Bahkan kebahagiaanku bisa terenggut kapan saja waktu ingin mengambilnya.
oo0oo
Sesampainya di rumah Greta, kami langsung disuguhkan dengan pemandangan yang klasik. Sebuah grandpiano terpampang berada di tengah-tengah ruang tamu. Di sudut lain ruangan terdapat sebuah keyboard. Di dinding juga penuh dengan pajangan foto-foto serta hiasan music seperti gambar not-not beserta pelengkapnya. Terpajang pula beberapa foto dari maestro musik dunia, seperti Mozart dan Bethoven. Sungguh kelarga pecinta musik. Hampir ketinggalan, sepasang biola tergantung dalam lemari kaca di lain sudut ruangan.
"Wow, Gret, itu piano punya kamu?" tanya Zara takjub.
"Papaku yang belikan. Punya satu keluarga, Za." jawab Greta sambil menata sepatunya di rak sepatu.
"Mainin satu lagu dong buat kita." pintaku setelah duduk di sofa ruang tamu.
"Sebentar ya, baru juga sampai." jawab Greta. "Eh, kalian mau minum apa? Nanti aku minta belikan Saudaraku di toko depan." lanjut Greta.
"Haduh, gausah repot-repot Gret." jawab Laurie. "Lagian minumku juga masih ada." sambungku.
"Tapi sama aja, masak kalian main aku nggak ngasih apa-apa. Kalau gitu, aku bikinin sirup aja ya?" ujar Greta sambil berlalu ke belakang, sepertinya ke dapur.
Aku, Zara, dan Laurie masih berleyeh-leyeh di sofa sambil memegang ponsel kami masing-masing.
"Eh, bagus nggak ini?" tanya Zara sambil menunjukkan ponselnya kepadaku dan Laurie.
Rupanya, itu adalah video postingan dari followingnya Zara. Di video itu terdapat beberapa cewek yang sedang menyanyikan lagunya Justin Bieber yang berjudul 'Love Your Self' dengan suara merdunya. Salah satu dari cewek tersebut ada yang memainkan gitar, sedang yang lainnya bernyanyi bergantian sesuai bagian-bagiannya.
"Eh, gimana kalau kita nanti bikin cover kayak gitu?" usul Laurie bersemangat.
"Kayaknya bagus tuh." jawabku.
"Terus nanti kalau bagus, kita upload di instagram, siapa tahu ada yang lihat terus like, terus banyak yang comment bagus, ntar kita jadi terkenal deh." jawab Zara sedikit hiperbola.
"Yeeee, nggak usah mimpi tinggi-tinggi deh, Za. Ada yang ngelike aja udah syukur. Untung-untung suaranya nggak fals." seruku menimpali.
"Eh, kalian rame-rame ini ngomongin apa?" tiba-tiba Greta muncul sambil membawa nampan yang berisi empat gelas sirup.
"Ini nih, aku punya ususl kalau kita bikin cover, tapi kamu sambil main piano, terus kita bertiga yang nyanyi. Nanti kalau bagus kita upload di instagram, gimana Gret?" tanya Laurie.
"Hmm, kayaknya seru tuh, tapi emang mau cover lagu apa?" tanya Greta balik.
"Kamu bisanya lagu apa?" tanyaku.
"Gimana kalau lagunya Shawn Mendes yang 'Stitches'? Kamu bisa 'kan?" usul Zara.
"Sebentar ya, aku lihat dulu," jawab Greta sambil membuka ponselnya. Mungkin sedang melihat-lihat not-not yang akan dimainkannya.
"Gimana kalau lagunya Troye Sivan? Lagunya enak-enak sih, nge-slow gitu." usulku ketika melihat postingan dari Troye Sivan muncul di timeline instagramku.
"Boleh tuh, lagunya yang 'Youth' atau 'Fools' itu juga enak." jawab Laurie menimpali usulku.
"Oke, kita main yang mana dulu, nih?" tanya Greta sambil menuju ke grandpiano miliknya.
"Terserah kamu aja yang enak dulu menurutmu gimana." jawabku menimpali.
"Oke, bentar ya, aku mau coba-coba mainin kuncinya dulu." ujar Greta.
Kemudian Greta menekan beberapa tuts piano tersebut yang menimbulkan suatu iringan nada yang merdu. Lagu yang pertama dia coba adalah lagu Stitches yang disusul oleh lagu Youth. Kedua lagu itu menjadi sebuat alunan lagu yang Greta mix secara langsung, hasilnya pun sungguh indah. Aku rasa kelak dia akan menjadi pengiring music orchestra yang besar selain menjadi pengiring di gerejanya.
"Aku ambil intro dulu ya, nanti kalau sudah selesai kalian langsung nyanyi. Oke?" jelas Greta kepada kami bertiga yang langsung kami mengerti.
Intro pun dimainkan kemudian diiringi dengan suara kami bertiga. Walau aku merasa suaraku fals karena aku tidak pandai dalam hal bernyanyi, tetapi kami berempat masih terus mengalunkan kedua lagu dari Shawn dan Troye tersebut. Karena kami bersenang-senang, main bareng, nggak perlu merasa jaim atau gengsi di depan sahabat. Kita pun tertawa bersama. Hingga tak terasa empat jam terlalui dengan begitu cepat, it's time to go home now!
Sesampainya di jalan raya utama, kami-aku, Laurie dan Zara---berpisah. Aku cukup jalan sejauh 500 meter saja untuk menunggu jemputan Ibuku. Sedangkan Laurie dan Zara harus butuh 1 jam lagi dengan naik angkot untuk sampai di rumah mereka. Rumah mereka memang jauh dengan rumahku dan Greta. Sebenarnya jalannya bertolak belakang.
Setelah sampai di depan jalan menuju rumahku, aku mengambil ponselku di dalam tas. Untuk memberitahu Ibu kalau aku sudah pulang sekolah. Namun, belum sampai aku membuka pesan teks, terdapat satu pesan masuk. Rupanya dari Ibuku.
Ibu:
Mbak, adik sakit masuk rumah sakit. Ibu sekarang sama ayah di rumah sakit. Nanti hati-hati ya! Jangan lupa kunci pintu rumah. Ada uang di lemari meja belajarmu.Segera aku mengetikkan beberapa kata untuk membalas pesan Ibuku beberapa menit yang lalu.
Me:
Iya bu, ini aku pulang naik ojek. Adik sakit apa?Aku pun segera mengambil ojek untuk mengantarku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ponselku berbunyi, tanda bahwa aku menerima notif baru. Rupanya masih tetap dari Ibuku.
Ibu:
Adik opname. Nanti Ibu kabari lagi.Setelah membaca balasan dari Ibu, aku merasa tak perlu lagi membalas pesannya lagi. Aku pun segera berganti baju dan bergegas untuk mandi. Namun sebelum itu, aku melihat ponselku dulu. Ada satu notifikasi dari Line saat ini, dari grup yang sengaja kami buat untuk kami berlima---Aku, Laurie, Greta, Zara, dan Sara.
Greta: Hai, udah sampai rumah?
Laurie: Belum, macet.
Zara: Ada tabrakan, makanya macet.
Anna: Tabrakan apa?
Zara: Gak tahu.
Laurie: Orang-orang pada rebut sendiri nih__-
Zara: Iya, rame sendiri. Ngomel melulu:v
Greta: Mbb, habis dari kamar mandi.
Sara: Za, cepetan pulang. Papa nyariin.
Anna: Wih, Sara keluar. Hai Sa...yang, eh.
Zara: Iya ini di angkot, sabar:V
Laurie: Halo Sa, kapan kapan main berlima lagi ya.
Greta: Halo sara.
Sara: Halo Anna, Greta, Laurie. Habis main di rumah sapa?
Zara: Gue gadisapa-__-
Greta: Rumahku.
Laurie: Rumah Greta.
Sara: Oh gitu, halo kembar gue/
Anna: HAha:v udah ya, gue mau mandi. Bye.
Zara: Dadah Na.
Greta: Iya, hati-hati.
Laurie: Sip. Bye.
Sara: Bye, The End!Setelah Sara mengakhiri chat grup tersebut, aku pun langsung bergegas untuk mandi. Setelah itu, aku akan keluar sebentar untuk membeli makan buat malam nanti.
Hari itu, aku melalui beberapa kesenangan yang akan berarti dalam hidupku. Namun sayang, kebahagianku belumlah sempurna. Bahkan kata belum bisa berubah menjadi kata tidak hanya dalam sekejap saja.
oo0oo
Happy New Year for all of you guys. I hope you'll interest with this story.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildan
Teen FictionKau tahu, hal yang paling menyedihkan bagiku? Aku hanya bisa berada di belakangnya, tanpa bisa berbuat apa-apa. Kau tahu, hal yang paling menyakitkan bagiku? Ketika aku melihat perempuan lain bisa dengan mudah mendekatinya, sementara aku hanya bi...