"Hinata."
"Toneri."
Alis Kiba menukik saat Hinata memangil Toneri dalam balutan rasa keterkejutan.
"Senang bisa bertemu dengan mu di sini." Toneri menyungingkan senyuman terbaiknya, dalam balutan jas dark blue Toneri terlihat begitu tampan.
Hinata ingat betul jika Toneri adalah salah satu klien Kakashi, pertemuan pertamanya dengan Toneri saat itu di Kuil Shinto, Tokyo.
"Ku pikir kau tak datang." ucap Hinata mengingat Toneri dua bulan lalu menetap di London.
"Apa kau berharap begitu?" Toneri tertawa ringan, sudut-sudut bibirnya masih terangkat.
Hinata menggeleng, "Hanya tak mendugannya."
Saat musik waltz mengudara Toneri mengulurkan tangannya, Kiba menaikan alisnya tak suka. Hinata datang bersamanya, kenapa harus Toneri yang mengajaknya berdansa lebih dulu.
"Apa kau keberatan?" tanya Toneri, pria itu menatap Hinata yang mengigit bibirnya ragu.
Dari sudut matanya Hinata menatap Kiba yang tengah mendengus kesal, sebenarnya tak ada masalah Hinata berdansa dengan Toneri tapi jika tak meminta izin Kiba rasanya sedikit aneh.
Kiba mengangkat kedua bahunya sebagai isyarat jika ia menyerahkan keputusannya pada Hinata, Kiba tak ada dalam wewenang untuk melarang Hinata.
"A-aku...," belum sempat Hinata menolak Toneri sudah menarik tangan Hinata membawanya kelantai dansa, melingkarkan tangannya di pinggang Hinata.
"Hanya 5 menit." ucap Toneri. Lima menit bukan waktu yang lama, Hinata akhirnya menghela napas pasrah membiarkan tubuhnya dituntun Toneri.
"Kau sangat mempesona dengan gaun ini." bisik Toneri.
Lagi-lagi Hinata hanya tersenyum kikuk, sebenarnya gaun yang ia kenakan adalah gaun pemberian Kiba sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu. Gaun sequin berwarna dark blue dari rumah mode Givenchy, tidak terlalu mencolok dengan aksesoris berlebihan. Gaun dengan sepuluh centi di bawah lutut.
Gaun itu hampir mengekspose seluruh punggung Hinata, karena dari itu Hinata sengaja menggerai rambutnya. Dan jangan lupakan bagian depan gaun yang terbelah di antara kaki hingga lima belas senti di atas lutut membuat Hinata terlihat semakin sexy.
"Apa kau merasa tidak nyaman?" tanya Toneri, sejak tadi Hinata mengigit bibirnya dengan pandangan cemas.
Hinata menunduk menghindari tatapam Toneri, tapi pria itu memegang dagu Hinata mengangkatnya hingga amethyst Hinata menatap tepat padanya.
Sejujurnya Hinata tampak gugup karena sejak tadi Naruto menatapnya, pria itu menatapnya lamat-lamat dengan segelas wine di tangannya. Hinata hanya merasa seperti sedang diawasi, takut-takut melakukan kesalahan karena tatapan Naruto terlihat begitu datar tanpa ada emosi yang tersirat.
"Rileks." Toneri mengecup pipi Hinata, membuat Hinata berjengit terkejut. "Ku rasa kau terlalu tegang."
Rasa tak nyaman kini menggelayuti hati Hinata, ekor matanya kembali menatap Naruto. Wine di gelasnya sudah tandas, Hinata hanya menatap heran.
Bukankah tadi pria itu datang bersama Shion? Lalu kenapa sejak tadi Naruto berdiri sendiri di sana, rasa penasaran kini menguasainya.
Apa terjadi sesuatu dengan Shion? Atau dia sedang pergi ke toilet.
"Mau pulang bersamaku?" lagi-lagi Toneri yang memulai pembicaraan.
"Aku pulang bersama Kiba."
"Pacarmu?"
"Ah tidak." Hinata menggeleng pelan saat kakinya bergeser ke kiri untuk mengimbangi gerakan Toneri, kenapa waktu lima menit terasa begitu lama? "Dia sahabatku."
Ada guratan bahagia di wajah Toneri saat Hinata memperjelas hubungannya dengan Kiba.
Tapi Toneri tak mau berpuas diri, jika Kiba bukan kekasih Hinata mungkin ada pria lain yang menjadi kekasih Hinata. "Apa kau sudah mempunyai kekasih."
Kaki Hinata berhenti mengikuti gerak dansa, "Tidak."
"Kurasa aku harus kembali pada Kiba." lanjut Hinata. Toneri mengangguk menyetujui meski ada perasaan tak rela saat harus melepaskan genggamannya pada tangan Hinata.
"Kurasa lebih dari limat menit." Kiba melirik jam tangan rolex yang melingkar di tangannya saat Toneri dan Hinata menghampirinya.
"Sampai berjumpa lagi nanti." Toneri sungguh tak menghiraukan ucapan Kiba, pria itu tersenyum sebelum memberi kecupan di punggung tangan Hinata. Lalu pergi begitu saja.
"Pria itu menyukaimu." tandas Kiba, sejak tadi ia memperhatikan bagaimana Toneri menatap Hinata, pria itu mempunya ketertarikan pada sahabatnya.
"Tidak." Hinata menggeleng, ia tak yakin jika Toneri menyukainya. "Ia hanya klien ku dulu, hanya sebatas itu."
"Dan mencium pipi?" sebelah alis Kiba terangkat, "Jangan lupakan ciuman di punggung tanganmu."
Hinata tidak tahu harus menjawab apa, ia tak cukup nyaman dengan perlakuan Toneri. Karena itu begitu tiba-tiba untuk orang asing yang hanya bertemu beberapa kali. Toneri bilang itu sebagai bentuk pujian untuk kecantikan Hinata malam ini, tapi haruskan mencium pipinya.
Naruto, entah kenapa Hinata memikirkan pria itu sekarang. Apa Naruto melihat saat Toneri mencium pipinya? Bagaimana perasaannya?
Sebersit ada perasaan takut di hati, ia takut Naruto salah paham. Tapi salah paham atas apa?
TBC
A/N : Eyy Halooooo!!
Sengaja pendek #ditabok
Oh iya Next Part mungkin diprivate karena ada bagian ehem yang ehem agak menjurus. Wuakakakak
Ehh yang diPrivate hanya part tertentu aja kok.Salam Hangat
Selingkuhannya Seunghoon.
XD XD
12-12-17
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You (Completed)
Fanfiction[A NaruHina Fanfiction ] [Naruto (c) Masashi Kishimoto ] "Mom." Hinata tersentak kaget saat anak lelaki kecil memeluknya, "Maaf membuatmu lama menunggu." Apa telinganya sedang bermasalah? Mom? ia bahkan belum menikah. "Daddy bilang ia tak bisa menje...