Wildan - 19

95 6 3
                                    

Vote, comment, and add to your library. Thank you. Enjoy!

oo0oo

Malam harinya, aku mencoba untuk membuat instagram baru. Aku tidak mempunyai keberanian apabila mengaku sebagai diriku sendiri. Dengan terpaksa, fake account adalah pilihan yang aku pilih.

Dengan memakai id stalkyourbae, aku mulai berinteraksi dengan Wildan melalui direct message.

stalkyourbae: aku yakin aku benar, kalau kamu wildan.

wldn_alhasib: pede banget

stalkyourbae: karena aku yakin benar

wldn_alhasib: lalu mengapa tanya

stalkyourbae: karena aku suka kamu

Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu, hingga aku mengakui bila aku menyukai Wildan. Sekarang, aku cemas menunggu balasan dari dirinya. Tapi lima menit kemudian aku tidak menerima balasan lagi.

Aku langsung memekik di dalam kamarku, menyesali kebodohan yang baru saja aku lakukan. Baru pertama kali chat, beruntungnya dia membalas, lalu dengan cerobohnya aku mengungkapkan perasaanku.

"Bodoh, kenapa langsung nyeplos!" Aku merutuki diriku sendiri.

'Kalau sudah gini kan Wildan jadi canggung. Pasti dia menganggapku orang aneh.'

Aku pun segera menarik pesan yang baru aku kirim tadi. Walaupun kalimat tersebut sudah tak ada, tapi tetap saja masuk di notification ponselnya.

Tiga puluh menit berlalu. Masih tidak ada balasan dari Wildan. 'Ya iyalah, kan pesannya udah kamu tarik!' batinku menyadari bodohnya aku.

Aku melanjutkan belajarku, melupakan kegiatan tidak berguna dan kembali ke kehidupan nyataku. Lama terlarut dalam film action di TV,  sampai membuatku tidak sadar bahwa aku terlelap dalam mimpi semu.

Pukul satu dini hari aku terbangun. Pusing yang biasa melanda membuatku terdiam sejenak untuk meredakannya. Aku mengusap mataku, berharap seolah kantukku dapat hilang begitu saja.

Setelah cukup sadar, aku menuruni anak tangga dan menuju ke kamar mandi. Setelah membersihkan muka, aku membuka kulkas. Melihat ada coklat batang, aku mengambil dan membawanya ke kamarku.

Sampai di kamar, aku menggigit coklat yang terasa nikmat di mulutku. Meraih ponsel yang ternyata terdapat satu notif, yang membuatku shock adalah; notifnya bukan dari Wildan.

Aku tertunduk lesu.

Kembali aku menutup ponsel dan meletakkannya di nakas samping tempat tidur. Menarik selimut sebatas dada dan memejamkan mata.

Sepuluh menit terlewat, aku membuka mataku dengan membelalak.

Jujur, aku kesal sendiri karena tak bisa tertidur lagi. Aku pun meraih ponselku. Mencoba mencari hiburan di sosial media. Klise memang.

Tak menyerah, aku memikirkan rangkaian kata untuk bisa menarik perhatian Wildan.

Tiba-tiba pikiran gilaku muncul, hatiku berkata bahwa aku harus mengajak Wildan untuk bertemu. Bukan melalui dunia maya seperti ini, tetapi di dunia nyata.

Tapi kalau dia nggak mau bertemu denganku, bagaimana?

Aku menyampingkan berbagai penolakan yang bisa dilakukan Wildan. Aku juga menyiapkan diri kalau diriku diabaikan olehnya. Lagi-lagi, suara penyemangat dalam diriku berkoar. "Apa salahnya mencoba?" Ujarku bermonolog.

Pada akhirnya aku mengambillagi ponselku. Membuka aplikasi instagram dan mengirim direct messege ke Wildan.

stalkyourbae: kalau penasaran mari kita bertemu?

Setelah mengirim, aku kembali ke beranda instagram. Melihat pembaruan instastory dari followingku.

Saat ingin melihat satu instastory dari artis tampan idolaku, satu notifikasi muncul. Tanpa basa-basi aku langsung melihatnya.

Deg ... deg ....

wldn_alhasib: ok, minggu besok jam 10 pagi di alun-alun kota

Mataku membalalak ditengah sunyinya malam. Demi apa?! Dalam waktu tak sampai satu menit Wildan membalas dm yang baru aku kirim. Padahal waktu saat itu masih pukul 2 dini hari.

Seketika berbagai macam pikiran hinggap di otakku. Apa yang sedang dikerjakan Wildan selarut ini? Memgapa Wildan belum tidur? Apakah Wildan terbangun sepertiku? Tidak mungkin 'kan dia terbangun tengah malam untuk melihat hal-hal yang tak pantas?

Aku menggelengkan kepalaku. Karena semakin larut, rupanya pikiranku juga mulai melantur. Aku kembali fokus dengan balasannya yang baru saja kubaca. Aku langsung mengetikkan beberapa kata di sana.

stalyourbae: kamu masih bangun?

Setelah melihat kembali, aku memutuskan untuk menghapus kalimat introgatif tersebut. Karena aku tak ingin Wildan merasa risih denganku yang terlalu banyak bertanya.

stalkyourbae: aku akan datang tepat waktu.

Setelah menimang-nimang, aku mengetikkan rangkaian kata yang berakhir terhapus seperti kalimat sebelumnya.

Jujur, aku bingung mau berkata apa!

stalkyourbae: ok, see u

Setelah berulang kali aku mencoba mengetik, hanya kata itulah yang menurutku paling wajar. Tak menyiratkan kesan ingin tahu, juga kata yang sangat pas untuk dua orang asing seperti kita. Kembali ke kehidupan, nyatanya aku dan Wildan hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.

Namun, asing baginya adalah aku. Sedangkan bagiku, dia adalah laki-laki kedua yang aku pikirkan setiap detik. Tentunya setelah Ayahku.

Sepuluh menit terlewati dengan pikiranku yang kurasa mulaiterbang. Aku melihat lagi history chat bersama Wildan. Tidak panjang, tapi menunggu balasannya cukup membuat jantungku berdebar-debar tak karuan.

Gila! Menunggu balasan yang tak pasti saja, jantungku sudah bereaksi seperti itu. Gimana nanti kalau aku bertemu dengannya? Walau pertemuan berikutnya, bukanlah pertemuan pertama bagiku dan dia. Tapi, tidak tahu lagi kalau dia lupa.

Seperti kata orang, lupa itu sifatnya manusia. Bahkan untuk hal terpenting saja bisa lupa. Seperti kamu yang sudah mati-matian menghafal rumus fisika semalaman. Namun saat ulangan tiba, bisa saja dirimu lupa. Dalam hal sepenting itu saja semua orang bisa lupa.

Apalagi aku, yang bahkan tak memiliki arti untuk dirinya. Bahkan mustahil rasanya jika dia mencoba menghafalku. Karena baginya, I'm just a stranger. Yang sekedar lewat begitu saja dalam waktu itu, tak menyisakan kenangan manis atau jejak. Mungkin begitu, sehingga aku bisa dibilang tidak penting.

Bagi perempuan yang tidak dia anggap penting sepertiku, rentan sekali terlupakan. Kecil kemungkinan dia mengingat. Karena dia hanya menganggapku layaknya reklame di pinggir jalan. Terlihat sekilas, terlewati begitu saja, karena dia memiliki tujuan yang lebih jelas di depan sana. Yang perlu ia tuju untuk mendapatkannya.

Sangat menyedihkan, karena dia sudah memiliki tujuan. Sedangkan aku hanya seumpama papan reklame.

"Aargggh!" Aku menjerit tertahan setelah batinku memulai aksi perlombaan menyuarakan rasanya.

Langsung saja, dengan kasar aku menarik selimut yang tersingkap hingga menutupi kepala. Berharap kegelapan akan menenggelamkan kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi. Semoga saja....

oo0oo

Tbc

Ig: linskyer

WildanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang