Ha Na memicingkan matanya, berusaha membiasakan matanya terhadap cahaya matahari yang menyinari kamar itu melewati jendela-jendela yang tertutup tirai tipis.
Ia lalu memandang sekeliling, berusaha mencari keberadaan Jung Woo, tapi tak ada tanda-tanda laki-laki itu disana.
Pusingnya sudah lama hilang dan sepertinya suhu badannya sudah kembali normal. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan mencuci wajahnya.
Setelah mengeringkan wajahnya ia lalu berjalan menuju keluar kamar, dan ia baru menyadari bahwa rumah Jung Woo sangatlah besar dan mewah.
Rumah itu bak istana dengan berbagai macam ukiran menghiasi dindingnya serta pilar-pilar berwarna keemasan yang menyangganya.
Ha Na lalu menuruni tangga memutar yang ada ditengah-tengah, dan begitu ia menginjakkan kakinya dilantai bawah ia semakin terpesona dengan keindahan rumah itu, halaman belakang rumah itu ditumbuhi berbagai macam tanaman dan pepohonan, serta dihiasi sebuah kolam renang yang sangat luas yang mengitari hampir seluruh penjuru rumah sehingga seolah-olah rumah ini berada ditengah-tengah perairan dan ketika ingin melewati air itu harus melewati jembatan yang sangat indah.
Ketika Ha Na sedang sibuk mengamati keindahan rumah itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan hal itu membuatnya sangatlah terkejut.
"Kau menganggetkanku," katanya sesudah mengetahui bahwa itu Jung Woo.
Lelaki itu tersenyum, "Mian. Apa kau sudah sehat?"
Ha Na mengangguk, "Gomawo, karena sudah menjagaku. Aku sekarang baik-baik saja. Ah ya, aku akan segera pulang, sekali lagi terima kasih atas kebaikanmu."
Ketika Ha Na hendak berjalan menuju pintu, tiba-tiba Jung Woo mencekal lengannya, "Sarapan dulu sebelum pulang. Aku akan mengantarkanmu."
Ha Na menggeleng, "Aku bisa pulang sendiri."
Tiba-tiba Jung Woo tertawa dengan keras.
Ha Na mengerutkan keningnya. Setahunya perkataannya tidak ada yang salah. "Apa yang lucu?"
"Rumah ini jauh dari mana saja, tidak ada rumah lain disekitar sini, jaraknya mungkin lebih dari seratus meter antar rumah, jadi aku tidak bisa membayangkan kau harus berjalan sangat jauh untuk sampai di tempat pemberhentian bus."
Ha Na terkejut. Jung Woo lalu menarik tangannya dan mengajaknya berjalan menuju ruang makan.
Begitu mereka duduk, para pelayan segera membawa keluar berbagai macam makanan dari dapur.
Ha Na terpana melihat banyaknya makanan yang ada.
"Makanlah," kata Jung Woo sambil menyuapkan sesendok nasi kemulutnya.
Ha Na mengangguk pelan, ia mulai mencoba berbagai macam makanan di sana. Hingga akhirnya ia melihat udang.
Matanya berbinar memandang udang goreng tepung itu. Sudah lama ia tidak memakan udang, ia bahkan lupa kapan terakhir kali memakannya.
Ia mengambil sebuah udang dan memasukannya kedalam mulutnya. Enak!
Ia heran dulu ketika ibunya masih hidup, wanita itu tidak pernah memasakkan udang untuknya, ia heran kenapa makanan seenak ini tidak bisa dirasakannya.
Sepotong, dua potong, tiga potong, tak terasa Ha Na sudah memakan cukup banyak udang.
Tiba-tiba ia merasa gatal pada lengannya, rasa gatal itu lalu menjalar pada badannya, tungkainya, dan mulai menimbulkan bercak kemerahan yang tidak terlalu kentara.
Oh tidak! Apa aku alergi?
Jung Woo yang sedari tadi sibuk memakan sarapannya melirik Ha Na yang sejak tadi sibuk bergerak-gerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until My Last Day (END)
רומנטיקהKebetulan. Apa ini yang dinamakan kebetulan? Berawal dari pertemuan mereka di Bandara, awalnya Jung Woo dan Ha Na sama-sama tidak mengira bahwa mereka berdua akan saling jatuh cinta? Tapi ada banyak masalah yang menghadang, mulai dari sahabat Jung W...