Could it be love?

27K 2.2K 58
                                    

"Itu Mommy?" Rei menunjuk foto Hinata yang terpajang di dinding, Hinata masih merapikan perlengkapan yang ia beli tadi.

"Ya, itu foto mommy."

"Mommy begitu cantik," Rei terlihat begitu kagum melihat foto Hinata dalam balutan sunny dress berwarna hijau.

"Terimakasih sayang." Hinata menghampiri Rei, ia mengambil beberapa baju sebelum menjemput Rei. "Ganti bajumu sekarang, setelah itu kita makan."

"Lalu mengerjakan tugas kesenian untuk besok, setelahnya bisak kah kita pergi untuk makan es krim?" tanya Rei penuh antusias, ia mengambil baju bergambar Iron man dari tangan Hinata.

"Tentu." Hinata membantu Rei melepas tas punggungnya, "Kita bisa pergi keluar sebentar setelah menyelesaikan semuanya."

"Mommy?"

"Ya?"

"Kenapa Daddy tidak ikut menginap di sini?" sapphire Rei mengerjap tak mengerti, awalnya Hinata tidak ingin mengajak Rei menginap di sini. Tapi ia sudah berjanji akan membantu mengerjakan tugas prakarya milik Rei.

Entah karena tanggung jawab atas tidak, Hinata kini merasa bersalah pada Rei. Ia tak ingin menyakiti Rei lagi, cukup sekali ia berbohong. Hinata memang bukan Ibu Rei, tapi perasaan sayang itu tumbuh begitu cepat.

Rei, Hinata begitu ingin melindungi anak itu melihatnya tumbuh sebagai anak laki-laki. Ia bahkan membawa pekerjaan kantornya ke rumah hanya agar ia bisa pulang cepat dan bertemu Rei, Hinata tidak peduli ketika ia harus mengerjakan pekerjaannya saat malam ketika Rei sudah tertidur.

Ia hanya ingin mendampingi Rei, memastikan Rei baik-baik saja dan mendapatkan perhatian seutuhnya dari kedua orang tuanya. Mungkin Naluri keibuan Hinata muncul lebih awal sebelum waktunya, ia tak menyesali itu.

"Daddy harus menyelesaikan sesuatu." ucap Hinata lembut, setelah mengganti bajunya dengan baju rumahan Hinata berjalan ke arah dapur memasak sup ayam kesukaan Rei.

Aroma khas kaldu ayam menyeruak mengisi penuh dapur Hinata, uap panas mengepul ketika Hinata menuangkan supnya ke dalam mangkuk besar. Setelah menyimpannya di meja makan tangan Hinata dengan cekatan menuangkan nasi dari Rice cooker untuknya dan Rei.

"Rei...!" Hinata memanggil Rei dari arah dapur, appartemennya tak begitu luas dapur dan meja makan begitu berdekatan. "Ayo makan."

"Masakan Mommy selalu jadi yang terbaik." Rei mulai menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Terimakasih." Hinata menyunggingkan senyum yang membuat hati Rei menghangat.

"Mommy." gumam Rei pelan, ia tampak ragu melanjutkan perkataannya.

"Ya?" Hinata menatap Rei penuh, tapi Rei malah semakin menunduk mengaduk sup nya pelan.

"Mommy tidak pulang ke rumah, maksud Rei ke rumah kita" Rei tampak gugup, bocah itu hanya takut mengucapkan kata-kata yang salah. "Apa karena Mommy marah pada Daddy? Marah karena ada tante Shion pagi tadi."

"Tidak tentu saja, kenapa Rei berpikir seperti itu?"

"Karena ada teman Rei, namanya Akiko. Dia bercerita padaku, kalau dia sudah dua minggu ini ia tak pernah pulang ke rumahnya, dia bilang karena ada Tante Grace menemani ayahnya. Ibunya jadi tidak pernah pulang ke rumah meninggalkan ayahnya."

Bibir Hinata terkatup rapat, secara tersirat Hinata bisa mengerti permasalahan Ibu dari teman Rei. Mungkin sebentar lagi bisa saja mereka bercerai, atau memang sudah bercerai karena dari itu mereka hidup terpisah membiarkan anaknya bertanya-tanya tentang kedua orangtuanya tidak lagi tinggal bersama.

Missing You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang