama kalian."
***
Update lagi ... Agak boring sih nulis ini, tapi aku yakin next chap ga bakal sebosen ini, krn nnti akan ada prcakapan empat mata antara Ryu dan Chelsea ditaman belakang dan....dan..mereka...ngapain hayoo? Wkwk tunggu next chap aja yaa:) makasih and bintangnya jgn lupa yaa😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss
Teen FictionCompleted. #543 inTeenFiction 30Sept2017 #99 in Romance 3Mar2022 Ryu Otosaka pemilik manik cokelat yang penuh pesona. Bertemu dengan Chelsea, Asuka Matsumoto, gadis dari Indonesia yang sama sekali tidak menyukainya. ©Copyright 2016 Nice McQueen Seri...