Author POV
"Bukan bego! Gue abis liat, tau ah lo harus liat sendiri pokoknya." ucap Vian sambil menarik pergelangan tangan Daniel.
Vian membawa Daniel ke dancefloor. Ekspresi cuek Daniel berubah ketika ia melihat seseorang yang tak asing di sana. Tak lama Daniel mengembalikan ekspresi cueknya dan meninggalkan Vian yang masih melongo di sana.
"Ada apaan niel?" tanya Gerry yang disebelahnya sudah ada perempuan yang mereka panggil Bianca. Bianca anak kelas sebelah yang sering datang ke club' ini. Belum saja Daniel menjawab pertanyaan Gerry, ia sudah dihujani pertanyaan oleh Vian.
"Lo nggak kaget? Lo biasa aja gitu? Helloow lo masih idup kan?" tanya si Vian yang kini duduk di sebelah Daniel yang sedang meneguk minumannya.
"Ngacok lo! Ya jelaslah gue masih idup!" ucap Daniel sambil menghidupkan rokok.
"Trus lo gak kaget atau apa gitu?" tanya Vian.
Daniel hanya diam dan membuang ASP rokok ke muka Vian.
"Emang ada apa sih yan?" tanya si Gerry.
"Uhuk! Kurang ajar lo Niel. Lo denger musik nggak?" tanya si Vian.
'Pertanyaan terbodoh yang pernah gue denger. Gimana mau nggak denger coba, orang ini di dalem club ya pasti denger musiklah bego!' batin Daniel.
"Lo pengen mati sekarang?" tanya si Gerry dengan tatapan datar.
"Eh? Canda man, menurut lo musiknya enak gak?" tanya si Vian.
"Enak, enak banget malah. Biasanya nggak gini kan? Siapa sih yang nge-dj enak banget nge-remix nya?" tanya Gerry yang mencoba melihat namun sepertinya tidak terlihat.
"Lo bakalan kaget sama dj yang baru ini. Lo harus liat sendiri," ucap Vian.
"Oh my god! Lo udah liat Niel?" tanya Gerry yang baru saja kembali. Daniel hanya menganggukkan kepala dan langsung mengambil handphone dari kantong.
"Lo nggak kaget atau semacamnya gitu?"
"Why gue musti kaget? Cewek kayak dia mah gak usah heran," ucap gue.
'Ya, cewek itu adalah si budeg. Gue lupa namanya. Dia lumayan juga nge-remix lagunya. Gue nggak heran, secara dia tuh pindahan dari luar negeri. Udah pasti disana pergaulannya bebas dan nggak kaget kalo dia bisa sebagus itu buat nge-remix lagunya,' batin Daniel sambil melihat Rafel sedang berjalan menuju toilet dengan lelaki di sebelahnya.
"Iya juga sih, dia cantik juga ternyata. Lo nggak pengen nge-gebet niel?" tanya Vian.
"Dia udah ada pasangan noh," jawab Daniel sambil membuang puntung rokoknya yang sudah habis.
"Mayan lhoo… Tapi kan lo udah ada Nadia niel, ya nggak yan?" tanya Gerry sambil menarik turunkan alisnya.
Daniel tak bergeming, ia pergi meninggalkan teman-temannya di sana.
Daniel sampai rumah tepat pukul 12 malam. Dengan sekuat tenaga ia mendorong motor sport miliknya dengan bantuan satpam rumahnya agar tidak terciduk jika ia pulang malam. Tak sampai di situ, Daniel juga membuka pintu dengan sangat pelan.
Daniel sampai di kamarnya dengan selamat tanpa amukan kedua orang tuanya. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur ber-cover abu-abu. Ia memandang langit-langit kosong sambil membayangkan wajah Nadia yang tersenyum. Entah sejak kapan ia menaruh hati pada wanita itu.
"Nad, Nad. Gue bingung kenapa ada cewek baik bat. Si budeg gak mau maafin tapi dia malah jadi temennya. Jadi inget si budeg nih, gue taruh mana ya handphone-nya tuh anak. Gimana nih kalo ngilang? Seinget gue, gue nggak bawa ke club tuh hp. Mati gue kalo sampe ngilang," ucap Daniel bermonolog yang langsung mencari di setiap sudut kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku dan Sahabatmu
Teen FictionCerita cinta masa SMA yang tak terlupakan. Mereka terjebak di dalam permainan mereka sendiri. "Gue suka ama lo," ucap seorang perempuan yang kini berdiri dihadapan lelaki yang berbadan tinggi. 'Deg' 'What the...? Apa gue mimpi? Oksigen mana oksigen...