17

43 2 4
                                        

Aroma stroberi semerbak memenuhi sebuah ruangan apartemen yang tidak besar dan juga tidak kecil.

"Yan, Lo ada sabun lain ga si? Gini banget aromanya," ucap Gerry yang berdiri di ambang pintu kamar mandi apartemen Vian.

"Gak ada. Gak usah bacot, adanya itu. Gak mau ya udah," ucap Viam enteng sambil menautkan satu-persatu kancing atasan seragamnya.

"Eh Var, Lo bawa charger atau power bank ga? Handphone gue lowbat nih," ucap Vian terhadap Varo yang sedang mengumpulkan nyawa.

Varo pun hanya menggeleng dengan malas.

"Gerry bawa gak ya?" gumam Vian sambil menelisik tas sobatnya itu.

Hasilnya nihil, ia tak mendapatkan apa yang ia cari.

"Yan, coba tanya Daniel," ucap Varo yang sedang mengotak-atik aplikasi Zenly.

"Lo bangun dulu deh Var. Kayaknya Lo masih di alam mimpi. Kita tuh cuman bertiga di sini. Mana ada Daniel bengek!" ucap Vian sambil tetap berusaha mencari charger di nakas dekat tempat tidurnya.

"Gue udah bangun tong! Nih gue tadi iseng aja buka Zenly, pengen tau si cupu gue ada dimana. Eh malah mukanya si Daniel yang muncul. Dah lah gue mo mandi," ucap Varo sambil langsung berlari ke kamar mandi padahal di dalam masih ada Gerry.

Vian mengernyit karena Daniel sangat jarang tidur di apartemennya kecuali hal-hal mendesak saja. Tanpa ba-bi-bu lagi, Vian meninggalkan ruangan apartemennya dan menuju apartemen Daniel yang hanya selisih 4 lantai dengannya.

Viam menekan password apartemen Daniel yang sama dengan password apartemen miliknya. Mereka berdua memang membelinya di hari yang sama. Jadi mereka berinisiatif untuk memilih password yang sama agar mudah jika terjadi sesuatu, begitu kata Daniel.

'Ting!'

Suara otomatis yang menandakan pintu apartemen terbuka. Vian memasuki apartemen Daniel dengan santai dan mendapati Daniel masih tertidur di sofa depan layar televisi. Tanpa berniat membangunkan Daniel, Vian langsung mencomot charger yang sedang digunakan Daniel untuk mengisi daya iPad nya dan lansung memasukkannya ke lubang charger smartphone miliknya.

Sedetik kemudian Vian mendengar sesorang bernyanyi dari kamar mandi Daniel. Vian yang kemarin malam habis menonton film horor pun menjadi parno sendiri.

'Jangan- jangan apart nya Daniel ada hantunya gara-gara gak pernah di tinggalin,' batin Vian sambil mencoba mendekat ke arah kamar mandi untuk memastikan.

'Cklek'

Pintu kamar mandi akan terbuka, kedua mata Vian terbelalak seketika dan nafsanya tercekat.

Sedetik kemudian, "huwaaa!"

Vian berteriak sangat kencang membuat orang yang keluar dari kamar mandi, Rafel, pun ikut berteriak karena kaget. Dan terjadilah adu teriak yang membangunkan sang pemilik apartemen.

"Rafel! Apa sih teriak-teriak," ucap Daniel yang mengira hanya Rafel yang berteriak sambil menguap dan mengucek kedua matanya yang masih berat.

Rasa kantuk Daniel otomatis menghilang setelah matanya menatap seonggok daging yang sedang menutup mulutnya bernama Vian.

"Ka-kalian tidur bareng lagi?!?" ucap Vian sambil menatap Rafel dan Daniel bergantian.

"Enak aja kalo ngomong!" ucap Rafel sambil memukul lengan Vian.

"Gue nginep di sini. Gara-gara kema-..." lanjut Rafel yang dipotong oleh Daniel.

"Gara-gara kemaren keujanan," potong Daniel sambil mengambil handuk di tangan Rafel.

Antara Aku dan SahabatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang