Hepi reding💞
*
"Lo mau nuduh gue gitu? Kok nanyanya kayak nuduh sih?"
"Gue cuma nanya, siapa tau lo kenal."
Adrian diam sebentar, dan detik selanjutnya dia berkata.
"Gue kenal sama orang itu. Bisa dibilang dia fans lo diam-diam." Ucap Adrian.
Karin merasa ada yang tidak beres, dari kontak mata Adrian, dia tahu kalau cowok dihadapannya ini sedang berbohong. Ya, setengah berbohong setengah enggak, sih.
"Orang nya itu elo kan?"
"Yah iya, ketawan deh."
*
Keluar dari kafe, Adrian dan Karin tidak langsung pulang ke rumah. Cowok itu membawa Karin ke suatu tempat lagi, dan tempat itu di taman yang waktu itu pernah ia kunjungi juga. Dan membuat malam Karin yang waktu itu menjadi malam terbahagia.
"Kenapa kesini lagi?" Ujar Karin, mereka juga duduk kembali di tembok panjang waktu itu.
"Gue mau ngomong."
Bulu roma gadis itu berdiri sekilas setelah angin malam berhasil menyapu belakang tengkuknya.
"Apa?"
Adrian sebenarnya ragu untuk mengungkapkan perasaannya, tapi apa daya, perasaannya terlalu kuat untuk mencintai Karin. Walaupun tahu, Adrian terlibat kesepakatan oleh ketiga sahabatnya, yang membuat dia tidak boleh berpacaran atau bahkan mempunyai rasa dengan Karin. Keputusan tetap keputusan bukan? Tapi, semua resiko akan diambil olehnya. Tak perduli itu akan membuatnya sengsara atau tidak.
"Gue tau kalo ini dadakan dan gue ga bilang sebelumnya, atau mungkin, gue emang ambigu. Dan atau mungkiiin gue ngaco. Terserah lo mau percaya atau enggak, tapi tolong. Dengerin dan pahamin." Ucap cowok itu dengan badannya yang condong sedikit ke Karin.
Gadis di hadapannya bingung, ia masih heran ada apa dengan lelaki ini.
"Lo mau jadi pacar gue?"
Dep. Karin membeku di tempat. Pandangannya terkadang buram, terkadang jelas. Kepalanya pening, tubuhnya mendadak keringat dingin, ia bisa merasakan air keringat mengalir di belakang badannya. Apa dia salah dengar? Lalu dia berkata.
"Lo kenapa nembak gue?"
"Karena gue sayang lo." Aku Adrian.
"Engga engga. Gue mau balik Yan. Becanda lo ga lucu, dan lo, kalo mau latihan drama, jangan sama gue. Gue ga pandai!" Karin bangkit, lalu berjalan menjauhi Adrian. Tentu saja cowok itu tidak hanya diam, dia juga berdiri dan berusaha menahan Karin.
"Gue lagi ga becanda Karin! Gue serius. Gue itu sayang sama lo. Lo paham nggak sih?" Adrian menegaskan kembali ucapan yang tadi. Gadis didepannya diam, menunduk, dan sepertinya menangis, menitikkan air mata.
"Gue mau pulang, dan stop. Jangan nahan gue. Gue mau pulang." Lirih Karin, tangannya mengusap setiap titik air mata yang jatuh merosotkan diri di pipinya. Gadis itu mengambil ponselnya, mencoba untuk menghubungi Pak Edi untuk menjemput Karin.
"Oke. Gue ga nahan. Tapi tolong, gue yang anterin lo pulang, Karin." Adrian masih tetap kekeuh.
"Nggak usah. Gue bisa dijemput sama Pak Edi." Katanya. "Diem. Lo diem disitu, jangan ngedeket ke gue." Karin mengisyaratkan tangannya untuk menahan Adrian yang ingin maju mendekat ke Karin.
Gadis itu menjauh dari hadapan sang cowok ke depan jalan untuk menunggu sang supir datang menjemputnya. Sedang Adrian, dia masih mematung, menatap Karin, dan bingung juga dengan apa yang dia ucapkan tadi. Dia cuma tidak mau kalau Karin terus-terusan bersama Alwan, itu merupakan kegelisahan tersendiri bagi Adrian. Memang sih, awal mereka bertemu (Adrian-Karin), diawali dengan keributan yang sepele. Karin yang notabenenya jutek, cuek, bertemu dengan Adrian yang gampang jatuh cinta, Karin juga demikian. Tapi, kenapa dia harus jatuh cinta ketika sedang menjalankan kesepakatan ketiga sahabatnya itu?
![](https://img.wattpad.com/cover/86623967-288-k38328.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Còrtalòvera
Novela JuvenilKeterlambatan yang membuat Karin menjadi sebangku dengan Adrian, yang merupakan salah satu cowok familiar disekolahnya. Padahal baru beberapa hari masuk, tapi langsung terkenal. Tidak disangka, seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling menyuka...