Happy reading!
*
Keesokannya di pagi hari, dengan semangat yang menggebu-gebu, Karin siap untuk pergi ke sekolah. Kali ini dia memutuskan untuk membawa laptop karena ada suatu cerita yang ingin diselesaikan hari ini juga. Namun, belakangan ini Karin susah untuk menuliskan kata-kata di dalam kerangka ceritanya. Belum menemukan inspirasi lagi, alasannya.
Keinginan untuk menjadi penulis terkenal, ia tahu tidak semudah dengan yang diharapkan. Namun, pasti akan terwujudkan jika ada usaha yang terus-menerus. Karin bisa dibilang penulis amatiran dalam menulis ceritanya, genre yang ditulis ya itu-itu saja. Percintaan. Karena untuk menulis sebuah karangan, bagi Karin sangat sulit kalau dibandingkan menulis cerita yang dicampur dengan kehidupan nyata yang sudah terjadi, kemudian dicampur oleh khayalan dari kepalanya.
Karin lebih suka menulis cerita yang ber genre roman dikarenakan dia sudah berpengalaman dalam hal itu. Jatuh cinta baginya adalah hal yang mudah. Mudah jatuh cinta, mudah juga sakit hati. Cinta diusia muda memang wajar, tapi itu karena nafsu atau karena fisik. Beda dengan pengertian cinta yang sebenarnya. Apalagi kalau si cewe mudah banget makan rayuan gombal modus dari cowo. Si cewe juga bakalan gampang banget deh ditaklukin. Ditambah cowo itu kriterianya si cewe banget kan. Fisiknya diatas rata-rata, hartanya jangan ditanya. Kalau menurut cewe, si cowonya serius dan tulus kemungkinan peluang kebenaran 'serius dan tulus' itu hanya setengah persen. Selebihnya kemungkinan hanya ingin menerbangkan si cewe ke angkasa, lalu setelah berhasil, dengan mudahnya cowo meninggalkan bahkan menjatuhkan si cewe ke bumi lapisan paling dalam (mungkin). Dan itu sakitnya luar biasa.
Karin pun pernah seperti itu, banyak pelajaran yang diambil dari semua pengalamannya yang sudah berlalu. Menjadi pribadi yang lebih baik tentunya yang diharapkan. Dan pastinya selalu berhati-hati dalam memilih pasangan. Karena, cowok di jaman sekarang gampang mempermainkan cewek. Cowok ganteng jaman sekarang, lebih memilih cewek yang super duper cantiknya kayak bidadari. Ya tapi tidak bisa diambil kesimpulan juga kalau semua cowok sama aja.
Mungkin, kaum hawa menyebut cowok 'langka' kalau cowok itu ngelakuin hal beda dari cowok-cowok pada umumnya dalam hal membuat hati cewek menjadi melt. Bukan langka, namun belum menemukan cowok seperti itu. (Author masih inget perkataan seseorang yang bikin dia sadar haha)
*
Karena terlalu semangat, alhasil Karin orang pertama yang datang di kelasnya. Bukan di kelasnya saja, bahkan di sekolahannya. Cuaca masih sedikit gelap, Karin sudah tiba.
Dibuka layar laptop dan menampakkan wallpaper yang membuatnya selalu senyum setiap melihat itu. Foto dimana para sahabat di sekolah menengah pertamanya sedang memasang muka-muka aib saat pengambilan gambar.
Lalu, Karin membuka software Microsoft Word yang dimana kerangka ceritanya ada disitu.
Atmosfer di ruangan itu silih berganti, dari dingin menjadi hangat dan sebaliknya. Karin masih memikirkan kata-kata apa yang akan dimasukan kedalam kerangka cerita tersebut. Dia terdiam cukup lama, tiba-tiba di otaknya bermunculan alur dan kata-kata yang akan dituliskan. Mulailah jari jemarinya sibuk menindih keyboard dan berjalan-jalan.
Krrrt...
Terdengar bunyi decitan pintu kelas, masuklah cowok tegap yang berjalan ke arah Karin untuk duduk di sebelah Karin.
"Tumben udah dateng." Ucap Adrian sembari meletakkan tasnya di bangku.
"Ya." Balas dari cewek itu.
"Lagi ngapain btw?" Adrian mendekatkan bangkunya ke Karin. Jaraknya hanya satu setengah jengkal.
"Nyelesain bagian subbab cerita nih." Ucap Karin dengan tatapannya masih lurus ke layar laptop. Jari jemari nya sibuk mengetikan rangkaian kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Còrtalòvera
Fiksi RemajaKeterlambatan yang membuat Karin menjadi sebangku dengan Adrian, yang merupakan salah satu cowok familiar disekolahnya. Padahal baru beberapa hari masuk, tapi langsung terkenal. Tidak disangka, seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling menyuka...