Author POV
Sinar mentari memasuki celah - celah jendela kamar Rafel yang tertutup korden berwarna biru tosca. Hal ini membuat tubuh Rafel menggeliat didalam selimut yang cukup tebal. Matanya mengerjap - ngerjap menandakan dia akan segera bangun. Saat matanya sudah terbuka dia langsung menatap langit langit kamarnya yang polos nan tinggi. Rafel langsung bangkit dari posisinya untuk ke kamar mandi, melakukan rutinitas di sunday morning-nya. Biasanya dia akan tetap tertidur di jam enam pagi seperti ini. Tetapi dia akan segera bangun dikarenakan ingin menghindar dari seseorang yang akan mengganggu weekend-nya.
Dalam waktu lima belas menit Rafel sudah keluar dari kamar mandi sambil menggosokkan handuk ke rambutnya yang basah. Setelah itu, dia mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer dan memoleskan make up tipis di wajah mulusnya yang tidak melunturkan kecantikannya. Malah menambah kesan natural.
Rafel menatap pantulan dirinya di cermin besar yang berada di dalam kamarnya. Ia menatap tubuhnya yang jenjang yang sudah terbalut baju casual sambil tangannya merapikan rambut coklatnya yang tergerai. Dia langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas dan langsung men-dial ID call bernama Alex.
Alex adalah sahabatnya di New York yang ikut pindah ke Indonesia karena mengikutinya. Menurut Alex New York tidak berpenghuni jika tidak ada Rafel disana. Alasan itulah yang dia pakai untuk pindah kesini. Sangat tidak masuk akal bukan?
"Lex, lo bisa temenin gue nggak?" tanya Rafel yang mengetahui panggilannya sudah terjawab.
"Fel? Are you Rafel?" tanya Alex dari seberang yelepon dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Yes, i'm. Bangun cepet! Lo harus temenin gue. Gue mau ngehindar dari cowok tengil," ucap Rafel sambil membenahi letak jam tangan berwarna pastel miliknya.
"Why you look so sad honey? Pagi pagi udah marah - marah aja," jawab Alex dari sebrang telepon dan Rafel yakin jika saat ini Alex masih memjamkan matanya.
"Kalo lo pengen tau, cepet bangun dan temenin gue hang out," ucap Rafel.
"Yaudah raf, gue mandi dulu yak. Di cafe biasa," jawab Alex.
"You know, i don't like to wait!" ucap Rafel yang langsung memutuskan panggilannya.
Rafel langsung keluar dari rumahnya dan langsung masuk ke dalam mobil sport kesayangannya. Tetapi baru saja ia menjalankan mesin mobilnya ada seseorang yang berdiri tepat di depan mobilnya.
"Woy bego! Minggir! Lo mau mati?" tanya Rafel yang kepalanya menyembul dari dalam mobil. Sosok itu masih berdiri dengan muka datar dan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Kalo lo pergi lo bakal nanggung resikonya," ucap sosok itu.
"Paan sih alay ! Minggir bego! Gue tabrak nih!" ucap Rafel yang langsung kembali ke posisinya dan mulai memajukan sedikit mobilnya yang membuat sosok itu berjalan kearah lain. Rafel langsung melajukan mobilnya keluar.
"Dasar kuda nil resiko paan coba?" ucap Rafel dalam mobil. Ya, sosok yang berdiri di depan mobilnya tadi adalah Daniel. Setelah kepergian Rafel, Daniel tanpa sadar menyunggingkan senyumannya.
"Nah lo, mobil gue kenapa diem?" ucap Rafel di dalam mobilnya yang tiba - tiba berhenti di tengah jalan.
"Shit! Kurang ajar bensin gue dikosongin! Damn it!" ucap Rafel sambil memukul kemudi dengan keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku dan Sahabatmu
Teen FictionCerita cinta masa SMA yang tak terlupakan. Mereka terjebak di dalam permainan mereka sendiri. "Gue suka ama lo," ucap seorang perempuan yang kini berdiri dihadapan lelaki yang berbadan tinggi. 'Deg' 'What the...? Apa gue mimpi? Oksigen mana oksigen...