21

56 2 1
                                        

Ting!

Pintu apartemen Daniel terbuka. Rafel masuk dan mendengar suara tv yang sedang menyala cukup keras. Mungkin saking kerasnya hingga tidak mendengar bel. Ia masuk dengan hati-hati dan saat itu pula ada seseorang yang berlari memeluknya.

"Kak cantiiik!" teriak bocah berumur 5 tahun sambil memeluk kaki Rafel.

Rafel yang kaget langsung menurunkan kardus dan membalas pelukan bocah yang tak lain adalah Aca sambil tersenyum hangat.

"Ada siapa Ca? Eh Rafel toh. Yuk sini masuk," ucap Mama Aca yang tak mengetahui jika ada Rafel sebab terdapat lorong kecil setelah pintu apartemen Daniel.

Rafel masuk sambil menggendong Aca.

"Eh manja banget pake digendong segala. Ayo Aca turun, kasian tuh Kak Rafelnya capek gendong kamu yang makin gendut aja,"

"Aca maunya sama Kakak Cantik,"

"Gapapa kok Tan. Lagian Rafel juga kangen banget, udah lama gak ketemu sama Aca. Eh iya, Daniel gimana Tan?" tanya Rafel yang masih menggendong Aca.

"Gue masih hidup. Untung aja ada mama bawain obat penawar alergi. Kalo enggak, udah di peti kali gue. Aw!" ucap Daniel yang tiba-tiba ada di sana dan langsung dipukul spatula oleh ibunya.

Pecahlah tawa Aca mengisi seluruh ruangan.

"Daniel kalau ngomong gak pernah bener. Tau nggak? Kalo gak ditelpon sama Rafel, mungkin mama juga gak bakalan tau. Makasih gih,"

"Ogah ma. Orang dia juga yang beliin obat sembarangan," jawab Daniel yang masih memegangi kepalanya.

Rafel menatap datar Daniel.

"Siapa juga yang pingsan sembarangan. Udah tau badan berat kek kuda Niel, malah pingsan tengah jalan," ucap Rafel yang sudah tidak lagi menggendong Aca.

"Gue gak gendut kali. Enak aja," ucap Daniel sambil memegangi perutnya.

"Hahaha tuh kan perut kamu tuh udah kaya bakpao raksasa tau. Untung Rafel kuat gendong kamu," ucap Mama Daniel sambil sedikit terbahak.

"Tau gak tan? Kemarin, sebelum Daniel sakit, dia makan 3 porsi nasi Padang. Bayangin deh Tan, gimana gak sakit coba? Makan udah kaya orang gak makan setahun. Ckck," ucap Rafel menggebu dan dramatis.

"3 porsi? Astaga Daniel, itu perut apa tandon. Banyak banget muatannya,"

"Kan Daniel laper ma. Gak sarapan," ucap Daniel membela diri dengan memasang muka memelas.

"Alasan," satu kata yang terlontar dari mulut Rafel yang membuat Daniel makin geram.

"Lo sumpah kompor deh Fel. Sini lo! Awas lo ya!" ucap Daniel dan aksi kejar-kejaran pun berlangsung.

Mereka yang capek berlari-lari akhirnya nimbrung duduk di sofa bersama Aca yang sedang asyik menonton film favoritnya. Entah sudah berapa kali ia melihat film ini.

Amara yang baru saja keluar dari kamar mandi pun ikut duduk di sana, tepat di sebelah Rafel.

🌇🌇🌇

"Anak-anak ayo makan dulu. Makanan sudah siaaap," teriak Mama Daniel.

Dengan cepat Rafel, Daniel, dan Aca mengikuti panggilan alam.

"Wah wangi banget Tan,"

"Ngapain lo? Ini semua punya gue!" ucap Daniel sambil menutupi beberapa makanan yang tersaji dengan telapak tangannya.

"Apaan sih, gue juga mau kali Niel. Lagian daritadi Lo gak bantuin apa-apa. Minggir lo," jawab Rafel seraya memukul punggung tangan Daniel menggunakan sendok besi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Aku dan SahabatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang