Keesokan harinya Daniel berjalan di koridor sekolah sambil mendengarkan lagu yang keluar dari iPod miliknya. Dia masuk kelas tepat satu menit sebelum Bu Sri Bahenol masuk ke dalam kelasnya untuk mengisi pelajaran pertama.
Daniel tak melihat keberadaan Rafel sejak ia mendaratkan pantatnya hingga sekarang. Awalnya ia tak ambil pusing karena tidak mustahil jika murid bermodel Rafel melakukan bolos sekolah.
.
.
.Di sisi lain Rafel dan Alex duduk di teras rumah Rafel sambil menunggu datangnya taksi yang mereka pesan.
"Lo serius Fel?" tanya Alex sambil membuat simpul pada tali sepatu miliknya.
"Kenapa?"
"Beneran gak bawa mobil aja? Secara, kita berdua sama-sama buta jalan di Jakarta. Kalo nyasar gimana?"
"Percaya aja sama gue. Yang penting handphone kita udah full-battery. Gue yakin banget dompet gue gak dicopet, tapi ketinggalan,"
"Whatever deh. Eh itu taksinya udah dateng. Cmon!" ucap Alex.
Mereka berencana mencari dompet Rafel di beberapa tempat yang Rafel kunjungi kemarin. Taksi yang mereka tumpangi berhenti di daerah sekitar halte busway. Mereka langsung masuk dan bertanya pada customer service.
"Selamat pagi mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas.
Rafel menjelaskan keluhannya dan memberi tahu ciri-ciri fisik dompet yang hilang miliknya.
"Oh begitu, tetapi kemarin tidak ada petugas yang setor barang temuan mbak. Mungkin saya bisa minta kontaknya saja, biar nanti kalo dompet mbak ditemukan bisa saya hubungi. Bagaimana?"
"Oh gitu ya, ya udah ini kartu nama saya."
"Baik mbak, saya akan segera menghubungi jika sudah ditemukan,"
"Makasih ya mbak,"
Rafel sedikit lesu karena perkiraannya jika dompetnya tertinggal di busway salah.
"I'm sorry to hear that. Terus gimana nih Fel? Mau langsung ke mall aja?" tanya Alex.
"Ya udah deh. Naik busway aja gimana? Kali aja dompet gue ketemu gitu?"
"Boleh. Lagian gue juga pengen nyoba naik busway. Legoo!" ucap Alex dengan semangat yang langsung berjalan sambil merangkul pundak Rafel.
Mereka berdua masuk ke Transjakarta sesuai denan jurusan yang disarankan petugas menuju ke tempat perbelanjaan yang Rafel kunjungi kemarin.
"Lumayan juga, gue kira busway kotor pengap gitu."
"Yee ini mah udah agak siangan. Coba tadi kita naiknya pagi-pagi pasti pengap. Soalnya barengan sama orang kerja dan sekolah Lex,"
"Tapi lumayan loh Fel. Gak kayak di film yang gue tonton sama Lo dulu,"
"Film apaan?"
"Tauk lupa. Kita lama banget ga nonton. Kapan-kapan nonton yuk feeel. Sama Daniel juga gimana? Ya? Ya?" ucap Alex.
"Yapp. Tapi dompet gue temuin dulu,"
"Ashiyaapp," ucap Alex sambil menirukan nada dari youtuber Atta Halilintar.
"Ih geli, gak cocok. Huahaha," ucap Rafel sambil bergidik dan diikuti tawanya.
.
.
.Seperti sinetron, jam pelajaran terasa cepat dan sekarang saatnya istirahat. Lucu bukan?
"Niel, Rafel mana?" tanya Nadia.
"Mana gue tahu Nad. Eh iya, kemaren lo gapapa kan?"
"Gak papa kok. Rafel baik banget mau nungguin aku sejam. Dia baliknya selamet kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku dan Sahabatmu
Teen FictionCerita cinta masa SMA yang tak terlupakan. Mereka terjebak di dalam permainan mereka sendiri. "Gue suka ama lo," ucap seorang perempuan yang kini berdiri dihadapan lelaki yang berbadan tinggi. 'Deg' 'What the...? Apa gue mimpi? Oksigen mana oksigen...