Bagian 19: Terbuka.

29 3 0
                                    


"Kalau gitu..." Alwan tidak meneruskan ucapannya, dia menghadap ke Karin. Pastinya, gadis itu heran.

"Gue mau jadi Dilan dan Nathan lo aja." Sambung Alwan.

Karin mendengar itu seperti ambigu. Otaknya lambat merespon, sedikit paham sedikit tidak. Dia hanya menganggap apa yang Alwan ucapkan tadi, hanyalah guyonan belaka.

Cewek itu menatap mata Alwan lekat-lekat, berusaha mencari kebenaran. Tapi tidak, Karin tidak bisa membaca orang melewati tatapan mata.

*

Sudah sekian sejam Alwan dirumah Karin, sore itu, dia ingin pamit pulang sama Reta. Ditemani Karin disampingnya.

"Ma," lirih Karin, Reta sedang ada diruang keluarga dengan menonton acara TV kesukaannya.

"Eh iya?" Kemudian, Reta bangkit, mendekati mereka.

"Ini, Alwan mau pulang dulu." Kata Karin.

"Cepet sekali si ganteng mau pulang? Ga mau lama-lama dulu emangnya? Hehehe."

"Kapan-kapan kan bisa lagi Ma datang kesini, hehehe." Alwan melempar senyum ketika bicara itu.

"Wah harus dong! Sering-sering main kesini ya! Jangan canggung atau apa lah! Wajib kunjungan kesini, loh!" Reta tertawa, Alwan juga, namun Karin tidak. Hanya berekspresi datar.

"Yaudah Ma, Alwan pulang dulu ya." Alwan mendekat ke Reta, lalu menyalaminya. Kemudian berlalu, menghilang dari balik pintu, begitu juga dengan Karin.

"Hati-hati ya!" Ujar Reta setengah berteriak.

"Si Mama, kayak rumahnya jauh aja. Padahal kan cuma satu rumah dari sini." Gumam Karin datar, ekspresinya juga.

"Hehe, namanya juga ibu-ibu. Nanti lo juga gitu kok. Hehe."

"Ya."

Karin hanya mengantar Alwan sampai depan pagar, lalu dia kembali lagi, masuk kedalam dan berjalan ke kamarnya.

Di kamar, Karin duduk diam di atas kasur. Lutunya di apit oleh kedua lengannya yang saling berpegangan. Udara dingin dari AC sangat menusuk pori-pori kulitnya, semua nya membeku, namun dia berharap hatinya jangan juga beku. Terlukis seuntai senyuman menawan dari kedua sudut bibirnya. Itu dikarenakan mengingat apa yang sudah Alwan ucapkan hari ini.

"Kalau gitu, gue mau jadi Dilan dan Nathan lo aja."

Kata itu yang masih terngiang-ngiang di telinga Karin. Seluruh pikirannya sekarang terpusat oleh Alwan. Alwan menyarangi pikiran Karin.

Kemudian, dia membanting tubuhnya ke belakang dan mengenai kasur yang empuk. Karin memejamkan matanya sejenak, menghirup dalam-dalam udara segar di kamarnya itu, yang seiring berjalan; mengalir dari rongga hidung, sejuk. Lalu menjalar ke hati yang membuat kesejukan juga. Dipejamkan matanya sebentar, dan di situ ia merasa bahwa ia sudah masuk ke dalam negeri dongeng. Dimana suatu ketidakmungkinan, semuanya menjadi nyata.

"Karin!" Panggil suara dari bawah yang menyerebak ke ruangan kamar Karin.

Cewek itu melotot seketika, senyumnya ditarik kembali. Dan ia bangkit dari kasur, lalu bertengger di depan pintu kamar.

"Ya Ma!" Sahut Karin.

"Kita ke rumah Dimas! Om Nugroho, Tante Felly, sama Dimas nungguin kita!"

Karin meringis kecil, kenapa harus tiba-tiba sekali?!

"Mendadak?" Karin setengah berteriak.

"Iya! Cepat siap-siap!"

Cewek itu langsung membanting pintu kamarnya, ia duduk di tepi kasur. Bergumam sendiri.

CòrtalòveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang