Bab 13

387 256 63
                                    

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang putri yang bernama Chiknyo. Ia sangat pandai menyulam, sang raja sangat bangga pada kemampuan putrinya itu.

Suatu hari, ia berniat menikahkan putrinya dengan seorang pangeran yang bernama Kyunwoo. Ia berasal dari negeri seberang, ia senang sekali menggembalakan ternak-ternak kerajaan.

Akhirnya setelah membuat kesepakatan dengan raja dari negeri seberang itu, Chiknyo dan Kyunwoo pun menikah. Mereka berdua saling mencintai, tapi, lama-kelamaan, mereka berdua menjadi malas. Chiknyo tidak lagi menenun, dan Kyunwoo tidak lagi menggembalakan ternak.

Sang raja yang melihat hal itu pun menjadi murka. Awalnya sang raja mengampuni mereka, tapi kelakuan mereka tetap sama. Akhirnya ia menghukum mereka berdua, ia mengirim Kyunwoo kebagian kerajaan yang terpencil di Timur dan menyuruhnya merawat ternak. Sedangkan Chiknyo dikirim ke barat untuk menenun.

Keduanya pun bersedih, melihat hal itu, sang raja menjadi tak tega, akhirnya ia membuat keputusan bahwa mereka berdua boleh bertemu kembali setahun sekali pada saat hari ketujuh di bulan ketujuh di sepanjang Sungai Keperakan.

Mereka pun senang sekali. Setahun pun berlalu mereka berdua menuju ke Sungai Keperakan, sayangnya, sungai itu besar sekali, jadi mereka hanya bisa berpandang-pandangan dari kejauhan, dan sedihlah mereka.

Mereka pun mulai menangis dan air mata mereka pun mulai menggenangi daratan. Hewan-hewan yang melihat hal itu pun menjadi ketakutan, mereka takut tenggelam.

Tiba-tiba burung-burung yang ada di sana pun mempunyai ide, mereka akan membuat jembatan dari tubuh mereka agar Chiknyo dan Kyunwoo dapat menyebrang dan bertemu lagi.

Dengan bantuan Burung Murai dan Burung Gagak mereka pun dapat bertemu kembali. Kedua jenis burung itu membentuk jembatan dari formasi mereka, yang dapat menghubungkan kedua orang itu sehingga mereka bisa bertemu kembali.

•••

Ha Na menatap cerita itu dengan perasaan sedih, ini aneh. Setelah membacanya berulang kali, ia merasa bahwa seseorang pernah menceritakan cerita itu padanya. Mendadak kepalanya terasa sakit.

Ia mengerang pelan dan memegangi kepalanya, ia memejamkan matanya sejenak. Sekelebat ingatan pun muncul di benaknya.

"Altair dan Vega. Apa kau tahu kisah dibalik kedua bintang itu?" seorang lelaki menujuk ke gugusan bintang yang terhampar di langit yang luas.

Aku mengangkat alis, "Memang setiap bintang memiliki cerita tersendiri?"

Ia mengangguk sambil tersenyum. "Kau tak tahu? Akan kuceritakan. Pada zaman dahulu kala.."

Ha Na mengerang sekali lagi, ia tidak dapat mengingat dengan jelas wajah anak lelaki yang berusia belasan tahun itu. Ia memandang sekelilingnya, dunia terasa berputar.

Ia harus secepatnya meninggalkan tempat itu, ia lalu meletakkan buku itu kembali dan segera berjalan keluar dari perpustakaan itu.

Benaknya sibuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia bingung dari mana ingatan-ingatan itu berasal. Ia tidak dapat mengingatnya. Satu-satunya penghubung dirinya dengan lelaki itu hanyalah kalung yang selalu dikenakannya itu.

Ia memandang sekeliling, setelah beberapa saat ia sudah merasa lebih baik dan ia lalu melangkahkan kakinya untuk menyebrangi jalan. Ia melihat kearah lampu lalu lintas, menunggu saat kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang itu harus berhenti.

Jalanan sudah cukup sepi malam itu. Ha Na menatap jam tangannya, dan ternyata ia sudah cukup lama berada di dalam perpustakaan itu tanpa sadar hari sudah berubah menjadi gelap.

Ketika ia melihat lampu lalu lintas, terlihat warna yang berpendar sudah berubah, ia segera melintasi jalan itu, ia melongokkan kepalanya ke kiri dan kanan, setelah merasa aman, ia pun melangkah.

Tiba-tiba sebuah mobil tak dikenal melesat maju dengan cepatnya mendekatinya, Ha Na terkejut ketika mobil itu sudah berada di dekatnya, dan selama sedetik, ia lupa cara bernapas.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat itu. Pikirannya mendadak kosong, nyalinya mengecil. Ia memejamkan matanya, siap menerima rasa sakit yang akan dirasakannya sebentar lagi.

•••

Jung Woo memarkirkan mobilnya di sembarang tempat. Ia melihat ponselnya, ia mengecek lokasi Ha Na berada saat itu.

Setelah itu, ia pun segera berlarian mencari gadis itu sambil menyerukan namanya. Jalanan sudah cukup sepi malam itu, kekhawatiran Jung Woo pun semakin besar. Firasat tidak enak pun mulai menjalari sekujur tubuhnya. Ia bergidik ngeri bila membayangkan sesuatu yang buruk menimpa Ha Na.

Ia meremas rambutnya pelan, sebelum menghembuskan napas dan kembali berlari mencari gadis itu.

Song Ha Na. Dimana kau?

Matanya sibuk memandang sekeliling, sebelum melihat sosok Ha Na yang berada di pinggir jalan di dekatnya.

Jung Woo menghembuskan napas lega, ia pun berlari mendekati gadis itu. Ketika itu, ia melihat sebuah mobil hitam melintasi jalanan dengan kecepatan tinggi mendekati gadis itu.

Jung Woo lalu mempercepat larinya sambil meneriakkan nama gadis itu, tapi seolah tidak bisa mendengar, gadis itu hanya mematung saja ketika mobil itu hampir menabrakanya.

Tanpa sadar, Jung Woo segera melangkahkan kakinya mendekati Ha Na dan mendorong gadis itu sekuat mungkin agar tidak terhantam mobil hitam itu.

•••

Ha Na mendegar bunyi yang cukup keras. Tubuhnya sakit sekali, ia mengernyitkan keningnya. Tapi ia merasa aneh, sakit yang dirasakannya tidak terlalu kentara, ia hanya merasakan perih dilututnya dan disiku tangannya, sakit yang dideritanya bukanlah seperti sakit yang terasa apabila ditabrak oleh sebuah mobil yang melaju dengan begitu cepatnya.

Perlahan-lahan ia membuka matanya dan mengerjap-ngerjapkannya pelan. Ketika matanya sudah terbiasa dengan cahaya di sekelilingnya, ia pun terkejut melihat pemandangan yang berada dihadapannya.

Sekujur tubuhnya gemetaran, giginya bergemelatuk pelan. Tubuhnya seolah membeku di tempatnya walau pun ia berusaha keras menggerakan anggota tubuhnya.

Mobil hitam yang hendak menabraknya tadi sudah pergi, Ha Na memandang sekeliling, orang-orang mulai berdatangan.

Tapi seolah tidak dapat mendengar apa-apa, Ha Na hanya menatap orang-orang di sekelilingnya yang sibuk berbicara, tapi Ha Na tidak bisa mendengar apa-apa.

Ada beberapa orang yang sibuk mengguncang-guncang tubuhnya, dan meneriakkan sejumlah kata-kata padanya, tapi Ha Na tidak bisa mendengarnya.

Saat ini matanya hanya terfokus pada satu arah dan pikirannya sibuk mencerna apa yang baru saja terjadi di hadapannya.

Di depannya, ia melihat Lee Jung Woo sedang merenggang nyawa di jalan itu dengan bersimbah darah.

Until My Last Day (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang