Bagian 27: Berjelaga.

32 3 0
                                    

Hari kelima tanpa Karin. Hari kelima ga pulang bareng Karin lagi. Hari kelima tanpa melihat senyuman Karin lagi. Alwan memang menghitung setiap hari yang ia lewati. Merasa kosong sebenarnya kalau mengabaikan Karin saat di sekolah. Bukan karena apa dia sedikit menjauhi Karin. Tapi, Lara, pacar dari Alwan sudah ada di Jakarta dan ia harus menjaga hatinya hanya untuk Lara seorang. Terdengar berlebihan namun memang itu yang harus Alwan lakukan. Hubungan Lara dan Alwan sebenarnya sudah terjalin semenjak kelas 2 SMP. Tapi Karin tidak mengetahui itu walaupun banyak gosip tentang Alwan dan Lara. Cewek itu juga lulusan dari SMP yang sama dengan Alwan dan Karin. Tapi sekali lagi ditegaskan, Karin tidak pernah mengetahui siapa Lara.

Malam sudah tiba dengan udara yang benar-benar dingin. Alwan tidak fokus dengan apa yang sedari tadi Lara ucap. Perempuan itu ada di rumahnya sejak tadi sore. Di kamar Alwan, mereka cerita-cerita. Hm, Lara doang sih yang cerita. Alwan hanya berusaha menjadi pendengar yang baik.

"...terus pas dia deketin aku, aku tolak dia. Kamu tau kenapa?" Tanya cewek berambut layer itu ketika sudah diujung cerita. Sedangkan cowok di depannya hanya menatap lurus seperti tatapan kosong.

"Kenapa?"

"Karena aku masih inget sama kamu. Masih inget kalo kamu pacar aku. Di hati aku, seutuhnya ada kamu." Kata Lara seraya menyentuh pergelangan tangan Alwan dengan lembut. Cowok itu meresponnya dengan secuil senyuman yang ternyata membuat Lara menyadari kebosanan di cowok itu.

"Kamu kenapa sih? Jarang-jarang kamu kayak gini." Ucap Lara, dia mulai duduk di samping Alwan dan menyandarkan kepalanya di pundak.

"Ga pa-pa, Ra."

"Tapi kamu beda tau ga."

"Aku kan ada disini, Ra."

"Tubuh kamu emang ada disini, di samping aku. Tapi, jiwa sama raga kamu itu kayak ketinggalan di tempat lain Wan. Kamu harus cerita kenapa bisa kayak gini. Jangan ada yang ditutupin." Pekik Lara bernada sedikit menekan.

"Jangan kamu anggap dengan kamu pergi ninggalin aku dan ga ada kabar. Terus, kamu balik lagi, semuanya akan terlihat masih sama. Itu enggak sama sekali Ra. Pasti ada yang beda. Dan itu wajar." Alwan menoleh ke Lara, cewek itu mengangkat kepalanya yang tadi bersandar di pundak sang pacar.

"K-kalo urusan ak-aku pergi itu, aku minta maaf sama kamu. Itu juga kan aku mau nerusin sekolah di luar kota. Ikut sama papi. Aku ga sempet ngabarin kamu, aku mau nelfon juga ga sempet, Wan." Ujar Lara selembut mungkin.

"Ra, hari pertama aku ga dapet kabar tentang kamu. Aku emang khawatir plus panik banget. Sehari setelah itu, aku mulai kangen, begitu seterusnya sampe aku udah terbiasa dengan ketidakhadirannya kamu saat kita lulus-lulusan." Ucap Alwan menatap intens iris Lara yang berwarna ke biru-biruan. Itu asli, tidak memakai kontak lens. Karena Lara merupakan blasteran Arab-Jerman-Indo.

"Aku ga akan ngulangin lagi Wan. Janji. Aku ga akan ngulangin." Cewek itu langsung memeluk Alwan dengan erat. Alwan membalasnya, biasa.

Janji itu ditepati sayang. Bukan hanya diucap, lalu diingkari. Batin Alwan.

*

Jam 8 tadi, Lara sudah pulang ke apartmentnya diantar oleh Alwan. Cowok itu kini duduk di sofa panjang warna hitam yang ada di ruang kamarnya. Sofa itu menghadap ke arah balkon luar, sehingga Alwan dapat menyaksikan cakrawala malam hari.

Di hatinya seperti jelaga. Perasaan ganjil mendesaki seluruh hati. Sampai sesak rasanya untuk bernafas.

Ia mengambil ponsel dan ingin mencoba menghubungi Karin. Namun gengsi untuk melakukannya. Takut Karin sudah berubah karena melihat tingkah laku dia terhadapnya belakangan ini.

CòrtalòveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang