8

182 8 0
                                        

"Wait, bukannya lo yang nyuruh gue buat cepetan? Pas gue udah ngebut lo-nya malah main peluk peluk dan teriak gak jelas. Gue saranin lo buat sering sering makan telor biar daya inget lo kuat." ucap Daniel yang langsung membawa sepedanya masuk ke dalam garasi. Sedangkan Rafel masih terpaku dengan apa yang baru saja Daniel katakan.

'Bener juga tuh curut, bego gue lagi kumat nih,' batin Rafel. Rafel langsung mengikuti Daniel masuk ke dalam rumah. Tetapi saat mereka belum sempat mencapai pintu sudah ada seorang anak yang muncul membuat mereka menghentikan langkahnya.

"Kakak cantik udah dateng, Aca kanen deh sama kakak." ucap Nasya yang sudah berada digendongan Rafel.

"Iya cantik, kakak juga kangen sama Aca." ucap Rafel sambil mencolek pipi Nasya yang tembem.

"Eh udah ada Rafel toh, tante boleh titip Aca nggak? Tante mau keluar ke rumah omanya Daniel. Tapi Aca nggak mau ikut soalnya katanya mau jalan jalan sama kamu." ucap Nita setelah sampai di dekat Rafel.

"Eh iya tan, santai aja. Kemarin Rafel udah janji sama Aca buat ngajak jalan - jalan. Ya nggak ca?" tanya Rafel kepada Nasya yang ada di gendongannya. Nasya hanya bisa mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Gausah sok akrab deh," ucap Daniel yang melihat kelakuan Rafel.

"Daniel. Jangan mulai deh ya. Mama mau berangkat nih, masa mau marahin kamu dulu?" ucap Nita yang membuat Rafel mengembangkan senyuman mengejeknya kearah Daniel.

'Rasain lu! Mankanya jangan main main sama Ratu Endorse.' batin Rafel.

"Eh biasa aja tan, biasanya juga gitu kalo di sekolah.'' ucap Rafel dengan nada seperti orang yang tertindas yang membuat Nita semakin memelototi anak sulungnya itu. Daniel yang ditatap malah menatap Rafel dengan tatapan datar yang mengalahkan datarnya kayu triplek.

"Yaudah tante berangkat dulu ya keburu siang. Aca gaboleh nakal ya sayang." ucap Nita dan diangguki oleh Aca yang kepalanya sudah disandarkan dibahu milik Rafel. Setelah mengatakan hal itu, Nita langsung masuk ke dalam mobilnya, tepatnya di jok penumpang.

"Hati - hati taan!!!" teriak Rafel yang hanya dibalas senyuman oleh Nita.

"Masuk." ucap Daniel sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya. Rafel mengikutinya dari belakang sambil tetap menggendong Nasya.

"Serah lo mau ngapain, gue mau mandi dulu." ucap Daniel sambil berjalan menaiki anak tangga yang menghubungkan lantai sati dan lantai dua.

Rafel hanya bisa diam dan duduk di sofa ruang tengah sambil memangku Nasya. Nasya sedari tadi tersenyum dipangkuan Rafel.

"Rambut kakak kok coklat sih? Punya Aca kok item?" tanya Nasya sambil memainkan rambut Rafel yang memang berwarna coklat, turunan dari ibu kandungnya.

"Udah dari lahir dek, kamu udah sekolah ya? Kok udah tau warna - warna?" tanya Rafel.

"Aca belum sekolah kak, biasanya bang Daniel yang ngajalin Aca. Kak, Aca lapel, mau makan." ucap Nasya sambil memasang wajah kelaparan. Rafel menoleh kanan kiri tak mendapati seseorang pun.

'Rumah segede gini nggak ada pembantunya apa ya? That so impossible.' batin Rafel yang benar benar tidak menemui seorang pun.

"Eemm... Kita tunggu kuda nil dulu ya.'' ucap Rafel yang tidak sengaja menyebut Daniel dengan julukan kuda nil di depan Nasya.

"Kuda nil? Kuda nil kan adanya di kebun binatang.'' ucap Nasya dengan nada polosnya yang memang tidak mengerti maksud Rafel. Rafel yang menyadari itu langsung terkekeh pelan.

Antara Aku dan SahabatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang