Bab 2

1.5K 1K 379
                                    

Apa yang sedang ia lakukan? Apa ia gila? Siapa dia sampai-sampai berani melakukan ini kepadaku? Itulah pikiran pertama Ha Na ketika menatap bola mata cokelat Jung Woo.

"Jadi dia adalah, composer baru saya. Kenalkan dia adalah Song Ha Na. Anda sekalian pasti sudah mengenalnya bukan? Dia adalah seorang composer dari Amerika yang sangat terkenal. Jadi dia pasti akan membuat lagu yang bagus untuk saya."

Tak lama kemudian, Jung Woo segera menarik lengan Ha Na dan membawanya masuk ke mobilnya. Dan mobil itu pun melaju meninggalkan kerumunan wartawan yang masih dilanda rasa penarasan.

"Siapa kau? Bagaimana kau bisa mengetahui namaku?" Ha Na menatap Jung Woo dengan penuh prasangka.

Jung Woo menoleh dan menatap Ha Na sambil tersenyum kecil, "Ayolah, semua orang mengenalku. Aku Lee Jung Woo, penyanyi yang paling terkenal se-Korea Selatan!" Jung Woo tersenyum bangga.

"Oh" Ha Na hanya mengangguk singkat.

Jung Woo mengangkat alisnya, "Oh?" ia menggeleng tidak percaya, "Kau tidak mengenalku? Apa kau hidup di hutan selama ini? Atau di pulau terpencil?"

Seketika mata Ha Na terbelalak "Ya! Jangan coba-coba menghinaku!"

"Aku tidak menghinamu, kau saja yang merasa." Jung Woo mencibir kesal.

Tenanglah Ha Na, tenanglah. Kau sudah terbiasa menghadapi orang seperti ini, hadapilah dia dengan kepala dingin. Sabar.

"Maaf," tiba-tiba Nona Kim menyela, "Saya adalah manager Jung Woo, kami memang datang kemari sengaja untuk menjemputmu Nona Song. Ada hal yang perlu kita bicarakan."

"Kalau yang kau inginkan agar aku membuat lagu untuk dia," Ha Na menunjuk Jung Woo yang dengan segera menoleh dan melotot padanya, "Maaf saja aku tidak mau. Lagipula kedatanganku kembali ke Korea setelah duabelas tahun lamanya bukan untuk bekerja."

"Ya! Apa yang kau pikirkan? Kau menolakku? Tadi aku sudah mengatakan pada para wartawan bahwa kau akan menjadi composerku, mau ditaruh di mana nanti wajahku?" Jung woo melotot kesal kearah Ha Na.

Ha Na mengerutkan keningnya, "Salah sendiri kau cepat-cepat mengumumkannya tanpa sepengetahuanku."

Jung Woo mendesah pelan sambil memijit pelipisnya. "Apa maumu?" katanya pelan.

"Apa?"

"Apa maumu?" Jung Woo sedikit meninggikan suaranya, "Apa yang kauiginkan agar kau mau bekerjasama denganku? Apa kau mau aku membayarmu dua ah tidak, apa kau mau aku membayar lima kali lipat dari harga lagumnu yang biasanya?"

Seketika darah Ha Na mendidih, wajahnya pun memerah karena menahan amarah yang sejak tadi ditahannya, "Jangan kau kira kau bisa membeliku dengan uang." Ia lalu menoleh kearah supir didepannya, "Pak tolong turunkan aku disini sekarang."

"Apa?" sang supir terkejut. "Tapi ini jalan tol, kau, kau harus berjalan sangat jauh jika kau turun di sini."

"Turunkan dia," kata Jung Woo dengan nada dingin.

Akhirnya mobil itu pun menepi, dan Ha Na pun turun dari sana sambil membawa barang-barangnya.

"Apa kau gila? Seharusnya kau mencoba untuk membujuknya." Nona Kim menoleh kebelakang sambil menatap Jung Woo tajam.

"Tidak akan ada gunanya, dia tidak akan mau jika aku terus memaksanya. Aku yakin nanti dia pasti akan mau melakukannya, noona lihat saja nanti," Jung Woo lalu memandang keluar jendela.

Nona Kim hanya bisa menggelengkan kepalanya.

•••

Sementara itu, Ha Na terus berjalan dibawah terik sinar matahari. Rambut cokelat kemerahannya diterpa angin, sesekali ia mengerutu pelan. "Aishh, dasar." Ia lalu mengambil ponsel dari tasnya dan mulai memencet sebuah nomor, tak lama terdengar nada sambung singkat.

"Yeoboseyo?" Ha Na mendengar ada seseorang yang menjawab, ia lalu berdeham pelan sebelum menjawab, "Jemput aku." Katanya pelan.

"Kau dimana?" tanya suara itu. Ha Na lalu menyebutkan lokasinya saat itu dan setelah menunggu kurang lebih setengah jam dipinggir jalan, akhirnya sebuah mobil menghampirinya, dan ia pun masuk kedalamnya.

"Kau lama," katanya pelan.

Lelaki disebelahnya pun menoleh dan menatapnya, "maaf."

"Sesuai dugaanmu, dia datang menjemputku."

Lelaki itu tersenyum, "lalu?"

"Apanya yang lalu?" Ha Na menoleh dan menatap lelaki tampan disebelahnya. "Ia sangat kurang ajar dan menyebalkan, sejak awal aku melihatnya aku tahu bahwa kami berdua sangat tidak cocok."

Lelaki itu tertawa, "Ha Na, kau perlu bersabar dalam menghadapi Jung Woo. Dia memang seperti itu, jadi apa kau menerima tawarannya?"

"Tentu saja tidak."

"Ayolah, jika kau menerimanya itu sama saja kau membantuku."

"Oppa, ini berbeda. Mian aku tidak bisa, bukankah sudah kukatan padamu alasanku datang kemari?"

Lelaki itu mendesah pelan, "aku tahu. Mian. Aku hanya mementingkan diriku sendiri, aku menyesal." Lelaki itu menepuk puncak kepala Ha Na.

Seketika rona merah muncul di pipinya, ia segera memalingkan wajahnya dan menatap jalanan yang silih berganti. "Aku akan berada disini selama beberapa bulan."

Lelaki itu mengangguk, "Aku tahu. Aku akan membantumu jika kau ada kesulitan, katakan saja padaku."

"Gomawo oppa," Ha Na tersenyum.

Sudah dua belas tahun lamanya. Benar, sudah lama. Aku merindukan suasana ini, walau aku tidak mengingatnya, tapi aku bisa merasakannya bahwa aku mengenal kota ini. Ha Na tersenyum memandang sekelilingnya.

Tak lama kemudian mereka pun tiba di depoan sebuah gedung apartemen. Ha Na lalu turun bersama lelaki itu.

"Aku sudah memilihkan tempat tinggal yang cocok untukmu, tempat tinggal ini dekat dengan kantorku, jadi kalau ada apa-apa cari saja aku," lelaki itu lalu tersenyum sambil melambaikan tangan, "sudah ya, aku pergi dulu. Aku ada pekerjaan."

Ha Na pun melambaikan tangannya, "annyeong!"
Ia lalu berjalan memasuki apartemennya.
Ternyata apartemen itu sudah penuh dengan perabot-perabot mewah sehingga Ha Na tidak perlu membeli apa pun lagi, ia pun tersenyum.

Sudah kuduga, dia memang lelaki yang baik. Aku tidak menysal karena sudah mempercayainya.

Ia lalu duduk di sofa di ruang tamu apartemen mewahnya, dan mulai mengeluarkan agendanya, ia sudah menjadwalkan rencananya selama ia berada disana? Ia akan mencari sesuatu sambil berwisata, dia ingin melihat banyak hal.

Kemana sebaiknya aku pergi lebih dulu? Ha Na mengetuk-ngetukkan ujung jarinya diatas meja. Ahh! Aku tahu! Aku akan pergi ke Namsan Tower!
Ha Na lalu tersenyum sambil membayangkan hari esok.

Hanya satu hal yang tidak ia sadari, bahwa besok adalah hari yang akan menentukan nasibnya.

Gomawo : terima kasih.
Yeoboseyo : halo(ditelepon).
Annyeong : sampai jumpa.
Oppa : panggilan dari wanita lebih muda kepada lelaki yang lebih tua.

Until My Last Day (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang