"Aaa!!!" teriak seseorang setelah 5 menit Daniel tertidur hingga terbangun dengan panik. Daniel mencari sumber suara dan itu dari kamar Rafel. Daniel langsung masuk dan mendekat ke arah Rafel yang berada di atas ranjang.
Daniel terkejut karena Rafel langsung memeluknya sambil menangis tanpa membuka kelopak matanya. "Bi Rafel takut. Please stay with me," ucap Rafel sesenggukan dalam pelukan Daniel. 'Maksud lo bi apaan? Lo kira gue Bi Asih?!?!' ucap Daniel dalam hati lalu mengelus kepala Rafel lembut.
"Bi Rafel ngantuk. Temenin Rafel tidur," ucap Rafel sambil tetap terpejam. "What? Lo harus sadar sekarang fel!" batin Daniel lagi. Karena tidak mendapat jawaban apa-apa, Rafel langsung menarik pergelangan tangan Daniel dan taraaa! Daniel sudah terbaring di atas kasur dan Rafel memeluknya erat. Daniel sangat terkejut hingga sulit bernafas beberapa detik. Entah seperti apa dekatnya jarak mereka, Daniel bisa merasakan detak jantung Rafel yang sangat cepat. Merasakan hal itu Daniel pun berkata, "Lo harus bangun fel," ucapnya pelan. "Gamau bi. Rafel takut," ucap Rafel kembali sesenggukan. Karena faktor keadaan dan faktor kasihan, Daniel mengelus kepala Rafel untuk menenangkannya. Aroma vanili menyeruak ke dalam hidung Daniel hingga Daniel merasakan ketenangan dalam dirinya. Rafel mulai merasakan ketenangan setelah Daniel mengelus ujung kepalanya dan dalam beberapa menit mereka pun tertidur.
Keesokan paginya, "Bibi ganti parfum ya? Enak banget baunya," ucap Rafel di depan dada Daniel namun tetap terpejam dan pada posisi yang sama saat ia tertidur kemarin malam. Daniel yang masih pulas langsung membuka matanya dan melihat Rafel berbicara sambil terpejam. "Bi cium," ucap Rafel yang wajahnya menghadap ke arah Daniel namun sekali lagi matanya masih terpejam. "Fel, lo harus bangun sekarang," ucap Daniel pelan. "Suara itu..." batin Rafel. Rafel sangat mengenal suara berat dan sedikit serak tersebut. Sontak Rafel membelalakkan kedua matanya dan, "Wuaaa!!!".
Rafel langsung melepas pelukannya dan menjauh dari Daniel. "Lo ngapain disini?" tanya Rafel panik sambil menutupi tubuhnya dengan selimut tebalnya. "Huh, akhirnya gue bisa bernafas," ucap Daniel lega dan membuat posisi tidurnya lebih nyaman. "Gue tanya, lo ngapain disini?!" tanya Rafel yang mulai geram. "Tanya aja sama diri lo sendiri," ucap Daniel dan dilanjutkan smirk kesukaannya. Hal itu membuat Rafel semakin panik. "Ada beberapa kejadian yang seru sih," ucap Daniel sambil mengingat-ingat. Rafel dengan refleknya melotot dan memukuli lengan Daniel. Pukulan macam itu tidak akan terasa apa-apa bagi Daniel. Rafel mulai terisak dibalik selimutnya. Mendengar hal itu, Daniel mulai kasihan. "Sssttt... Kok lo nangis sih?" tanya Daniel yang sudah menghadap ke arah punggung Rafel. "Ini semua gara-gara lo! Lo ngapain gue?!?" ucap Rafel terisak. "Aduh Rafelku sayang, gue gak ngapa-ngapain lo kok. Kalo gue ngapa-ngapain lo, lo pasti ngerasa ada yang berubah dari diri lo," ucap Daniel menenangkan sambil memegang bahu Rafel. "Ya terus maksud lo kejadian apaan?" tanya Rafel yang mulai tenang namun belum lega. "Oke, gue critain dari awal ya," ucap Daniel di belakang Rafel. "Jadi kemarin setelah gue pulang dari rumah lo, gue kekuncian di luar rumah gegara udah kemaleman. Terus gue pengen nginep di rumah lo. Rumah lo banyak kan kamarnya? Akhirnya gue balik ke rumah lo dan gue liat lo udah ketiduran di ruang tamu. Yaudah gue pindahin lo ke kamar dan gue berniat buat tidur di sofa depan kamar lo," ucap Daniel panjang lebar namun dengan suara yang lembut dan tepat di belakang telinga Rafel yang sudah pastinya membuat Rafel merinding. "Ya terus kok lo bisa tidur di sini?" tanya Rafel sambil menolehkan kepalanya. Mata Rafel pun melotot sekali lagi karena dengan tidak sengaja mencium pipinya saat wajahnya berusaha menoleh ke arah Daniel.
Beberapa detik yang cukup mengagetkan bagi mereka. Rafel pun langsung merubah posisinya ke posisi duduk sambil sedikit canggung. "Shit! Ini AC rusak lagi? Panas banget muka gue," batin Rafel dalam hati. "Muka lo merah," ucap Daniel dengan santainya membuat Rafel menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. "Lo bisa gak sih gak ngambil kesempatan dalam kesempitan? Hah?!" tanya Rafel pada Daniel. "Siapa yang ambil kesempatan coba? Tapi elo nya seneng kan dicium malaikat kayak gue di pagi buta?" ucap Daniel menggoda Rafel. "Najis!!!" teriak Rafel yang langsung beranjak dari kasur menuju ke kamar mandinya. "Jangan bokis! Bilang aja seneng kan!" teriak Daniel senang. Rafel menutup pintu kamar mandinya dengan keras membuat Daniel terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku dan Sahabatmu
Teen FictionCerita cinta masa SMA yang tak terlupakan. Mereka terjebak di dalam permainan mereka sendiri. "Gue suka ama lo," ucap seorang perempuan yang kini berdiri dihadapan lelaki yang berbadan tinggi. 'Deg' 'What the...? Apa gue mimpi? Oksigen mana oksigen...