Bagian 10: Pulang bersama Alwan.

58 4 0
                                    

Happy reading!

*

Karin semakin penasaran, "namanya siapa?"

"Nama siapa yang mana maksudnya?"

"Itu nama si anak baru itu."

"Alwan."

Alwan?

Karin mendadak beku di tempat setelah Adrian menyebut nama itu. Dia masih belum bisa membuka dunia masa lalunya untuk mengeruk seuntaian cerita dari 'Alwan' itu. Karin tahu siapa Alwan, tapi dia lupa dengan semuanya. Waktu semakin cepat dan semuanya yang telah berlalu semakin sulit untuk diingat.

"Emang kenapa Rin?" Kedua alis Adrian terangkat, heran menatap perempuan disampingnya mengapa.

"Ga kenapa-kenapa." Balas Karin berusaha menyembunyikan suatu perasaan yang hampir membuncah.

*

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Cuaca sudah sangat mendung, para murid ada yang langsung pulang dan ada yang menunggu di koridor sekolah untuk menunggu jemputan.

Perempuan yang berparas di atas rata-rata itu terlihat cemas, nampak dari air mukanya. Ia memeluk erat tas kecil berisi laptop. Ponselnya mati, padahal ia mau menelfon sang bunda untuk menjemputnya. Mata nya sibuk menatap ke langit, berharap hujan jangan turun dulu sebelum ia sampai ke rumah.

Melihat Adrian di seberang lapangan, Karin memanggilnya. Namun tidak terdengar karena orang yang dipanggil itu sibuk dengan ponsel. Akhirnya, Karin menghampiri Adrian.

"Yan, gue bareng lo ya." Pinta Karin.

Adrian menoleh, "eh bidadari, tumben mau bareng gue? Lagi kesambet setan apaan lo?" Ledeknya.

"Hp gue mati nih, gue mau nelfon mama biar dijemput." Ucap Karin setengah lirih.

Adrian menyodorkan ponselnya, "nih pake hp gue." Karin langsung mengambil dan secepatnya menghubungi sang bunda.

Berkali-kali Karin menekan tombol panggilan, tapi tidak ada jawaban dari mamanya. Kecemasan nya kini semakin menjadi.

"Nih Yan." Ucapnya, mengembalikan ponsel itu ke Adrian.

"Kenapa? Udah dijawab?"

"Belum." Jawabnya cemas.

"Gue bareng lo aja ya Yan." Pintanya.

"Sorry banget Rin. Gue bener-bener ada urusan penting hari ini. Kalo ga penting-penting banget juga, tanpa harus lo minta bareng, gue udah ngajakin lo bareng duluan Rin. Maaf banget ya." Ucap Adrian dengan berat hati. Karin hanya tersenyum pasrah. Tak lama dari itu, ponsel Adrian berdering. Cowok itu menerima panggilan.

"Tuh kan. Gue duluan ya Rin. Take care!" Sambil menjawab panggilan itu, Adrian menghilang dari hadapan Karin.

Yahh, pulang sama siapa dong gue. Pikirnya.

Dari tempat Adrian tadi, Karin melihat Sarah. Niat untuk menghampiri temannya itu diurungkan karena tak lama dari Sarah muncul, Deva selaku pacar Sarah muncul juga. Pasti mereka akan pulang bareng, padahal Karin ingin pulang bersama Sarah.

Hufftt, hari yang sial. Batinnya.

Mau tak mau, hari ini dia harus pulang sendiri. Dengan menaiki angkutan umum atau bisa juga taksi. Teman yang benar-benar Karin kenal hanya beberapa saja disini, selebihnya Karin hanya berpapasan wajah atau saling mengenal nama. Maka karena itu dia pulang sendiri.

Satu per satu murid sudah meninggalkan sekolah, hanya tersisa beberapa murid saja yang terlihat di area sekolah. Karin berjalan keluar gerbang dan menuju ke depan jalan untuk menunggu angkutan di halte.

CòrtalòveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang