Wildan - 6(a)

181 9 0
                                    

True Friend. 
Satu alasan mengapa aku bisa tertawa. Bahkan ketika diriku merasa sudah tidak dapat tersenyum lagi.

oo0oo

Aku sedang membaca notification instagramku, dan melihat-lihat explore dari instagram. Kadang aku tertawa sendiri melihat sekilas video lelucon yang dikirim teman sekelasku. Tak jarang aku terhanyut dalam alunan suara temanku yang dipost saat itu. Kebetulan lagu yang kudengar saat itu adalah lagu dari Cassandra yang berjudul 'cinta terbaik'. 

Pada masa itu, lagu itu memang lagi tenar-tenarnya di sekolahku. Mungkin karena lagu itu menceritakan tentang curhatan hati seseorang cewek kepada cowok yang dia sukai, walaupun dia bukan yang pertama dalam hati si cowok, tapi rasa yang cewek itu berikan tetap cintanya yang terbaik. Setidaknya itu yang kucerna dari mendengarkan lagu itu waktu pertama kalinya. 

Sial, aku jadi ikutan galau plus baper karena mendengar temanku menyanyikan lagu itu. Aku langsung melihat explore. Tidak sengaja aku memencet satu foto yang ternyata adalah sebuah ramalan zodiak pada hari itu. Di kiriman itu ada satu kalimat yang sedikit membuatku tersentil.
Virgo:  Single = "Dia tidak sebaik yang kamu pikir. Sebelum terlambat, ayo move on."

Agar pikiranku tidak melenceng semakin jauh, aku segera membuka buku pelajaran dan mengerjakan pr yang bisa aku jawab. Yang susah nanti aja cari di internet. Kalau di internet masih tidak membuahkan hasil, teman adalah tujuan terakhirku sebelum buku ini beralih ke tangan guru. 

Hingga aku terlalu serius dalam angka-angka yang cukup rumit, aku pun tertidur dengan buku paket sebagai ganti dari bantal.

oo0oo

Keesokan harinya adalah hari senin. Hari yang menjadi momok bagi banyak anak-anak sekolahan. Reaksi mereka pun bermacam-macam, dari yang suka males-malesan menjadi siap ketika menyiapkan peralatan untuk besok, adapula yang bersantai menunggu nasib untuk dijemur karena salah satu  atribut mereka hilang, dan kadang ada yang saking lebaynya, update foto di instagram dengan caption bertuliskan 'BESOK SENIN' pakai capslock pula. Dasar ALay. 

Apalagi kalau bukan karena upacara penyebabnya. Berdiri di tengah lapangan menghadap bendera merah putih, dijemur di bawah sinar matahari yang mulai menyengat, padahal sih sinar matahari pagi itu banyak mengandung vitamin D yang bagus buat kekuatan tulang. Tapi ada saja alasan mereka buat mengeluh, mulai dari berdiri terus, belum lagi ditambah sama ceramah pembina upacara yang kalau sudah lama, lamanya gak tanggung-tanggung. Itu belum lengkap kalau tidak ada guru yang berjalan-jalan mengawasi setiap barisan peserta upacara. Kalau sudah gitu, siap-siap aja ditarik ke depan dan tahan muka kalau jadi tontonan seantero sekolah. Beruntungnya, aku belum pernah upacara sendiri di depan, dan aku juga tidak akan pernah mau untuk melakukannya. 

Selesai upacara, dengan bergiliran kami masuk ke kelas masing-masing. Saat itu, hal yang paling kami harapkan yaitu AC di kelas menyala dan dingin. Kebetulan dudukku saat itu tepat menghadap AC, rasanya seperti dari kebakaran di salju, dingin.

"Eh, temenin ke kamar mandi, dong." siapa lagi kalau bukan Zara? 

Setengah mendengus aku menjawabnya, "bentar, lagi enak nih," jawabku sambil meregangkan tangan. Maklumlah habis upacara, peregangan sedikit biar tangan gak 'tegak' terus.

"Uhhh ... isis ya." gumam Zara sambil mengepak-ngepakkan kerudungnya. 

Aku meliriknya, "mana ada ISIS?" tanyaku sambil menekankan pada kata isis.

"Bukan ISIS yang tembak mati 'DOR' itu, isis dingin ini lho, isis...." jawabnya tanpa melirikku. 

"Oalah." balasku mengakhiri pembicaraan. 

Setelah kurasa cukup mendinginkan badan, aku teringat dengan ajakan Zara beberapa saat lalu yang mengajakku ke kamar mandi. Kebetulan saat itu aku juga ingin cuci tangan. 

"Eh, ayo ke kamar mandi, Za. Tadi katanya mau ke kamar mandi?" ajakku sambil memasukkan topi ke dalam tas. 

"Yaudah, ayo." Kami berdua pun ke kamar mandi. 

Ssewaktu menaiki tangga, karena kebetulan kamar mandinya berada di lantai dua, bel panggilan berbunyi. Bel itu merupakan panggilan untuk ketua kelas di sekolahku, yang biasanya berbunyi apabila ada hal-hal penting saja. 

"Semoga pulang cepat, amiinnn...." ucap Zara yang berjalan di sampingku. 

"Halah, paling juga absen. Sekarang kan senin." jawabku cuek. Mendengar jawabanku, Zara langsung mengerucutkan bibirnya. Dia memang lucu.

oo0oo

Kembali ke kelas, banyak temanku yang sedang bergerombol di belakang, entah apa yang mereka bicarakan. 

"Itu anak-anak ngomongin apa emang?" tanyaku ke Laurie yang kebetulan duduknya di samping bangkuku. 

"Oalah, paling juga mau jalan-jalan." jawab Laurie.

"Kapan?" tanyaku lagi.

"Nanti habis pulang sekolah." jawab Laurie sambil matanya menatap ke layar ponselnya. 

"Lho, emang pulang pagi ta?" tanyaku lagi belum jelas.

"Iya, barusan kan ada pengumuman. Pulang jam 11, guru-guru mau kemana gitu, pokoknya rapat-rapat gitu deh." jawab Laurie sambil membubuhkan tanda tangannya di atas jurnal absensi. 

"Oalah, cuma itu kan pengumumannya?" ucapku sambil menuliskan absensi. 

"Iya." jawab Laurie yang sudah fokus lagi ke ponselnya. Rupanya do'a Zara tadi terjabah langsung. Daebak!

oo0oo

Matahari pada saat itu memang lagi asiknya berada di atas kepala. Sambil memancarkan sinarnya yang sangat terik, tanpa peduli yang disinarinya terbakar. Aku, Zara, Laurie dan Greta saat itu sedang menunggu di depan gerbang sekolah. Lebih tepatnya menunggu angkot. Angkot aja sampai ditungguin_-

"Eh ayo main ke rumahnya Greta." tiba-tiba Zara berbicara memecahkan keheningan diantara kami. 

"Hah? Jangan gitu, rumahku kotor yaampun, belum tak bersihkan, tadi pagi aku belum nyapu." jawab Greta seperti biasa, panik. Dia memang yang paling mudah panik dan heboh. 

"Iya, mumpung pulang pagi nih." jawabku mendukung Zara.

"Ayo, aku juga mau numpang wifi buat download film." ganti Laurie yang berbicara. 

"Aduh, jangan rek, rumahku berantakan lho, beneran, tadi pagi aku belum nyapu rumah, terus di rumahku nggak ada Mamaku. Mamaku kerja, nanti nggak ada yang ngasih makan sama jajan. Jangan sekarang." Greta kalau sudah panik memang begini. 

Kedua sudut bibirku terangkat. "Yaampun, kita itu main ya buat main bareng. Bukan minta makan." 

"Tapi 'kan--"

Laurie bergumam. "Udah ayo," ajak Laurie menggandeng tangan Greta.

"Sip, mumpung ada angkot tuh." ucap Zara bersemangat. 

Setelah itu, kami naik ke dalam angkot. Duduk bersebelahan, untuk yang pertama kalinya bagi kita berempat. 

oo0oo

Nb: Update sebelum uas. Welcome December.

WildanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang