Suara deru mobil terdengar dari kejauhan. Tak lama suara deru mobil itu pun menghilang dan digantikan dengan suara mesin mobil yang dimatikan.
Setelah beberapa lama, tampak sesosok pria berjalan keluar dari sebuah mobil mewah berwarna hitam dan ia pun berjalan menyusuri bibir pantai.
Ia menatap laut biru yang tenang di hadapannya. Cahaya mentari yang sudah sore tampak sudah berwarna keemasan, dan sebentar lagi hari akan menjadi malam.
Ia menatap lama pada laut di hadapannya sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya keatas langit. Ia lalu melepas kacamata hitam yang sejak tadi bertengger di hidungnya.
Sudah lama, katanya dalam hati. Ia pun tersenyum.
Apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja di sana? Aku di sini baik-baik saja. Walau awalnya hal ini sangat menyusahkan untukku, tapi seperti perkataanmu, aku mencoba untuk membiasakan diri dengan ini semua.
Lelaki itu memijit keningnya pelan. Ia memejamkan matanya sebentar sebelum membukanya lagi.
Apa kau tahu? Dunia ini tetap berjalan seperti biasa, walau kau sudah tak ada di sini. Hari-hari juga selalu silih berganti.
Ia terdiam sejenak, sebelum mengerjap-ngerjapkan mata. Tidak. Ia tidak akan menangis. Walau air mata sudah di pelupuk matanya, tapi ia tidak akan meneteskan air mata setetes pun. Karena itulah janji yang ia buat dengan orang itu. Laki-laki tidak akan menangis. Jadi ia akan menepatinya.
Aku merindukanmu. Setiap hari aku merindukanmu. Aku berharap andai aku bisa memutar waktu. Masih banyak hal yang ingin kulakukan denganmu.
Apa kau tahu? Tadi aku bertemu lagi dengannya, orang yang sangat mirip denganmu. Apa lagi sinar matanya, setiap kali aku memandang matanya, entah mengapa aku selalu memikirkanmu.
Lelaki itu tersenyum.
Apa aku sudah gila? Aku tidak tahu. Mungkin. Mungkin aku gila karena terlalu merindukanmu.
Lelaki itu pun memakai kacamata hitamnya lagi. Ia lalu menatap buket bunga yang sejak tadi di pegangnya itu, dan tanpa pikir panjang, ia melemparkan buket itu ke laut.
Aku membawakan bunga kesukaanmu. Apa kau ingat? Aku minta maaf.
Ia lalu menelan ludahnya dengan susah payah.
Maaf karena tidak bisa menjagamu dengan baik. Maaf karena aku terlambat mengetahuinya. Maaf dan maaf.
Lelaki itu lalu membalikan tubuhnya dan berjalan menuju mobilnya.
Selamat tinggal, dan terima kasih. Kau adalah cinta pertamaku. Cinta yang tak akan pernah kulupakan. Aku minta maaf. Maafkan aku. Aku mencintaimu. Selamanya.
Tak lama kemudian, terdengar deru mesin mobil yang dihidupkan, dan tak lama kemudian, mobil hitam itu pun melaju meninggalkan pantai itu.
Hanya satu hal yang tidak ia ketahui, bahwa di sebuah batu besar, di pinggir pantai, tertera sebuah pesan yang diukir dengan susah payah oleh sang penulisnya.
Maaf. Maaf karena telah meninggalkanmu sendirian. Aku mencintaimu. Aku akan selalu mencintaimu. Selamanya. Sekali lagi maafkan aku, tolong, mulai sekarang, berbahagialah. Selamat tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until My Last Day (END)
RomanceKebetulan. Apa ini yang dinamakan kebetulan? Berawal dari pertemuan mereka di Bandara, awalnya Jung Woo dan Ha Na sama-sama tidak mengira bahwa mereka berdua akan saling jatuh cinta? Tapi ada banyak masalah yang menghadang, mulai dari sahabat Jung W...